وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
" Kehidupan dunia itu, tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu "
Ayat di atas dua kali disebut dalam Al Qur'an; Ali Imran 185 dan Al Hadid 20.
Ali Imran 185 mengingatkan kita bahwa setiap yang berjiwa akan mati, sehingga buat apa hidup jika hanya menjadi budak kesenangan yang menipu?
Al Hadid 20 menerangkan tentang kehidupan dunia yang penuh dengan permainan, melalaikan, bermegah-megah, dan saling menyombongkan anak dan harta. Padahal, itu semua hanya lah kesenangan yang menipu.
Kedua ayat di atas ibarat petir menggelegar agar kaum hedonis sadar. Kaum hedonis adalah orang-orang yang menandai bahagia dan sukses dengan kesenangan materi.
Kaum hedonis selalu menomorsatukan kepuasan duniawi, entah harta, pangkat, jabatan, titel, popularitas, fisik badan, dan hal-hal semisal.
Mereka berpikir harta adalah segala-galanya. Di mana ada harta, di situ ada bahagia. Padahal, para pemuja harta banyak yang berakhir stroke.
وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
Kaum hedonis menyangka dengan jabatan, ia bisa tertawa gembira. Sampai halal haram pun tak ia gubris. Padahal, tidak sedikit pejabat berujung penjara.
Mereka kira mulia ditimbang dengan titel dan gelar sarjana. Sepanjang umur rela dihabiskan, walau ia paham hal itu hanya relatif. Banyak sarjana mengalami depresi.
وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
" Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu "
Kaum hedonis berpikir kepuasan hakiki ditimbang dengan popularitas. Banyak follower, meriahnya fans, dan jumlah pengikut, adalah kesuksesan. Padahal, tidak sedikit yang akhirnya tersakiti oleh fans nya sendiri. Bahkan, karena beban popularitas, ada yang bunuh diri.
Mengejar karir agar setapak dan setingkat naik. Siang malam tak peduli. Capek lelah seakan tak dirasa. Namun, rumah tangganya hancur karena perselingkuhan.
Kaum hedonis bangga dengan rumah yang luas dan bertingkat. Padahal justru membuatnya capek dan pusing merawatnya.
Demi pekerjaan, badan rusak tidak diperhatikan. Habis waktu mengumpulkan uang, namun tak bisa ia menikmati karena terburu mati. Dia keluarkan biaya besar untuk merawat tubuh, sementara tubuh itu akhirnya lemah dan menua.
وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
Muncul tanya, kenapa kaum hedonis sebegitunya kehilangan akal sehat? Mengejar yang selalu menghindar, memburu sesuatu yang pasti berujung jalan buntu.
Jawabannya tersebut dalam surat Al-An’am ayat 29. Allah Ta'ala menerangkan pola pikir kaum hedonis :
وَقَالُوٓا۟ إِنْ هِىَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ
" Dan tentu mereka akan mengatakan (pula): "Hidup itu hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-sekali tidak akan dibangkitkan "
Kaum hedonis menyangka; hidup ya hidup, mati ya sudah. Hidup sekali kok dibuat susah. Pokoknya, kita senang-senang sepuasnya. Tidak usah pakai aturan, yang penting senang.
Senang apa? Senang bagaimana? Kaum hedonis adalah sekumpulan orang-orang yang rapuh jiwanya, sempit hatinya, dan lemah mentalnya.
Waktu dihabiskan untuk pusing memikirkan harta, uang, jabatan, prestasi, gelar, elektabilitas, dan hal-hal hedon lainnya.
Ah, semua yang mereka cari, yang mereka kejar, yang mereka buru, yang mereka miliki, yang mereka punya, saat kematian tiba, adakah yang dibawa masuk ke dalam kubur?
Kaum hedonis tidak beriman dengan hari kebangkitan, tidak percaya dengan hari pembalasan, dan mereka tak mengerti surga neraka.
Maka, bersyukurlah kepada Allah Ta'ala yang telah menyelamatkan hingga tak menjadi bagian kaum hedonis. Sambil berdoa, semoga kaum hedonis diberi hidayah oleh Allah Ta'ala.
Tarakan, 03 September 2023
t.me/anakmudadansalaf
No comments