Di antara hal fatal yang bisa berubah menjadi musibah agama ialah salah merasa dan merasa lebih baik padahal hakekatnya berbanding sebaliknya.
Layaknya Iblis yang merasa lebih baik dari Adam dengan berdalih bahwa ia dicipta dari api dan Adam hanyalah tanah dan ia pun tertipu dengan rasa lebih baik hingga terjerumuskan dengan kesombongan diri hingga ia ditetapkan makhluk yang terlaknat
(قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ)
_Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”._ (Surat Al-A'raf 12)
Padahal apa yang dipikirkan Iblis justru sebaliknya, bahwa tanah adalah lebih baik dari api karena hakekat tanah menumbuhkan dan mengadakan dari sesuatu yang tiada dan api sifatnya ialah menghanguskan dan meniadakan (Lihat kitab _Al-Masaail Al_Jahiliyyah_ Syaikh Sholih al Fauzan)
Dan Iblis-pun terlena dengan itu hingga Jahannam menjadi tempat kembalinya karena olah rasa yang salah berakibat fatal ketika ia selalu merasa lebih baik dan justru ia dendam dengan Adam atas kesalahan yang ia perbuat sendiri.
***
Merasa lebih baik ternyata hari ini muncul dengan berbagai variannya yang beragam, ketika Iblis tak tak mengenal cuti untuk mewariskan dosa yang pernah menggelincirkanya, maka ia pun meniupkan kepada hati yang lalai untuk selalu merasa lebih baik dari siapapun di antara manusia.
Hingga akhirnya begitu gampang menghujat, merendahkan, mencaci maki siapapun yang dianggap tidak sama dengan mereka ketika dianggap bodoh, salah, bathil, dan sederet vonis lainya persis layaknya Iblis yang menganggap Adam lebih buruk dari dirinya.
Kalaupun kita dulu sebelum mengenal taman majelis ilmu kita digoda oleh Iblis dengan menyerupai kehidupan orang kafir, hura-hura tanpa henti, pesta, minuman keras, dan sederet lainya.
Dan ketika hati jiwa kita tersapa dengan hidayah ilmu lalu kita meninggalkan dosa semua yang dulu kita kerjakan lalu berubah menjadi penghujat, menodai kehormatan hamba beriman, mencaci maki yang tidak sepaham, kasar kepada hamba beriman, maka berarti kita _hanya pindah_ dosa dari yang kecil ke dosa yang jauh lebih besar dan itu terjadi ketika _merasa lebih baik._
_Laa tansana min duaikum_
_Doakan kami dalam kebaikan doa_
Oemar Mita, 24 Oktober 2017
No comments