PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

HIKAYAT GURU BIJAKSANA

Share:

 


Alkisah tersebutlah seorang guru agama yang telah dikenal keilmuannya di pelosok kampung. Ia utarakan niatnya akan membuka sebuah pondok pesantren baru dengan jumlah santri sepuluh orang.


Tentu saja dengan mudahnya ia dapat mengumpulkan sepuluh santri yang berasal dari berbagai tempat dan mereka semua mulai tinggal di dalam pondok tersebut.


Setelah berjalan beberapa waktu lamanya, terjadi sebuah tindakan pencurian yang dilakukan oleh seorang santri sehingga ia dilaporkan rekan-rekannya kepada sang guru. Namun diputuskan bahwa tindakan tersebut dimaafkan oleh gurunya.


Singkat cerita setelah berlalu cukup lama, terjadi lagi pencurian yang dilakukan oleh santri yang sama. Kali ini rekan-rekannya meminta agar si pelaku dikeluarkan dari pondok. Namun untuk kedua kalinya sang guru tetap memaafkan perbuatan tersebut.


Hingga terjadi kembali pencurian yang ketiga kalinya masih dilakukan oleh santri yang sama. Rekan-rekannya sudah kehilangan kesabaran hingga mereka mengancam apabila si pelaku tidak dikeluarkan dari pondok, maka biarlah mereka yang akan keluar saja.


Guru tersebut lantas mengumpulkan seluruh santri, termasuk si pelaku pencurian tersebut. Ia berkata dengan bijaksana,


"Kalian semua santri-santriku yang jujur, jika kalian ingin keluar dari pondok silakan saja karena aku yakin kalian tidak akan salah jalan di luar sana. Sebab kalian sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk."


Sepuluh pasang mata berkaca-kaca menunggu kelanjutan ucapan guru mereka tersebut.


"Namun bagi satu orang teman kalian yang malang ini, aku tak mungkin membiarkan dia keluar dari pondok. Siapa nanti yang akan mengajarkan dia tentang mana yang baik dan mana yang buruk?"


Seketika saja si pelaku itu menangis sejadi-jadinya dan menyesali perbuatannya. Ia tersentuh dengan ketulusan sang guru untuk memperbaiki dirinya. Ia merasa bersalah dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.


Demikianlah hikayat ini diceritakan dari mulut ke mulut tentang makna seorang pendidik. Bukanlah seseorang itu disebut guru sejati karena berhasil mengajarkan kebaikan kepada orang yang sudah baik. Namun karena tujuan luhurnya untuk memperbaiki orang-orang yang belum baik.


Menjadi pendidik itu tidak hanya butuh pengetahuan, melainkan juga butuh kesabaran. Memang ilmu membuat orang lain terpelajar, namun sabar yang membuat orang lain berubah lebih baik. Orang-orang barat berkata,


The key to everything is patience. You get the chicken by hatching the egg, not by smashing it.


(Kunci dari segala sesuatu adalah kesabaran. Engkau memperoleh ayam dengan mengeramkan telur, bukan dengan memecahkannya)


Kepada kita semua para pendidik, baik yang mengajarkan di sekolah maupun di rumah sebagai orang tua yang mendidik anak-anaknya, jadikanlah sabar sebagai mata uang yang paling utama dalam mengajar. 


Salam Bertumbuh.

⏰ Ada rezeki baru jika kita mau mencoba kehidupan yang baru!

No comments

Featured Post

HIDUP TIDAK PERNAH BERMASALAH, KITALAH SENDIRI YANG MEMBUATNYA MENJADI MASALAH

  "Hari ini sungguh sial. Jalanan macet, angkot biadab berhenti sembarangan, bos di kantor kurang ajar, mengapa semua orang menjadi bod...