Sang gadis shalihah lalu membaca ayat ini:
"Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila ALLAH dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai ALLAH dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yg nyata."
(QS. Al-Ahzab : 36).
Dan Sang Nabi dengan tertunduk berdoa untuk sang gadis shalihah:
”Allahumma shubba ‘alaihima khairan shabban, Wa la taj’al ‘aisyahuma kaddan kadda.."
(Ya ALLAH, limpahkanlah kebaikan atas mereka, dalam kelimpahan yang penuh berkah. Janganlah Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah).
Doa yang indah..
Sungguh kita belajar dari Julaibib untuk tak mencaci diri, untuk tak menyalahkan takdir, selalu menggenapkan pasrah dan taat pada ALLAH dan RasulNya. Tak mudah menjadi orang seperti Julaibib. Hidup dalam pilihan-pilihan yang sangat terbatas. Kita juga belajar lebih banyak dari gadis yang dipilihkan Rasulullah untuk Julaibib.
Belajar agar cinta kita berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka dan tak suka. Karena kita tahu, mentaati ALLAH dalam hal yang tak kita suka adalah peluang bagi gelimang pahala. Karena kita tahu, seringkali ketidaksukaan kita hanyalah terjemah kecil ketidaktahuan. Ia adalah bagian dari kebodohan kita.
Isteri Julaibib mensujudkan cintanya di mihrab taat. Ketika taat, dia tak merisaukan kemampuannya.
Memang pasti, ada batas-batas manusiawi yang terlalu tinggi untuk kita lampaui. Tapi jika kita telah taat kepada ALLAH, jangan khawatirkan itu lagi. Ia Maha Tahu batas-batas kemampuan diri kita. Ia takkan membebani kita melebihinya. Isteri Julaibib telah taat kepada ALLAH dan RasulNya. ALLAH Maha Tahu. Dan Rasulullah telah berdoa. Mari kita ngiangkan kembali doa itu di telinga.
”Ya Allah”, lirih Sang Nabi ﷺ ,”Limpahkanlah kebaikan atas mereka, dalam kelimpahan yang penuh barakah. Janganlah Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah..”
Alangkah agungnya!
Urusan kita sebagai hamba memang taat kepada ALLAH.
Lain tidak!
Jika kita bertaqwa padaNya, ALLAH akan bukakan jalan keluar dari masalah-masalah yang di luar kuasa kita.
Urusan kita adalah taat kepada ALLAH.
Lain tidak!
Maka sang gadis menyanggupi pernikahan yang nyaris tak pernah diimpikan gadis manapun itu. Juga tak pernah terbayang dalam angannya. Karena ia taat pada ALLAH dan RasulNya.
Tetapi bagaimanapun ada keterbatasan daya dan upaya pada dirinya. Ada tekanan-tekanan yang terlalu berat bagi seorang wanita. Dan agungnya, meski ketika taat ia tak mempertimbangkan kemampuannya, ia yakin ALLAH akan bukakan jalan keluar jika ia menabrak dinding karang kesulitan. Ia taat. Ia bertindak tanpa gubris. Ia yakin bahwa pintu kebaikan akan selalu terbuka bagi siapapun yang mentaatiNya.
Maka benarlah doa Sang Nabi. Maka ALLAH karuniakan jalan keluar yang indah bagi semuanya. Maka kebersamaan di dunia itu tak ditakdirkan terlalu lama.
Meski di dunia sang isteri shalihah dan bertaqwa, tapi bidadari telah terlampau lama merindukannya.
Julaibib lebih dihajatkan langit meski tercibir di bumi. Ia lebih pantas menghuni surga daripada dunia yang bersikap tak terlalu bersahabat kepadanya.
Adapun isterinya, kata Sayyidina Anas ibn Malik, tak satupun wanita Madinah yang shadaqahnya melampaui dia, hingga kelak para lelaki utama meminangnya.
Saat Julaibib syahid, Sang Nabi ﷺ begitu kehilangan. Tapi Beliauﷺ akan mengajarkan sesuatu kepada para shahabatnya.
Maka Sang Nabi ﷺ bertanya di akhir pertempuran :
“Apakah kalian kehilangan seseorang?”
“Tidak Ya Rasulallah!”, serempak sekali.
Sepertinya Julaibib memang tak beda ada dan tiadanya di kalangan mereka.
“Apakah kalian kehilangan seseorang?”
Beliau ﷺ bertanya lagi. Kali ini wajahnya merah bersemu.
“Tidak Ya Rasullallah!”
Kali ini sebagian menjawab dengan was-was dan tak seyakin tadi.
Beberapa menengok ke kanan dan ke kiri.
Rasulullah ﷺ menghela nafasnya:
“Tetapi aku kehilangan Julaibib”, kata Beliau.
Para shahabat tersadar.
“Carilah Julaibib!”
Maka ditemukanlah dia, Julaibib yang mulia. Terbunuh dengan luka-luka, semua dari arah muka. Di seputaran tergeletak tujuh jasad musuh yang telah dia bunuh.
Sang Rasul, dengan tangannya sendiri mengafani Sang Syahid. Beliau ﷺ, menshalatkannya secara pribadi. Ketika kuburnya digali, Rasulullah ﷺ duduk dan memangku jasad Julaibib, mengalasinya dengan kedua lengan Beliau yang mulia.
Bahkan pula Beliau ﷺikut turun ke lahatnya untuk membaringkan Julaibib.
Saat itulah, kalimat Sang Nabi ﷺ untuk si mayyit akan membuat iri semua makhluk hingga hari berbangkit.
“Ya ALLAH.. dia adalah bagian dari diriku. Dan aku adalah bagian dari dirinya.”
Ya.. Pada kalimat itu.. tidakkah kita cemburu??
Ya ALLAH.. limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan kami Nabi Besar Muhammad ﷺ sang cahayaMu yang selalu bersinar dan pemberian-Mu yang tak kunjung putus, dan kumpulkanlah aku dengan Rasulullah di setiap zaman, serta shalawat untuk keluarganya dan sahabatnya.
*Dicopy dari:* http://andiezittelkom[dot]wordpress[dot]com/
https://t.me/moeslemdays
No comments