Sebagai gerbang jazirah Arab di sisi utara, Tabuk berjarak 700 km dari kota Madinah. Lalulintas jazirah Arab dan wilayah Syam dihubungkan –salah satunya- oleh Tabuk.
9 hijriah, Tabuk menjadi tujuan ekspedisi militer yang dipimpin oleh Rasulullah ﷺ untuk merespon gerakan kekaisaran Romawi.
Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub, lebih dikenal dengan sebutan Ibnul Qayyim. Lahir tahun 691 H dan wafat tahun 751 H. Seorang ulama terkemuka dan sangat dihormati. Karya-karya beliau menghiasai literasi umat. Ibnul Qayyim menetap di Damaskus.
Tahun 733 H, usia ke-42, dalam perjalanan pulang dari haji, Ibnul Qayyim singgah di Tabuk. Sepucuk surat beliau tulis untuk kawan seperjuangan dalam thalabul ilmi yang tersebar di wilayah Syam.
Surat tersebut dikenal dengan nama Risalah Tabukiah.
Setelah mukaddimah singkat, Ibnul Qayyim memulai suratnya dengan ayat ke-2 surat Al Maidah ;
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“ Dan tolong-menolonglah kalian semua dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan jangan malah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan saling membenci. Bertakwalah kalian semua kepada Allah.Sungguh, Allah sangat pedih siksa- Nya “
Ada kandungan ayat ini?
Ibnul Qayyim mengingatkan bahwa ujung akhir dari perjalanan seorang hamba adalah kembali kepada Allah Ta’ala. Tidak ada pilihan lain! Mau tidak mau, suka atau benci, semua orang akan mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Tidak mungkin dihindari.
Agar tiba di hadapan Allah sebagai hamba yang diridhai, ia harus memiliki bekal dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk menempuh perjalanan panjang itu.
Jalan yang ia tempuh pun haruslah jalan yang dipilih dan dilalui oleh orang-orang yang diberi karunia oleh Allah, yaitu para nabi, kaum shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh.
Selain itu, untuk menempuh perjalanan yang berat tersebut, seorang hamba tidak mungkin sendirian. Ia harus bersama-sama dengan yang lain.
Dan bukan hanya sebatas bersama-sama. Namun, kebersamaan itu mesti dibangun di atas prinsip saling tolong-menolong, saling support, dan saling menguatkan.
Nah, Ibnul Qayyim membawakan ayat ke-2 Al Maidah di atas untuk menafsirkan dan menjelaskan tentang urgentnya at ta’awun.
Maka, siapapun yang berbicara mengenai at ta’awun, Risalah Tabukiah jangan sampai dilewatkan!
Mengenai ayat di atas, Ibnul Qayyim berkata, “ Ayat ini mencakup semua kemaslahatan hamba, baik untuk dunia maupun akhiratnya, untuk hubungan sesama hamba, maupun hubungannya dengan Rabb- nya. Sebab, seorang hamba tidak mungkin terlepas dari dua kewajiban; kewajibannya sebagai hamba kepada Allah, dan kewajibannya sebagai sesama hamba “
Ibnul Qayyim menerangkan 2 bentuk hijrah.
Pertama; hijrah dengan badan dari satu tempat ke tempat yang lain.
Kedua; hijrah dengan hati menuju Allah dan rasul- Nya.
“ Inilah hijrah yang sesungguhnya! Hijrah yang asli. Adapun hijrah dengan badan, sebatas penyerta saja”, tegas beliau.
Melalui Risalah Tabukiah, Ibnul Qayyim menerangkan tentang ; hakikat kebaikan dan takwa, ilmu yang bermanfaat, keharusan menunaikan hak Allah dan hak hamba, berhijrah kepada Allah dan rasul- Nya, makna cinta kepada Rasulullah ﷺ, keharusan berpegangteguh dengan Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman Salafus Salih, serta jalan bahagia dan jalan celaka.
Inti dari Risalah Tabukiah adalah penjelasan Ibnul Qayyim mengenai safar (perjalanan hamba) untuk kembali kepada Allah, termasuk tentang; bekal perjalanan, jalan yang ditempuh, kendaraan yang digunakan, dan teman perjalanan.
Surat sepucuk dari Tabuk ditutup dengan nasihat tentang pentingnya membaca dan mentadabburi ayat-ayat Al Qur’an.
“ Siapa yang mempelajari tulisan ini, melalui beberapa halaman, tentu akan memahami bagaimana cara untuk mewujudkan ta’awun ‘alal birri wat taqwa dan perjalanan hijrah untuk kembali kepada Allah dan rasul- Nya “, pungkas Ibnul Qayyim.
Risalah Tabukiah ibarat buku saku perjalanan ke akhirat.
Lendah, 04 Maret 2024
t.me/anakmudadansalaf
No comments