Abu Hazim. Namanya Salamah bin Dinar. Ulama hadis generasi tabi’in. Adz Dzahabi menyebut beliau sebagai, “ Syaikhnya kota Madinah Nabawiyah”. Meskipun keturunan budak dari Persia yang telah dimerdekakan oleh kabilah Makhzum, ditambah kekurangan fisik karena pincang, Abu Hazim sangat dihormati karena keilmuan yang dimiliki. Beliau wafat tahun 140 H
Abu Hazim dikenal karena kalimat-kalimat bijaknya. Terutama dalam hal Muhasabah atau introspeksi diri. Beberapanya disebutkan Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala.
Abu Hazim mengakui, “ Sungguh, seringkali saya menyampaikan nasihat padahal saya melihatnya bukan ada momen yang pas. Tidaklah saya niatkan kecuali untuk menasihati diri sendiri “
Abu Hazim menasihati, “ Sembunyikan kebaikanmu, sama seperti engkau ingin menyembunyikan kejelekanmu! “
Abu Hazim menegur, “ Jika engkau merasa banyak kenikmatan dialirkan Rabb mu untukmu, padahal engkau bermaksiat kepada Nya, maka berhati-hatilah! Apabila engkau benar-benar mencintai seorang saudara karena Allah, maka minimalkan interaksi dalam kepentingan dunia “
Muhammad bin Al Munkadir terhitung guru hadisnya Abu Hazim. Usianya lebih tua. Wafatnya juga lebih dahulu (130 H). Beliau termasuk keturunan suku Quraisy. Ulama hadis yang sering menangis jika membaca hadis-hadis Rasulullah ﷺ.
Abu Hazim dan Muhammad bin Al Munkadir sama-sama perawi hadis yang tersebut dalam Kutubus Sittah (Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah)
Sebagai murid dan guru, Beliau berdua sangatlah akrab. Tak jarang diskusi dan bincang-bincang dilakukan.
Suatu hari, Muhammad bin Al Munkadir bercerita, “ Abu Hazim, kenapa ya banyak orang yang mendoakan kebaikan kepada saya kalau berpapasan. Padahal saya tidak kenal mereka sama sekali. Saya juga tidak merasa pernah berbuat baik kepada mereka “
Abu Hazim menanggapi;
لَا تَظُنَّ أَنَّ ذَلِكَ مِنْ عَمَلِكَ، وَلَكِنِ انْظُرِ الَّذِي ذَلِكَ مِنْ قِبَلِهِ فَاشْكُرْهُ
“ Jangan sampai Anda berpikir bahwa hal itu terjadi karena Anda telah berbuat baik! Namun, berpikirlah bahwa karena memang mereka-mereka itu adalah orang-orang baik . Maka, bersykurlah! “ (Tahdzibul Hilyah 1/520)
Subhaanallah!
Sederhana sekali; kalau ada orang berbuat baik kepada Anda, jangan berpikir karena Anda telah berbuat baik maka Anda merasa berhak dibaikin. Tapi, berpikirlah bahwa memang orang itulah yang baik. Sehingga, Anda termotivasi untuk membalas kebaikannya dengan kebaikan.
Jika ada orang menyakiti Anda, bukan karena orang itu yang jahat. Namun, berpikirlah bahwa karena Anda yang tidak baik, maka wajar jika ada orang bersikap tidak baik kepada Anda. Sehingga, Anda bersemangat untuk memperbaiki diri.
Lendah, 21 Dzulhijjah 1445/Juni 2025
https://t.me/anakmudadansalaf
No comments