PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

Sunnah-Sunnah Di Hari Idul Adha

Share:

  •  Mandi. Dalilnya:


أن رجلا سأل عليا ، رضي الله عنه ، عن الغسل ، فقال : غتسل كل يوم إن شئت ، قال : لا بل الغسل, قال اغتسل كل يوم جمعة ، ويوم الفطر ، ويوم النحر ، ويوم عرفة


“Seorang lelaki bertanya kepada Ali radhiallahu’anhu tentang mandi, ia menjawab: ‘Mandilah setiap hari jika engkau mau’. Lelaki tadi berkata: ‘bukan itu, tapi mandi yang benar-benar mandi’. Ali menjawab: ‘Mandi di hari Jum’at, Idul Fitri, Idul Adha dan hari Arafah’” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Al Irwa 1/177).


Batasan minimal mandinya adalah meratakan air ke seluruh tubuh disertai kumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke hidung). Yang sempurna adalah mandi dengan urutan sebagaimana dalam hadits Aisyah.


  •  Memakai pakaian yang terbaik. Sebagaimana diriwayatkan dari Nafi’:


أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَلْبَسُ فِي الْعِيدَيْنِ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ


“Ibnu Umar biasa mengenakan bajunya yang terbaik pada Idul Fitri dan Idul Adha” (HR. Al Baihaqi 6143, dishahihkan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 2/510).


  •  Memakai wewangian (bagi laki-laki). Dari Nafi, beliau berkata tentang Ibnu Umar radhiallahu’anhuma:

كان يغتسل ويتطيب يوم الفطر


“Ibnu Umar biasanya mandi dan memakai minyak wangi di hari Idul Fitri” (HR. Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf no. 5752)


Adapun bagi wanita, tidak boleh memakai wewangian. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:


أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ


“Perempuan mana saja yang mengenakan wewangian lalu melewati sekumpulan laki-laki, sehingga mereka mencium wangi harumnya maka ia adalah seorang pezina” (HR. Abu Daud no.4173, Tirmidzi no. 2786. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no.323).


  •  Dianjurkan tidak makan hingga kembali dari shalat Id. Berdasarkan hadits dari Buraidah Al Aslami radhiallahu'anhu ia berkata:


ان النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم لا يَخْرُجُ يومَ الفِطْرِ حتى يَطْعَمَ ، ولا يَطْعَمُ يومَ الأضحى ، حتى يُصَلِّيَ


"Nabi Shallalahu'alaihi Wasallam tidak keluar di hari Idul Fitri sebelum makan terlebih dahulu. Dan tidak makan di hari Idul Adha, sampai shalat" (HR. Tirmidzi no. 542 dishahihkan Al Albani dalam Shahih Tirmidzi).


Dalam riwayat Al Bazzar:


لا يَطْعَمُ يوم الأضحى حتى يرجعَ


"Beliau tidak makan di hari Idul Adha, sampai kembali dari shalat".


  •  Mengambil jalan yang berbeda ketika pergi shalat Id. Dalilnya hadits Jabir:


كان النبي – صلى الله عليه وسلم – إذا كان يوم عيدٍ خالَفَ الطريقَ


“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam biasanya ketika hari Id mengambil jalan yang berbeda antara pulang dan pergi” (HR. Bukhari 986).


  •  Sebagian ulama menganjurkan untuk menyegerakan pelaksanaan shalat Idul Adha, dengan kata lain jika dimulai lebih pagi itu lebih baik. Diriwayatkan secara mursal bahwa:


كتَب إلى عمرِو بنِ حزْمٍ وهو بنَجْرانَ عجِّلِ الأضحى وأخِّرِ الفطرَ وذكِّرِ الناسَ


“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam mengirim surat kepada Amr bin Hazm ketika ia di Najran agar ia menyegerakan shalat Idul Adha dan mengakhirkan shalat Idul Fitri dan mengingatkan manusia”(HR. Al Baihaqi 3/282). Pada Idul Fitri tujuannya untuk melonggarkan waktu pembayaran zakat fitri, sedangkan pada Idul Adha untuk menyegerakan penyembelihan sehingga waktunya lebih luas (Mulakhash Fiqhi, 1/270)


  •  Bertakbir dengan suara keras ketika berjalan menuju lapangan hingga shalat dimulai. Ini diambil dari ayat:


وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ


"Agar kalian menyempurnakan hitungannya, dan kalian bertakbir kepada Allah atas hidayah yang Allah berikan. Dan agar kalian bersyukur" (QS. Al Baqarah: 185).


  • Para wanita haid dan yang ada halangan shalat tetap menghadiri shalat id, walaupun tidak ikut shalat. Sebagaimana hadits dari Ummu ‘Athiyyah radhiallahu’anha :


أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نخرج ذوات الخدور يوم العيد قيل فالحيض قال ليشهدن الخير ودعوة المسلمين قال فقالت امرأة يا رسول الله إن لم يكن لإحداهن ثوب كيف تصنع قال تلبسها صاحبتها طائفة من ثوبها


“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan wanita yang dipingit (juga wanita yang haid) pada hari Ied, untuk menyaksikan kebaikan dan seruan kaum muslimin. Kemudian seorang wanita berkata: ‘Wahai Rasulullah jika diantara kami ada yang tidak memiliki pakaian, lalu bagaimana?’. Rasulullah bersabda: ‘Hendaknya temannya memakaikan sebagian pakaiannya‘” (HR. Abu Daud, no.1136. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud).


  •  Memberikan ucapan selamat hari raya. Dari Jubair bin Nufair ia mengatakan:


كان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض ، تُقُبِّل منا ومنك


“Dahulu para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika saling bertemu di hari id, mereka mengucapkan: taqabbalallahu minna wa minka” (Sanadnya hasan, lihat Fathul Baari, 2/446).


Wallahu a'lam.

No comments

Featured Post

Memanusiakan Manusia

Di Mekkah, ada ajaran kemanusiaan yang hebat. Persamaan dan kesetaraan sebagai manusia benar-benar nyata terlihat.  Ketika warna kulit, jeni...