Aku tak mau lagi menilai dirimu. Cukuplah kewajibanku untuk mengingatkanmu.
Jika kau tetap tak menerima nasehatku, biarkan nasehat itu hanya untukku. Karena hakekat nasehat adalah kontrol diri sendiri yang masih berharap diri dan orang lain mendapatkan kebaikan dari nasehat yang aku berikan.
Harus aku sadari tiada henti sampai mati, semakin sering aku menasehati orang lain, harusnya semakin sadar diriku untuk tak henti perbaiki diri dan memberi kebaikan pada orang lain.
Begitu juga sebaliknya, semakin sering aku menerima nasehat, semakin sadar diriku untuk tak henti introspeksi dan untuk selalu menjadi lebih baik, serta harus aku sadari, ketika aku menerima nasehat, maka hakekatnya Allah sedang menunjukkan padaku pada kebaikan melalui orang lain yang memberi nasehat kepadaku.
Lantas, alasan syar'i mana aku boleh menolak nasehat? Sementara nasehat itu adalah kebaikan. Sementara kebaikan itu akan mengantarkanku ke surgaNya.
Hanya orang yang ada di hatinya kebencian dan keangkuhan yang selalu mengartikan nasehat sebagai sikap menyerang, ancaman dan menghinakan harga dirinya.
Cukuplah nasehat hanya bermakna kebaikan. Memberi atau menerima nasehat, dua-duanya adalah kebaikan.
Hanya orang-orang yang berharap ridhoNya dan surgaNya, yang memaknai menerima dan memberi nasehat sebagai proses menuju hidup berkualitas dalam pandangan Allah. Wallaahu a'lam
No comments