Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Suatu siang. Di persimpangan jalan yang tak terlalu besar. Seorang pengendara Pajero Sport keluaran terbaru membuka sedikit kaca jendela mobilnya. Sambil berbelok memutar kendaraannya yang cukup mewah itu, ia mengeluarkan tangan kanannya. Di telapak tangannya ada uang 50 ribu rupiah. Berdiri tak jauh di situ seorang lelaki paruh baya. Sambil memberi aba-aba dengan tangannya, dengan sigap ia menyambar uang tersebut sembari sedikit membungkukkan badannya penuh hormat. Seketika uang itu berpindah tangan. Lelaki itu, sebutlah Pak Ogah. Sehari-hari ia memang berprofesi sebagai “pengatur lalu-lintas” di persimpangan jalan itu.
Dengan kondisi jalanan yang tidak terlalu ramai, sehari paling banter ia biasa membawa pulang 15-20 ribu rupiah. Tentu tak cukup untuk menafkahi istri dan ketiga anaknya. Itu pun setelah ia “bekerja” dari pagi sampai sore. Pasalnya, rata-rata pengendara mobil cuma memberi dia seribu rupiah. Kadang-kadang cuma 500 rupiah. Bahkan banyak pula yang tidak memberi sepeser pun. Kecuali jika sedang benar-benar mujur. Seperti barusan. Ia mendapatkan 50 ribu rupiah. Tapi itu sangat jarang sekali.
Namun demikian, berapa pun yang ia dapat, ia selalu bersedekah minimal 2 ribu rupiah setiap hari kepada seorang wanita tua, yang sehari-hari mengemis di seberang jalan. Tak jauh dari persimpangan jalan itu.
Adakah yang istimewa dari kisah di atas? Tak ada. Kecuali sedekah pemilik Pajero Sport senilai 50 ribu rupiah yang terlihat besar untuk diberikan kepada seorang Pak Ogah. Sangat jauh dengan sedekah Pak Ogah yang cuma 2 ribu rupiah kepada pengemis wanita tua itu. Begitu mungkin anggapan kebanyakan kita.
Padahal sejatinya anggapan itu salah. Sedekah Pak Ogah sesungguhnya jauh lebih besar dari sedekah pemilik mobil mewah tersebut. Kok bisa?
Agar paham, mari kita simak sabda Nabi saw. berikut:
سَبَقَ دِرْهَمٌ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ : رَجُلٌ لَهُ دِرْهَمَانِ أَخَذَ أَحَدَهُمَا فَتَصَدَّقَ بِهِ، وَ رَجُلٌ لَهُ مَالٌ كَثِيْرٌ فَأَخَذَ مِنْ عِرْضِهِ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ فَتَصَدَّقَ بِهَا
Satu dirham telah mengungguli 100 ribu dirham: Seseorang memiliki dua dirham, lalu ia mengambil salah satunya dan menyedekahkannya. Seseorang yang lain memiliki harta berlimpah, lalu ia mengambil 100 ribu dirham dari kekayaannya itu dan menyedekahkannya (HR an-Nasai).
Maknanya, satu dirham yang disedekahkan oleh seseorang miskin jauh lebih besar nilainya dari 100 dirham yang disedekahkan oleh orang kaya. Satu dirham saat ini kira-kira setara dengan 50 ribu rupiah. Berarti 100 ribu dirham sama dengan 5 miliar rupiah. Artinya, menurut Rasulullah saw., keutamaan sedekah Rp 50 ribu dari orang miskin bisa mengalahkan keutamaan sedekah Rp 5 miliar dari orang kaya (Lihat: Ibn Rajab, Fath al-Bari, I/125).
Berdasarkan hadis di atas, Andai si A yang miskin punya uang cuma Rp 100 ribu, lalu ia menginfakkan setengahnya (50%} sebesar Rp 50 ribu, maka si B yang kaya yang punya uang Rp 100 miliar, agar bisa menyamai atau bahkan mengalahkan sedekah si A, ia harus berinfak setengahnya (50%) pula atau lebih dari total hartanya, yakni sebesar Rp 50 miliar atau lebih. Sanggupkah?
Alhasil, semoga kita tidak merasa senang dan bangga dulu saat kita bersedekah dengan nominal yang besar, sementara sisa harta kita masih berlimpah.
Sebaliknya, semoga kita tidak menganggap remeh orang yang bersedekah dengan nominal yang kecil. Sebab boleh jadi itu merupakan setengah dari hartanya yang dia punya karena memang dia tak punya banyak harta karena miskin.
Oleh: Ustadz Arief B Iskandar.
