Sebagian dari manusia, ketika akan melakukan kebaikan selalu berkata
"Ahhh nanti saja.."
Kumandang Adzan telah menggema, sebenarnya tau kalau waktu sholat telah tiba dan bisa pula segera melaksanakan nya.
Namun hati berkata
"Ahh nanti saja.."
Tilawah yang seharusnya selesai dalam saat ini juga, namun enggan melakukannya dan berkata "Ahh nanti saja.."
Ketika membaca tabloid penerbit yayasan anak yatim yang bertuliskan "Salurkan sedekah anda untuk anak yatim melalui yayasan kami, mandirikan umat melalui zakat" . Ketika itu langsung melihat dompet yang sebenar nya cukup untuk sedekah, tapi lagi-lagi berkata "Ahh nanti saja.."
Karena telah hidup mapan dan tempat tinggal jauh dari orang tua, sang ibu sering mengirimkan pesan singkat untuk putra/putri nya untuk sekedar menanyakan kabar dan sedikit mengobati rasa rindu nya, sebenar nya si anak pun bisa langsung membalas pesan tersebut. Karena kesibukan dunia, akhir nya tetap saja berkata "Ahh nanti saja.."
Sang ayah yang sudah renta telah tak berdaya lagi menopang tubuh nya karena penurunan fungsi kondisi tulang-tulang di kaki nya.
Sebenar nya si anak bisa saja meluangkan waktu untuk menjenguk dan mendo'akan ayah nya yang keadaan nya semakin memburuk.
Namun tetap saja berkata "Ahh nanti saja.."
Saat waktu termakan usia
Begitu banyak tindakan yang di sesali nya
Ucapan "Ahh nanti saja.." apakah masih berlaku ketika pintu taubat telah ditutup
Ketika cambuk malaikat sudah di depan mata
Ketika tilawah tiada lagi berguna
Ketika amalan sholat yang tak bisa lagi menolong
Ketika sedekah yang tak berarti lagi
Ketika sang ibu telah terbujur lemah dengan mata tertutup berharap mendapat kabar bahagia dari putra-putrinya hingga akhir hayat nya
dan Beliau kini tak bisa lagi mendo'akan mu
Ketika sang ayah tak mampu bernafas dan tak bisa berjumpa dengan putra putrinya hingga tutup usia, dan kini beliau tak bisa lagi engkau temui
Menyesal percuma
Berduka, meratap tak ada lagi artinya
Lalu masih kah di antara kita yang untuk melakukan KEBAIKAN masih berkata "Ahh, Nanti Saja.."
Renungi
Renungi
Renungi..
Oleh : Naafi Rachmadhani
Rumah Dakwah Indonesia - RDI
No comments