Suatu hari ada seorang pencuri yang membobol sebuah rumah kosong. Ia bebas mengambil barang-barang berharga di rumah itu karena tak ada siapapun di sana. Tanpa disadari rumah itu sebenarnya dilengkapi CCTV dan si pemilik rumah sejak tadi mengetahui kedatangan pencuri tersebut dari kejauhan. Namun pemilik rumah itu hanya memantau saja dan tidak berbuat apa-apa.
Akhirnya pencuri itu berhasil membawa barang-barang berharga dan keluar dari rumah tersebut. Esok harinya pencuri itu datang lagi ke rumah yang sama karena merasa masih banyak barang yang bisa digasaknya. Si pemilik rumah juga mengetahui kedatangan yang kedua tersebut namun lagi-lagi ia tidak berbuat apa-apa.
Demikianlah setiap hari pencuri itu datang dan sedikit demi sedikit menguras harta benda yang ada di sana sampai habis. Sesekali pencuri itu berusaha masuk ke kamar anak, namun kamar itu terkunci. Si pemilik rumah yang memantau dari CCTV melihat pencuri itu kesulitan untuk masuk ke kamar anaknya maka dia berinisiatif untuk membuka kunci kamar anaknya.
Sehingga pada keesokan harinya ketika pencuri itu datang lagi seperti hari-hari sebelumnya, dia mendapati pintu kamar anak ternyata terbuka seolah-olah dia dipersilakan untuk masuk. Maka leluasalah ia mengambil harta benda milik anak-anak.
Akhir cerita, seluruh harta di rumah itu habis begitu pula harta di kamar anak-anak, maka pencuri itu pergi untuk selamanya. Kini tinggallah si pemilik rumah yang menyesal kenapa dia tidak mengambil tindakan pada saat kejadian berlangsung bahkan membiarkan saja pencuri itu menggasak habis harta benda di depan matanya. Semua penyesalan itu tak berguna karena hartanya tak bisa kembali lagi.
Bayangkan jika peristiwa tersebut terjadi pada kita, di mana kita yang berperan sebagai pemilik rumah. Sang pencuri membobol rumah kita sendiri. Ia bebas menggasak barang-barang berharga seperti waktu kita. Ia juga mencuri ibadah-ibadah kita. Bahkan kebersamaan bersama keluarga juga hilang ikut dirampas olehnya.
Semua terjadi di depan mata, namun kita sebagai pemilik rumah hanya memantau saja dan tidak berbuat apa-apa. Bahkan kita berinisiatif untuk mempersilakan ia melakukan hal yang sama kepada anak-anak kita. Sehingga habislah pula hal-hal berharga milik anak-anak.
Demikianlah setiap hari pencuri itu datang dan sedikit demi sedikit menguras hidup kita sampai habis. Kini tinggallah kita yang menyesal kenapa tidak mengambil tindakan pada saat kejadian berlangsung. Semua penyesalan itu tak berguna karena waktu yang hilang tak bisa kembali lagi. Pencuri itu bernama smartphone.
✏️ _Sahabatmu, Arafat._
No comments