Ibu saya membeli sebidang tanah. Rencananya akan dibangun tempat tinggal di atas tanah itu. Maka mulailah beliau memanggil beberapa orang tukang bangunan. Sedikit demi sedikit sebuah rumah mulai berdiri. Mungkin perlu waktu tiga bulan.
Setelah menjadi rumah, tidak lantas bisa ditempati. Karena perlu instalasi listrik dan saluran air. Siapa pula yang mau menempati rumah yang gelap gulita dan tidak mengalir air ke dalamnya untuk kebutuhan pokok seperti mandi, mencuci, dan sebagainya.
Akhirnya listrik terpasang dan saluran air tersambung. Inipun masih belum bisa ditempati. Furniture di dalam rumah harus dipikirkan. Sekurangnya ada tempat tidur untuk beristirahat dan perangkat dapur untuk memasak. Demikianlah seterusnya.
Sebidang tanah perlu persiapan yang sangat banyak untuk kita bisa tinggal di atas tanah tersebut. Berawal dari membangun rumah, sampai hal-hal pelengkap lainnya. Meski ada rumah namun tanpa kelengkapannya, tetap saja tak nyaman ditempati. Apalagi jika hanya tanah yang terhampar.
Melihat sendiri perjalanan panjang dalam membangun rumah mengingatkan saya kepada analogi seorang ulama Betawi, Guru Mursyidi. Salah satu nasihat beliau yaitu persiapkanlah alam kubur kita nanti, sebagaimana kita persiapkan rumah ketika masih hidup.
Memang ada persamaan antara alam kubur dengan rumah. Yaitu sama-sama menjadi tempat tinggal. Perbedaannya kalau alam kubur di bawah tanah, sedangkan rumah di atas tanah. Kalau alam kubur ditempati setelah kita meninggal dunia, sedangkan rumah ditempati sebelum kita meninggal dunia.
Alam kubur juga perlu persiapan yang sangat banyak sebelum kita tinggal di dalamnya. Kita tentu tidak mau tinggal di dalam tanah yang sempit dan gelap gulita. Bagaimana kita bisa istirahat dengan nyaman di alam kubur kalau segalanya tidak dipersiapkan dari sekarang?
Oleh karena itu segerakan taubat kepada Allah. Perbanyak amal saleh agar tempat tinggal kita di bawah tanah itu terang benderang. Jauhi perbuatan dosa karena hanya akan merusak persiapan-persiapan kita di tempat tinggal tersebut.
✏️ _Sahabatmu, Arafat._
https://t.me/moeslemdayas
No comments