Perbuatan ini bertentangan dengan fitrah yang Allah berikan kepada lelaki. Perbuatan ini juga memutar-balikkan tabiat asal yang Allah tetapkan kepada lelaki, yaitu berupa syahwat kepada wanita. Mereka telah memutar-balikkan keadaan dan melawan fitrah serta tabiat asal mereka dengan berhubungan seksual dengan sesama lelaki, bukan dengan wanita. Oleh karena itu lah Allah memutar-balikkan bumi atas mereka dan Allah jadikan mereka tertelungkup oleh tanah. Demikianlah Allah membalikkan mereka. Dan mereka merasakan adzab tersebut secara berangsur di atas kepala mereka.
Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan lagi keburukan perbuatan ini dengan menyandangkan predikat israf kepada mereka, yaitu perbuatan melebihi batas. Allah Ta’ala berfirman:
بل أنتم قوم مسرفون
“bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas“.
Maka renungkanlah apakah ada celaan yang demikian kerasnya atau mendekati hal itu pada perbuatan zina? Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan lagi keburukan perbuatan ini dengan firmannya:
ونجيناه من القرية التي كانت تعمل الخبائث
“Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji” (QS. Al Anbiya: 74).
Lalu ditegaskan lagi dengan disifatinya perbuatan ini dengan 2 sifat yang merupakan puncak keburukan:
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/27737-solusi-bagi-yang-tertimpa-penyakit-lgbt.html
Mau ikut bantu dakwah Islam?
Silakan klik muslim.or.id/donasidakwah
Shalat, di antara wasiat terakhir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Shalat juga menjadi wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhir kehidupannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh sahabat ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ، اتَّقُوا اللَّهَ فِيمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ
“Ucapan terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, “(Kerjakanlah) shalat, (kerjakanlah) shalat. Dan takutlah kalian kepada Allah atas hak-hak hamba sahaya kalian.” (HR. Ahmad no. 585, Abu Daud no. 5156, dan Ibnu Majah no. 2698. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 4616)
Dalam riwayat yang lain, terdapat penegasan yang lebih lagi, sebagaimana teks hadits dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كَانَتْ عَامَّةُ وَصِيَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ، وَهُوَ يُغَرْغِرُ بِنَفْسِهِ: الصَّلَاةَ، وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ
“Wasiat umum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelang wafat, ketika beliau sakaratul maut yaitu, “Jagalah shalat serta perhatikanlah hamba sahaya kalian.” (HR. Ibnu Majah no. 2697, dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 2178)
Demikian pula dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, salah seorang istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengatakan,
كَانَ مِنْ آخِرِ وَصِيَّةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ، وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ، حَتَّى جَعَلَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُلَجْلِجُهَا فِي صَدْرِهِ، وَمَا يَفِيصُ بِهَا لِسَانُهُ
“Sesungguhnya wasiat terahir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelang wafat adalah, “Jagalah shalat serta perhatikanlah hamba sahaya kalian.” Beliau terus-menerus mnegulang perkataan tersebut dan lisan beliau tidak berhenti.“ (HR. Ahmad no. 26483, 26684 dan An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra no. 7060. Sanadnya dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Al-Irwa’ 7: 238)
Hal ini, tanpa diragukan lagi menunjukkan tingginya kedudukan shalat dalam Islam dan betapa besar perhatian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masalah shalat.
Ironisnya, banyak di tengah-tengah kaum muslimin yang menjadikan malam isra’ mi’raj sebagai malam perayaan, namun di saat yang sama mereka meninggalkan dan menyia-nyiakan shalat jamaah! Betapa banyak di antara kaum muslimin yang tidak melewatkan perayaan malam isra’ dan mi’raj ini, namun di saat yang sama mereka meremehkan shalat? Lalu, di manakah sisi ittiba’ kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga menjadikan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai teladan dalam shalat?
No comments