Bijak Pengadil Untuk Anak Usil
Dunia anak memang luas. Selalu saja ada tema baru. Tak ada habisnya.
Perhatian dan pendampingan anak harus dilakukan sejak kecil. Sebab, watak dan karakter seseorang sangat dipengaruhi kondisinya di usia dini.
Anak usil, misalnya. Anak yang punya kebiasaan mengusik dan mengganggu yang lain. Selalu saja ada yang ia lakukan terhadap temannya atau saudaranya.
Jika tidak ditangani dan diterapi, akan fatal akibatnya. Emosi anak yang tidak tersalurkan dengan benar, mengakibatkan anak melakukan hal-hal yang menyimpang.
Kekerasan, tawuran, klitih, dan vandalisme, menjadi contoh dari akibat penanganan yang tidak tepat.
Apalagi jika tabiat anak ingin menang sendiri, maunya dinomorsatukan, susah mengalah, atau tak siap dinyatakan salah.
Inginnya yang lain ada di bawah, diatur dan menuruti maunya. Sukanya mencari-cari dan membesar-besarkan kekurangan teman, supaya dirinya dianggap lah yang terbaik.
Apalagi kalau licik bersandiwara!
Sambil menangis ia bercerita telah dizalimi. Kadang dibalut dengan setting menyedihkan. Ditunjukkan tangannya yang luka, diperlihatkan barangnya yang telah rusak.
Pandai benar anak itu mengarang cerita! Orang tua pun bisa tertipu. Gurunya yang mestinya menengahi, akhirnya kadang terbawa. Tanpa konfrontir, memutuskan sepihak.
Lupa barangkali dengan saudara-saudara Nabi Yusuf yang mendesain cerita bohong. Sengaja pulang di saat gelap, sambil menangis di hadapan sang ayah. Mengkhabarkan, " Yusuf dimakan serigala!".
وَجَاءُوا أَبَاهُمْ عِشَاءً يَبْكُونَ
" Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis " (QS Yusuf: 16)
قَالُوا يَا أَبَانَا إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوسُفَ عِندَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ ۖ وَمَا أَنتَ بِمُؤْمِنٍ لَّنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ
" Mereka berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar". (QS Yusuf :17)
Menangani anak usil, jangan dibiarkan seakan dimaklumi, dengan alasan masih kecil.
Juga tidak boleh dengan tindakan agresif, seperti merespon dengan memukul atau menghukum secara fisik. Respon agresif justru membikin anak tumbuh dengan sifat suka menyerang dan menyakiti orang lain.
Anak usil cobalah dekati dengan menjadi pendengar yang baik. Dengarkan alasannya, kenapa ia berbuat usil? Dari jawabannya, kita beri respon positif sambil mengarahkan untuk bersikap secara benar. Ingat, anak sangat senang jika ucapannya didengar!
Terangkan baik-baik bahwa perbuatan usilnya adalah tindakan yang keliru. Pakai suara yang lembut, jangan membentak. Jelaskan bahwa semua permasalahan dapat diselesaikan baik-baik.
Ajak anak berpikir jika ia berada di posisi pihak yang diusili, apa pendapatnya? Terangkan bahwa orang lain pun demikian. Tidak mau diusili.
Ringkasnya, sifat usil seringkali sudah terlihat pada anak sejak masih kecil. Orang tua atau pendidik harus tanggap, sehingga bisa menangani.
Jika dibiarkan, atau salah penanganan, takutnya ia menjadi pribadi yang akan puas kalau bisa menyerang orang, senang jika mengata-ngatai, suka mengumbar aib orang, dan tidak terima jika sedikit temannya karena dijauhi.
Lebih mengerikan lagi bila nantinya ia ditokohkan dan dianggap sebagai pemimpin. Efek buruknya sangat luas!
As Syaikh Abdullah Al Bukhari (Huququl Aulad, hal.37) mengingatkan, " Sungguh! Jika engkau menanam kebaikan (terhadap anak), engkau akan memanen kebaikan. Sebaliknya bila menanam keburukan, engkau pun akan memanen keburukan. Dan itu pasti! "
Beliau melanjutkan, " Pendidikan yang buruk memiliki banyak dampak buruk yang merusak -seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya-, terhadap anak, orang tua, bahkan masyarakat luas "
Maka, bijaklah dalam mendidik anak. Cermat dan bersikap arif ketika menghadapi anak usil, apalagi di posisi sebagai pengadil. Saat anak-anak sedang bertengkar.
09 Shafar 1445 H/25 Agustus 2023
No comments