Mari belajar dari sahabat Abu Hurairah, bagaimana memuliakan dan menghormati seorang Ibu.
Adz Dzahabi (Siyar A'lam 2/592-593) meriwayatkan kisah Abu Hurairah dan 2 butir kurma.
Waktu itu, Abu Hurairah merasa lapar. Karena tidak ada makanan, Abu Hurairah pergi ke masjid dan menemui sejumlah sahabat yang sudah ada di sana.
" Kenapa engkau kemari, Abu Hurairah?", tanya mereka.
Abu Hurairah menjawab, " Saya lapar".
" Demi Allah, kami pun tidaklah keluar melainkan karena lapar", tanggap mereka.
Abu Hurairah dan rombongan lantas bertamu ke rumah Rasulullah ﷺ.
Nabi Muhammad ﷺ menyambut dan menjamu mereka dengan kurma satu nampan. Masing-masing diberi jatah 2 butir kurma.
Beliau ﷺ bersabda, " Silahkan makan 2 butir kurma dan minumlah air setelahnya. Hal itu sudah mencukupi kalian seharian nanti"
Abu Hurairah mengambil 2 butir. Sebutir kurma dimakan. Butir kurma kedua disimpan.
Rasulullah ﷺ menanyakan hal itu, kenapa?
Abu Hurairah menjelaskan, " Saya simpan yang sebutir untuk Ibunda ku".
" Sudah dimakan saja. Untuk Ibunda mu, akan kami siapkan 2 butir kurma yang lain", kata Rasulullah ﷺ.
Subhanallah!
Abu Hurairah tidak hanya dikenal dengan ribuan hadis yang diriwayatkan. Beliau bukan saja mencontohkan untuk kita bagaimana semangat thalabul ilmi mesti dijalani. Abu Hurairah adalah teladan dalam berbakti.
Abu Hurairah lapar. Namun, tetap mengingat Ibunda nya. Abu Hurairah sudah ingin makan. Tetapi, beliau tidak mau sendiri menikmati makan. Ibunda nya harus turut merasakan.
Begitulah anak yang baik!
Ibunda nya diprioritaskan. Diutamakan. Didahulukan. Tidak dilupakan. Tidak dihapuskan.
Abu Hurairah sangat ingin berhaji.
Ibnu Sa'ad ( Thabaqat Kubra 4/329) meriwayatkan bahwa Abu Hurairah menunda keinginan berhaji karena Ibunda nya sangatlah tergantung padanya. Keperluan sehari-hari, Abu Hurairah lah yang mencukupi dan melayani.
Barulah setelah Ibunda beliau wafat, Abu Hurairah berangkat berhaji.
Tentu di saat itu, berhaji adalah perjalanan panjang yang menghabiskan banyak waktu. Abu Hurairah tidak bisa meninggalkan Ibunda nya.
Bagaimana dengan yang meninggalkan Ibunda nya hanya karena urusan kerja? Karena memenuhi hobi dan kesenangan? Mengikuti kebiasaan pergi-pergi?
Padahal Ibunda nya sendiri. Tidak ada yang mengurusi dan melayani.
Berbakti itu tidak sebatas menyiapkan kebutuhan materi. Kirim uang rutin setiap hari. Membangunkan rumah mewah dilengkapi kendaraan, fasilitas, dan pembantu rumah tangga.
Itu tidak cukup!
Berbakti itu tidak sekadar urusan biaya hidup, biaya rumah sakit, dan biaya-biaya lainnya.
Hakikat berbakti adalah ikhtiar agar orangtua semangat dan tenang untuk beribadah.
Dakwahilah orangtuamu! Ajaklah untuk beramal saleh. Kenalkan ajaran Tauhid. Kenalkan tentang Sunnah Nabi ﷺ. Jika mampu, biayai dan temani umrah atau haji.
Jangan hanya memikirkan dunianya. Pikirkanlah akhirat orangtua juga.
Abu Hurairah ( Sahih Muslim 1939) bercerita, " Saya mengajak Ibunda ku untuk masuk Islam. Waktu itu beliau masih musyrik"
Namun, suatu hari Abu Hurairah sangat terpukul dan sedih. Kenapa?
" Ibunda ku berbicara tentang Rasulullah ﷺ yang kurang saya sukai", beliau berkisah.
Abu Hurairah segera mencari dan menemui Rasulullah ﷺ. Kepada beliau, Abu Hurairah bercerita. Setelah itu meminta, " Wahai Rasulullah, tolonglah doakan agar Ibunda Abu Hurairah memperoleh hidayah"
Rasulullah ﷺ berdoa,
اللَّهُمَّ اهْدِ أُمَّ أَبِي هُرَيْرَةَ
" Ya Allah, berikanlah hidayah untuk Ibunda Abu Hurairah"
Mendengar doa Rasulullah ﷺ, Abu Hurairah bahagia dan optimis. Beliau segera pulang ke rumah.
t.me/anakmudadansalaf
No comments