Lurus pintu 10-12. Di sebelah luar gerbang nomor 320. Sejajar dekat dengan lokasi (dulu) Balai Saqifah, lokasi bermusyawarah para sahabat untuk membaiat Abu Bakar Ash Shiddiq sebagai khalifah.
28 penuntut ilmu yang sedang belajar di kota Madinah hadir berkumpul. Masih ada 7 yang menyampaikan izin karena satu dan lain hal.
Sengaja saya sebut angka. Untuk berkirim pesan bahwa semangat thalabul ilmi di zaman ini masih terang menyala
Sekaligus berkirim pesan kepada yang belum berkesempatan, " Kapan giliranmu thalabul ilmi di kota Nabi?"
Mereka berasal dari daerah berbeda. Dari Aceh hingga Papua. Ada yang dari Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Jawa.
Umurnya bervariasi. Yang paling muda masih 14 tahun. Ada yang mengajak serta anak istrinya. Ada yang baru menikah beberapa bulan dan meninggalkan istrinya dalam keadaan hamil. Rata-rata bujang.
Ada yang memanfaatkan visa umroh durasi 3 bulan. Ada yang mengambil visa kunjungan dengan batas waktu tertentu. Ada juga yang sudah memiliki izin tinggal secara tetap.
Ada yang berbiaya mandiri. Ada yang diberangkatkan donatur. Ada juga yang memperoleh beasiswa dari lembaga pendidikan tempatnya belajar. Hadir juga 3 pemenang lomba MTQ Ibnul Jazari beberapa waktu lalu.
Ada yang resmi berstatus mahasiswa di Universitas Islam Madinah. Ada yang mengikuti halaqah-halaqah di Masjid Nabawi. Ada juga yang aktif menghadiri majlis-majlis ilmu di berbagai masjid di Madinah.
Ada yang mengambil semua kesempatan majlis ilmu. Ada yang fokus terlebih dahulu menghafal Al Quran. Alhamdulillah sudah ada yang memperoleh ijazah sanad Al Qur'an sampai kepada Rasulullah.
Alhamdulillah. Rasa masih seolah muda bangkit lagi. Rasa ingin kembali seperti mereka, seperti dulu di hari-hari thalabul ilmi, datang lagi.
Hanya satu kata : iri!
Pertemuan semalam bersifat mendadak. Hanya berkirim pesan Whatsapp sebelum adzan Maghrib. Sampai disepakati untuk berkumpul setelah salat Isya. Di lokasi tersebut di atas.
Dengan iuran, beberapa jenis minuman dan camilan ringan dihidangkan. Tidak menghilangkan substansi ; menjaga dan merawat kebersamaan. Justru itu yang mahal!
Spontan! Artinya tanpa rencana. Masing-masing diminta untuk menyampaikan sepatah dua patah kata nasihat. Semua. Tanpa terkecuali.
Ada yang mengingatkan tentang niat. Ada yang berbicara mengenai; menjaga nikmat, banyak berdzikir, menundukkan pandangan, haramnya riya, bersyukur sudah bisa belajar di Madinah, segera bertobat, meninggalkan hal yang tidak bermanfaat, dan masih banyak lagi nasihat yang tersampaikan.
Ditutup dengan nasihat seorang peserta untuk menjaga kebersamaan karena sudah seperti satu keluarga di kota Madinah.
Sempat juga, 3 pemenang MTQ Ibnul Jazari didaulat bergantian untuk melantunkan ayat-ayat Al Qur'an. 3 peserta yang sudah lebih dahulu di Madinah, termasuk yang sudah memperoleh ijazah sanad, juga diminta untuk membaca ayat-ayat Al Qur'an.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Majmu'ul Fatawa 14/162) mengatakan, " Tidak boleh diragukan, bahwa lezatnya ilmu adalah kelezatan yang paling besar "
Ibnul Jauzi (Shaidul Khatir, 164-165) mengenang masa-masa thalabul ilmi nya, " Sungguh! Aku masih bisa merasakan manisnya thalabul ilmi. Aku mengalami banyak kesulitan, yang bagiku justru lebih manis terasa walau dibandingkan madu. Karena, ada cita-cita dan harapan yang sedang ingin aku gapai "
Ibnul Jauzi menceritakan bagaimanakah sejak kecil telah mempelajari hadis-hadis Nabi dengan berbekal roti kering. Di tepi sungai Isa, roti kering itu dicelupkan di alirannya yang jernih supaya empuk. Air sungai itu juga yang diminum.
" Setiap menelan satu keping roti kering, saya susul dengan seteguk air sungai. Karena semangat, tidak ada yang aku rasakan kecuali lezatnya mencari ilmu", lanjut Ibnul Jauzi.
Rasa-rasanya ingin berganti tempat saja. Menjadi santri yang sehari-hari disibukkan dengan thalabul ilmi. Pasti sangat menyenangkan! Karena, thalabul ilmi adalah kelezatan terbesar.
Semoga suatu hari nanti terwujud dan bukan angan yang kelamaan.
Madinah, 29 Januari 2024
t.me/anakmudadansalaf
No comments