PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

Cerita Dulu

Share:

Dunia ini, kehidupan, kisah, orang, cerita, dan semua makhluk pasti hancur. Tak ada yang kekal. Tiada yang abadi. Masing-masing telah ditetapkan waktunya.


Mustahil berada di atas menerus, sebab akan tiba waktunya di bawah. Mana bisa kekuatan fisikmu selama-lamanya, karena ada saatnya menjadi lemah. Ada laba, ada rugi. Ada untung, adakala buntung. Sesaat ramai, saat berikutnya sepi sunyi. Kecerdasan secara bertahap akan menurun kualitasnya. 


Iya, begitulah dunia!


Dulu, lokasi itu adalah peternakan besar yang menyuplai kebutuhan daging secara luas.

Dulu, rumah itu menjadi yang temegah dan terluas di kawasan.

Dulu, anak itu santri paling cerdas dan paling rajin di tengah kawan-kawannya.

Dulu, toko itu sangat ramai karena menjadi pusat belanja.

Dulu, perusahaan itu memiliki ribuan karyawan.

Dulu, jalan tersebut dibilang sebagai jalan paling favorit.

Dulu, mobil itu nomor satu dicari dan diminati.

Dulu, jabatannya tinggi, bahkan di puncak jabatan.

Dulu, ia orang terkaya.


Namun,


Kini, lokasi peternakan itu ibarat kuburan karena tidak lagi beroperasi.

Kini, rumah itu hanya menyisakan reruntuhan sebab sudah lama tidak dihuni.

Kini, anak itu entah hilang kemana?

Kini, toko menjadi sepi, bahkan jarang didatangi pembeli

Kini, perusahaan itu dinyatakan bangkrut.

Kini, jalan tersebut rusak parah dan dihindari.

Kini, mobilnya teronggok sebagai rongsok.

Kini, orang tak lagi hormat karena tidak lagi menjabat

Kini, ia jatuh miskin.


Allah Ta’ala berfirman di dalam surat Al Hajj ayat 45 :


فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَشِيدٍ 


“ Maka, betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan karena (penduduknya) berlaku zalim, sehingga runtuhlah bangunan-bangunannya, dan betapa banyak (pula) sumur yang ditinggalkan dan istana yang tinggi ( tidak ada lagi penghuninya ) “


Ayat-ayat sebelumnya menyebut beberapa umat sebelum Islam datang, yaitu kaum Nabi Nuh, kaum ‘Aad, kaum Tsamud, kaum Nabi Ibrahim, kaum Nabi Luth, kaum Madyan, dan kaumnya Fir’aun.


Bukankah semua hanya tertinggal cerita? Bangunan-bangunan mereka telah runtuh menyisakan puing-puing yang tak lagi utuh. Sumur, kolam, atau sumber air lainnya yang dahulu ramai didatangi, kini tertimbun tanah yang dicari para arkeolog. Tak ada lagi istana tinggi menjulang atau gagah memanggung, sebab kalaupun tersisa, hanya menjadi museum untuk menyimpan kenangan.


Setelahnya, Allah Ta’ala berfirman :


 أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ (46) 


“ Maka, tidakkah mereka pernah berjalan di bumi, sehingga hati mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam dada “


Menurut Ibnu Katsir, berjalan di bumi tidak hanya sebatas dilakukan secara fisik dengan badan. Pikiran pun dapat merenungkan melalui informasi dan berita akurat yang diterima. Juga tidak terbatas pada kaum-kaum tersebut di atas. 

No comments

Featured Post

HIDUP TIDAK PERNAH BERMASALAH, KITALAH SENDIRI YANG MEMBUATNYA MENJADI MASALAH

  "Hari ini sungguh sial. Jalanan macet, angkot biadab berhenti sembarangan, bos di kantor kurang ajar, mengapa semua orang menjadi bod...