PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

BELAJAR DARI TUKANG TAMBAL BAN

Share:

Suatu ketika ban sepeda saya bocor. Saya iseng mencari tambal ban melalui google maps. Ternyata ada. Sesampainya di lokasi tambal ban sudah menunjukkan pukul 11.20. "Orangnya sedang persiapan sholat dzuhur berjamaah di masjid mas." kata istrinya. Padahal adzan sholat dzuhur masih 17 menitan lagi. 


MasyaAllah, keterangan singkat istrinya itu membuat saya terenyuh terinspirasi. Saya aja kadang nunggu dengar adzan baru bergerak ke masjid. Ini tukang tambal ban, sejak 17 menit sebelum adzan sudah bergegas melakukan persiapan ke masjid. Terkadang dakwah dengan keteladanan lebih menyentuh ketimbang dari kata-kata.


Oke lah, saya juga ke masjid dulu. Setelah dari masjid saya datang lagi. Ketemu langsung dengan tukang tambal bannya. Saya tanyakan: "Kok tadi awal banget pak persiapan sholat jama'ahnya?"


"Saya tadi tahu masnya datang, tapi kalau saya layani bahaya, takut ketinggalan sholat dzuhur." jawabnya santuy. MasyaAllah, kalimatnya ringan, tapi mak jleb juga. Bahwa urusan akhirat jauh lebih harus kita utamakan ketimbang urusan dunia. Rezeki memang perlu dicari, tapi jangan lupa bahwa rezeki itu ada pemiliknya. Selama kita memperhatikan pemilik rezeki maka rezeki ndak bakal kabur.


"Kok ban saya bocor ya pak? apakah karena paku? atau terlalu kempes anginnya karena saya lupa mompa ya?" tanyaku penasaran. 

"ini bukan bocor mas, melainkan robek, bisa jadi karena anginnya kurang, ibarat orang kerja tapi belum sarapan. Mungkin kaki kuat, otak kuat, badan kuat, tapi perut kosong ya percuma, akhirnya magh (sakit) dan gak bisa kerja. Sama dengan ban ini, mungkin bensinnya ada, mesinnya aman, tapi ban dibiarkan kempes akhirnya bocor dan gak bisa jalan motornya."


MasyaAllah, tak hanya memberikan gambaran kenapa ban saya bocor, tapi menginspirasi prinsip hidup yang harus menjaga beberapa hal yang harus diseimbangkan, tidak boleh disepelehkan.

"Punya anak berapa pak?" kepo saya.

"Alhamdulillah, hehe, belum punya mas." jawabnya singkat. Pria berkepala 4 ini menjawab dengan santai bahagia, tanpa beban. Ternyata kunci ketenangan adalah bukan karena punya banyak harta atau keturunan melainkan rasya syukur kepada Allah.

"udah selesai ya pak. berapa ongkosnya?" tanyaku.

"terserah aja mas, biasanya berapa." jawabnya.


MasyaAllah, jadi bingung ngasih berapa. Baru kali ini tukang tambal ban tanpa minta tarif. Malah bilang ongkosnya terserah. Ini keteladanan cara mendidik infaq yang ikhlas.

"Mas, ini tadi ban dalamnya sobek. Segera beli cadangan yang baru lagi aja, saya gak menjamin tambalan saya awet."


MasyaAllah, rata rata orang bisnis menyampaikan bahwa garapannya baik agar banyak yang datang lagi, tapi ini beda, jujur.

Namanya pak Miftah


Saya tak perlu menyimpulkan, silakan diambil hikmahnya sendiri, semoga secuil kisah ini bisa menginspirasi kita semua. Aamiin


Oleh: Ustadz Elly Setiawan Budi

Cerita Inspirasi dan Motivasi 



No comments

Featured Post

Memanusiakan Manusia

Di Mekkah, ada ajaran kemanusiaan yang hebat. Persamaan dan kesetaraan sebagai manusia benar-benar nyata terlihat.  Ketika warna kulit, jeni...