PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

WHAT DO YOU THINGS [2]

Share:
Coba diingat-ingat, waktu masa sekolah SMP dulu diantara teman kita siapa yang mendapat julukan murid sejati? Atau jangan-jangan malahan kita sendiri? Tipe murid sejati identik dengan duduk paling depan, sebisa mungkin dekat dengan meja guru.

Dalam urusan catat-mencatat dia yang menjadi rujukan dari teman-teman yang ketinggalan. Nilai ulangan sudah bisa dipastikan yang paling bagus, dan selalu mendapat predikat tiga besar.

Tiap kelas, pasti ada saja tipe siswa yang seperti ini. Biasanya, mereka tidak pernah kesulitan saat memilih sekolah lanjutan.

Sedangkan saya, bisa dibilang tipe kedua yaitu siswa yang memiliki prestasi biasa-biasa. Sekali mungkin pernah mendapat nilai kurang bagus. Maklum disekolah tidak saya pergunakan untuk belajar dengan benar, masih banyak main-mainnya.

Baru setelah memasuki kelas tiga semester terakhir saya sadar untuk memasuki sekolah selanjutnya diperlukan syarat-syarat yang tidak mudah. Maka mulailah saya belajar dengan serius.

Jadi dalam beberapa kondisi, sikap kita di akhir itu justru menjadi penentu. Meskipun disaat awal-awal kurang serius belajar. Asalkan sungguh-sungguh nanti dipastikan akan lulus, walaupun pasti hasilnya akan berbeda dengan mereka yang selalu rajin dan tekun diawal.



وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا

"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya."

(Hadist Riwayat Bukhari)

Pada bulan ramadhan, kaum muslimin juga terbagi menjadi dua tipe hampir mirip dengan diatas. Al-Imam Ibnu Rajab berkata bahwa sebagian orang merupakan hamba sejati sejak awal Ramadhan. Maka bagi mereka, tinggal menyempurnakan saja ketika bulan suci ini hendak berakhir.

ﻓَﻤَﻦْ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺃَﺣْﺴَﻦ ﻓِﻴْﻪِ ﻓَﻌَﻠَﻴِْﻪ ﺍﻟﺘَّﻤَﺎﻡ

"Maka barang siapa yang telah berbuat kebaikan selama bulan Ramadhan, baginya tinggal menutupnya dengan kesempurnaan."

Tetapi ada pula hamba tipe kedua. Orang-orang seperti saya ini, yang ibadahnya saat Ramadhan biasa-biasa saja, sesekali mungkin kurang bagus. Hari demi hari saya habiskan bukan untuk ibadah murni. Masih banyak main-mainnya.

Maka Al-Imam Ibnu Rajab pun membesarkan hati kita yang seperti ini agar jangan putus asa. Karena terkadang amal itu ditentukan di akhir. Yang harus kita lakukan adalah ikhtiar total dalam menutup bulan suci ini.

ﻭَﻣَﻦْ ﻓَﺮَّﻁَ ﻓَﻴَﺨْﺘِﻤْﻪُ ﺑِﺎﻟْﺤُﺴْﻨٰﻰ

"Dan barang siapa yang telah melalaikan bulan Ramadhan yang terlewat, baginya tinggal menutupnya dengan sebanyak-banyaknya kebaikan."


Ulama telah berwasiat agar jangan berkecil hati, boleh jadi sikap kita di akhir Ramadhan itu justru yang jadi penentu. Meski saat awal-awal kurang serius beramal, asalkan sungguh-sungguh di akhir seperti sekarang, insya Allah bisa lulus juga meninggalkan Ramadhan dengan sebaik-baiknya.

Maksimalkan diakhir ramadhan. Kerahkan segala tenaga terbaik #menjelangakhirramdhan. Tumpahkan kekuatan paling hebat untuk menutup bulan suci ini. Semangat!

No comments

Featured Post

HIDUP TIDAK PERNAH BERMASALAH, KITALAH SENDIRI YANG MEMBUATNYA MENJADI MASALAH

  "Hari ini sungguh sial. Jalanan macet, angkot biadab berhenti sembarangan, bos di kantor kurang ajar, mengapa semua orang menjadi bod...