Pertanyaan:
Dalam suatu hadis disebutkan bahwa ada sahabat Nabi yang dalam salatnya selalu membaca surat Al-Ikhlas di rakaat terakhir. Apakah ini dalil tentang bolehnya membuat perkara baru dalam agama selama itu baik seperti yang dilakukan sahabat Nabi tersebut?
Jawaban:
Alhamdulillahi hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi, ash-salatu wassalamu ‘ala alihi wa shahbihi. Amma ba’du.
Kisah tersebut ada dalam hadis dari Aisyah radhiyallahu’anha, beliau berkata:
أنَّ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بَعَثَ رَجُلًا علَى سَرِيَّةٍ، وكانَ يَقْرَأُ لأصْحَابِهِ في صَلَاتِهِمْ فَيَخْتِمُ بقُلْ هو اللَّهُ أحَدٌ، فَلَمَّا رَجَعُوا ذَكَرُوا ذلكَ للنبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَقالَ: سَلُوهُ لأيِّ شيءٍ يَصْنَعُ ذلكَ؟، فَسَأَلُوهُ، فَقالَ: لأنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ، وأَنَا أُحِبُّ أنْ أقْرَأَ بهَا، فَقالَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: أخْبِرُوهُ أنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ
“Bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengutus seorang laki-laki untuk memimpin pasukan perang. Lelaki ini ketika mengimami salat selalu mengakhiri dengan bacaan qul huwallahu ahad (surat Al-Ikhlas). Ketika mereka kembali dari perang, para pasukan tersebut mengabarkannya kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam.
Beliau pun bersabda: “Tanyakan kepadanya, mengapa ia melakukan demikian?” Maka mereka menanyakannya dan lelaki tersebut menjawab: “Karena surat Al-Ikhlas berisi tentang sifat Ar -ahman, sehingga saya suka untuk membacanya”. Maka Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Kabarkan kepadanya bahwa Allah ta’ala juga mencintainya” (HR. Al-Bukhari no.7375).
Dalam hadis dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu, beliau berkata:
أنَّ رَجُلًا سَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ قُلْ هو اللَّهُ أحَدٌ يُرَدِّدُهَا، فَلَمَّا أصْبَحَ جَاءَ إلى النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فَذَكَرَ له ذلكَ، وكَأنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا، فَقالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: والذي نَفْسِي بيَدِهِ، إنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ القُرْآنِ
“Ada seorang sahabat Nabi yang mendengar sahabat Nabi yang lain senantiasa mengulang-ulang bacaan qul huwallahu ahad (surat Al-Ikhlas). Esok harinya, disampaikan perihal tersebut kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Dan ada orang yang seolah-olah menganggap remeh perbuatan sahabat tersebut. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat Al-Ikhlas itu setara dengan sepertiga Al-Qur’an” (HR. Al-Bukhari no.7374, Muslim no.812).
Sebenarnya dalam hadis-hadis ini sama sekali tidak ada pendalilan tentang bolehnya membuat bid’ah hasanah. Di sisi lain, dalil-dalil tentang haramnya bid’ah dan bahwa semua bid’ah adalah kesesatan, jumlahnya sangat banyak dan maknanya sangat jelas.
Lanjut baca:
https://konsultasisyariah.com/43842-penjelasan-hadis-tentang-mengkhususkan-surat-al-ikhlas.html
No comments