Sempat diantar ke Raja Ampat yang indah itu, namun bagi saya ada yang lebih indah lagi, yaitu kebersamaan dan nuansa kekeluargaan bersama ikhwan-ikhwan.
Tidak ada rasa asing. Seolah-olah berada di rumah sendiri. Di tengah-tengah keluarga. Bukan seperti orang lain. Sama-sama terbuka, layaknya bersahabat puluhan tahun lamanya.
Bersahabat itu memang harus saling menjaga. Dimulai dari niatan, bahwa bersahabat tujuannya sama-sama mencari ridha Allah Ta’ala.
Selanjutnya, sama-sama saling memahami bahwa tidak ada yang sempurna, sehingga harus saling melengkapi. Untuk kemudian beristiqamah sampai ke Al Jannah.
Salah satu tema yang diangkat pun untuk meneguhkan itu, yakni Benar-benar Satu Tubuh.
Rasulullah ﷺ yang menegaskan! Beliau mengibaratkan orang beriman, satu dan lainnya, dalam hal cinta, kasih sayang, dan perhatian:
مثلُ الجسَدِ إذا اشتكَى منْهُ عضوٌ تدَاعَى لَهُ سائِرُ الجسَدِ بالسَّهَرِ والْحُمَّى
" Seperti satu tubuh. Jika ada anggota tubuh yang sakit, maka sakit itu dirasakan oleh seluruh anggota tubuh. Dengan susah tidur dan demam " HR Bukhari 6011 Muslim 2586
Jadikan sahabatmu seperti layaknya dirimu! Dan jangan sampai engkau memperlakukan sahabatmu, sebagaimana engkau sendiri tidak mau diperlakukan! Itulah kunci persahabatan.
Abul Barakat (wafat 984 H) dalam kitab Adabul 'Isyrah, menjelaskan banyak hal tentang tema ini.
" ... antara lain: hati yang selamat terhadap saudara-saudaranya, mau menasihati, dan siap menerima nasihat...As Saqthi mengatakan: Termasuk akhlak paling mulia pada orang-orang yang baik adalah hati yang selamat terhadap saudara-saudaranya dan menasihati mereka..." (hal.24)
Hati yang selamat itu apa? Yaitu hati yang terjaga dari rasa iri, sakit hati, tersinggung, dan selamat dari rasa ingin menyakiti.
Hati yang selamat adalah hati yang dijauhkan dari prasangka-prasangka buruk dan pikiran-pikiran yang negatif.
"...antara lain : meminimalisir konflik dengan saudara-saudaranya dalam sebab-sebab dunia...Yahya bin Mu'adz Ar Raazi mengatakan: Dunia beserta seluruh isinya tidak ada nilainya, jika mengalami sedih walau sesaat. Apalagi jika sedih itu sepanjang umur karena memutus hubungan persaudaraan disebabkan urusan dunia, apalagi hanya sedikit dunia yang didapatkan..." (hal.35)
Sebagian Salaf berkata, " Selama 40 tahun, aku berdoa kepada Allah agar menjagaku supaya tidak berkonflik dengan saudara-saudara "
Raja Ampat memang indah. Kepulauan di Semenanjung Doberai itu menjadi daya tarik untuk dikunjungi. Apalagi jika berkesempatan mendatangi beberapa spot, seperti puncak Piaynemo, snorkling di Arborek, dan Pasir Timbul sesuai pasang surutnya air laut.
Lebih-lebih dakwah Sunnah berkembang baik di sana. Rumah Tahfiz Al Quran sudah beroperasi. Tidak hanya pagi yang bersifat reguler, di sore hari TPA diikuti puluhan anak dari tetangga sekitar.
Masjid Raya Waisai sejak tahun 2013 sudah sering digunakan untuk kajian-kajian. Sunnah telah tersebar ke berbagai penjuru dan pulau-pulau.
Tugas ke depan adalah menjaga nikmat besar ini dengan merawat dan memupuk ukhuwwah. Internal harus solid dengan banyak mengalah, berlapang dada, dan suka memaafkan.
Sebab, indahnya Papua, indahnya Raja Ampat, itu masih belum sebanding dengan indahnya berukhuwwah.
Mudah-mudahan dakwah Sunnah semakin memancar cahayanya di Tanah Papua.
24 Februari 2024
No comments