Lagi Mengenai Rezeki
Al Utsaimin (Syarah Arbain, hadits ke- 4) menerangkan bahwa rezeki ada dua bentuk.
Pertama; rezeki untuk kebutuhan badan, seperti ; makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, atau hal yang berkaitan dengannya.
Rezeki bentuk kedua adalah yang berkaitan dengan agama seseorang. Contohnya ilmu dan iman.
Dengan demikian, rezeki tidak hanya tentang materi atau kebendaan. Tidak sebatas uang atau barang. Bisa membaca Al Qur’an adalah rezeki. Menjaga dzikir pagi petang juga rezeki. Mampu salat 5 waktu bagian dari rezeki. Ibadah apapun itu, jika dikerjakan, menjadi rezeki yang luar biasa. Walhamdulillah
Selanjutnya…
Allah Ta’ala berfirman ;
لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“ Hanya milik Allah lah perbendaharaan langit dan bumi. Dia melapangan rezeki untuk yang dikehendaki- Nya dan menyempitkannya (untuk yang dikehendaki- Nya). Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala sesuatu “ (QS As Syura; 12)
Al Utsaimin dalam Tafsir ayat di atas, menjelaskan bahwa Allah Maha Mengetahui tentang segala sesuatu, tidak terkecuali rezeki. “ Allah mengetahui bahwa untuk si A lebih baik untuknya rezeki dilapangkan. Sementara untuk si B, justru rezeki yang sempit jauh lebih baik “, terang Beliau.
Kenapa demikian?
Allah Ta’ala berfirman;
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“ Dan jika Allah melapangkan rezeki untuk hamba-hamba Nya, tentu mereka akan melakukan perbuatan melampaui batas di muka bumi “ (QS As Syura; 27)
Apabila rezeki yang lapang tidak pada tempatnya, maka, “ Muncul perbuatan melampaui batas, kezaliman, sombong tak mau beribadah, dan mendustakan kebenaran “, jelas Al Utsaimin.
Banyak orang ketika rezeki nya pas-pasan, bersikap rendah hati dan perhatian kepada yang lain. Giliran diuji dengan rezeki berlimpah, ia pun sombong dan suka merendahkan orang. Banyak orang saat statusnya orang biasa, senang bergaul dan suka berbaur. Namun, semua berbalik drastis setelah berpangkat atau punya jabatan. Ia menutup diri dan membuat jarak dengan orang sekitar.
Tidak sedikit orang yang sebelumnya tawadhu dan bersahabat karena masih sama-sama belajar. Tatkala ia diuji dengan bertambahnya ilmu, ia malah tinggi hati dan meremehkan yang lain. Ketika masih berlatih membaca huruf-huruf hijaiyah, ia terlihat menghargai bahkan menyemangati teman-temannya. Tetapi, setelah ia melaju dan berkembang kemampuan Al Qur’an atau bahasa Arab nya, tidak sekali dua kali ia mengucapkan kata-kata yang mengejek. Allahul musta’an
Kesimpulannya?
Rezeki itu tidak hanya tentang dunia. Ibadah dan amal saleh pun terbilang rezeki. Allah Maha Mengetahui siapa yang layak dilapangkan dan siapa yang disempitkan rezekinya. Tentu untuk hikmah yang sangat luas, juga untuk kebaikan hamba.
Jangan sombong jika rezekimu lapang! Jangan kecil hati bila rezekimu sempit! Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untukmu.
Namun demikian, kita diperintahkan untuk mencari dan berjuang memperoleh rezeki sebaik-baiknya. Tak kalah penting adalah selalu berdoa ;
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“ Ya Allah, sungguh aku memohon kepada- Mu; ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima “ (HR Ibnu Majah no.925 dari Ibunda Ummu Salamah)
12 Shafar 1447 H/07 Agustus 2025
https://t.me/anakmudadansalaf



No comments