Suatu siang. Di persimpangan jalan yang tak terlalu besar. Seorang pengendara Pajero Sport keluaran terbaru membuka sedikit kaca jendela mobilnya. Sambil berbelok memutar kendaraannya yang cukup mewah itu, ia mengeluarkan tangan kanannya. Di telapak tangannya ada uang 50 ribu rupiah. Berdiri tak jauh di situ seorang lelaki paruh baya. Sambil memberi aba-aba dengan tangannya, dengan sigap ia menyambar uang tersebut sembari sedikit membungkukkan badannya penuh hormat. Seketika uang itu berpindah tangan. Lelaki itu, sebutlah Pak Ogah. Sehari-hari ia memang berprofesi sebagai “pengatur lalu-lintas” di persimpangan jalan itu.
Dengan kondisi jalanan yang tidak terlalu ramai, sehari paling banter ia biasa membawa pulang 15-20 ribu rupiah. Tentu tak cukup untuk menafkahi istri dan ketiga anaknya. Itu pun setelah ia “bekerja” dari pagi sampai sore. Pasalnya, rata-rata pengendara mobil cuma memberi dia seribu rupiah. Kadang-kadang cuma 500 rupiah. Bahkan banyak pula yang tidak memberi sepeser pun. Kecuali jika sedang benar-benar mujur. Seperti barusan. Ia mendapatkan 50 ribu rupiah. Tapi itu sangat jarang sekali.
Namun demikian, berapa pun yang ia dapat, ia selalu bersedekah minimal 2 ribu rupiah setiap hari kepada seorang wanita tua, yang sehari-hari mengemis di seberang jalan. Tak jauh dari persimpangan jalan itu.
Adakah yang istimewa dari kisah di atas? Tak ada. Kecuali sedekah pemilik Pajero Sport senilai 50 ribu rupiah yang terlihat besar untuk diberikan kepada seorang Pak Ogah. Sangat jauh dengan sedekah Pak Ogah yang cuma 2 ribu rupiah kepada pengemis wanita tua itu. Begitu mungkin anggapan kebanyakan kita.
Padahal sejatinya anggapan itu salah. Sedekah Pak Ogah sesungguhnya jauh lebih besar dari sedekah pemilik mobil mewah tersebut. Kok bisa?
Agar paham, mari kita simak sabda Nabi saw. berikut:
سَبَقَ دِرْهَمٌ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ : رَجُلٌ لَهُ دِرْهَمَانِ أَخَذَ أَحَدَهُمَا فَتَصَدَّقَ بِهِ، وَ رَجُلٌ لَهُ مَالٌ كَثِيْرٌ فَأَخَذَ مِنْ عِرْضِهِ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ فَتَصَدَّقَ بِهَا
Satu dirham telah mengungguli 100 ribu dirham: Seseorang memiliki dua dirham, lalu ia mengambil salah satunya dan menyedekahkannya. Seseorang yang lain memiliki harta berlimpah, lalu ia mengambil 100 ribu dirham dari kekayaannya itu dan menyedekahkannya (HR an-Nasai).
Maknanya, satu dirham yang disedekahkan oleh seseorang miskin jauh lebih besar nilainya dari 100 dirham yang disedekahkan oleh orang kaya. Satu dirham saat ini kira-kira setara dengan 50 ribu rupiah. Berarti 100 ribu dirham sama dengan 5 miliar rupiah. Artinya, menurut Rasulullah saw., keutamaan sedekah Rp 50 ribu dari orang miskin bisa mengalahkan keutamaan sedekah Rp 5 miliar dari orang kaya (Lihat: Ibn Rajab, Fath al-Bari, I/125).
Berdasarkan hadis di atas, Andai si A yang miskin punya uang cuma Rp 100 ribu, lalu ia menginfakkan setengahnya (50%} sebesar Rp 50 ribu, maka si B yang kaya yang punya uang Rp 100 miliar, agar bisa menyamai atau bahkan mengalahkan sedekah si A, ia harus berinfak setengahnya (50%) pula atau lebih dari total hartanya, yakni sebesar Rp 50 miliar atau lebih. Sanggupkah?
Alhasil, semoga kita tidak merasa senang dan bangga dulu saat kita bersedekah dengan nominal yang besar, sementara sisa harta kita masih berlimpah.
Sebaliknya, semoga kita tidak menganggap remeh orang yang bersedekah dengan nominal yang kecil. Sebab boleh jadi itu merupakan setengah dari hartanya yang dia punya karena memang dia tak punya banyak harta karena miskin.
Oleh: Ustadz Arief B Iskandar.
No comments