PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

DARI JI'RANAH: BELAJAR MENGELOLA EMOSI (2)

Share:


Bagian 2



Sungguh, sebuah perbandingan yang kontras. Tangis para sahabat anshar meledak. Mereka baru menyadari, bahwa Rasulullah mengungkapkan argumentasi yang lebih bijak, atas keputusan yang telah beliau ambil. Jika bukan karena iman, kekuatan apa yang mampu menghadirkan kesadaran itu, setelah timbulnya kekecewaan? Akhirnya dengan kesadaran dan keikhlasan, mereka bisa mengobati rasa kecewa itu. Bahwa harta di dunia tidaklah sebanding dengan kecintaan mereka pada Allah dan Rasul-Nya.


Kisah di atas teramat panjang. Dari Ji'ranah, di dalamnya kita belajar bagaimana mengelola emosi. Meski dalam komunitas kebaikan sekalipun, timbul kekecewaan itu nyaris tak dapat dielakkan. 


Setiap kita mungkin pernah kecewa. Sebabnya bisa bermacam-macam. Karena kita tak sepaham dengan orang lain; apakah kelakuannya, kebijakannya, pernyataannya, perhatiannya, atau apapun. Kita pun bisa kecewa, karena merasa tidak mendapat dukungan yang memadai. Kecewa itu bisa muncul dimana-mana, bahkan dalam dakwah sekalipun.


Kekecewaan bisa lahir dari dalam bilik-bilik rumah. Suami kecewa pada istri atau sebaliknya, istri kecewa dengan suami. Di ruang-ruang kerja, kekecewaan dapat juga timbul. Di manapun kita berinteraksi dengan orang lain, kekecewaan bisa hadir tiba-tiba. 


Dalam dakwah, kecewa bisa juga tumbuh bagai ilalang. Sebabnya bisa bermacam-macam. Gagasan yang ‘dianggap’ tidak diperhatikan, selera yang tak sama, kebijakan qiyadah yang tak memenuhi keinginan kita, perilaku serta tindakan ikhwah, dan lain sebagainya.


Hanya kekuatan imanlah yang mampu menjaga kita, dari bentuk penyikapan yang salah disaat kecewa.


Sebagian orang menyikapi kecewa dengan marah, kalap, bahkan bisa juga dengan ‘mutung.’ Namun, sebagian lainnya mampu menyikapi dengan cara-cara yang lebih arif dan bijaksana. 


Jika rasa kecewa datang menggerogoti, periksalah kembali orientasi dan motif kita. Periksa pula niat-niat kita dalam beramal dan beraktivitas. Inilah saat paling tepat untuk menakar motif dan orientasi kita. 


Pengiring atas rasa kecewa itu adalah sikap lapang dada, semangat dalam beramal yang makin menggelora, keikhlasan yang mempesona, dan penghormatan pada sesama.


Jangan biarkan kekecewaan itu diwujudkan dengan aktivitas yang tidak akan memuliakan kita. Jangan sampai kekecewaan itu menyeret kita pada devisit iman dan luapan emosi. 


Jika kita memilih jalan dakwah, bukan karena ingin selalu disenangkan. Bukan pula hasrat untuk terus dimenangkan. Kadang tak semua hasrat mesti dituruti.


Begitulah tabiat perjalanan ini; kesediaan untuk berjalan bersama, mesti diikuti pula lapang dada atas segala kecewa yang muncul menggoda. Kita memilih jalan dakwah semata - mata karena berharap ridha Allah. Semoga Allah menjaga keistiqomahan dan keikhlasan kita dalam beramal.


Semoga bermanfaat


Sumber: Grup WA NO-Ngaji Online

No comments

Featured Post

HIDUP TIDAK PERNAH BERMASALAH, KITALAH SENDIRI YANG MEMBUATNYA MENJADI MASALAH

  "Hari ini sungguh sial. Jalanan macet, angkot biadab berhenti sembarangan, bos di kantor kurang ajar, mengapa semua orang menjadi bod...