PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

FINALLY, I FOUND HIM

Share:

Lelaki yang kisahnya telah saya dengar bertahun-tahun lalu ini adalah salah satu dari sekian banyak cerita orang-orang saleh yang sulit dilupakan. Sejak pertama mendengarnya, sungguh kisah itu terlanjur menancap kuat di ingatan.


Namun sayangnya, dahulu saya tidak sempat bertanya kepada sang pencerita siapakah gerangan lelaki yang mulia tersebut. Hingga waktu terus bergulir tahun demi tahun, sampai Allah berkenan menurunkan nikmat-Nya dengan menunjukkan kepada saya jati diri lelaki istimewa tersebut.


Suatu kehormatan bagi saya untuk dapat mengetengahkan kisah ini kepada saudara semua, semoga meninggalkan bekas yang dalam di hati saudara sebagaimana yang pernah saya rasakan ketika pertama kali mendengar cerita ini.


Kisah ini tertulis dalam kitab kumpulan nasihat Al-Allamah Al-Qutb Abdul Qadir Assegaf dari Jeddah. Kurang lebih beginilah jalan ceritanya;


Alkisah seorang anak lelaki yang tumbuh hingga remaja dalam pengasuhan yang baik dari ayah dan ibunya. Kedua orang tuanya menjaga dengan sungguh-sungguh akhlak di dalam keluarga. Ayahnya yang alim mengajarnya kitab-kitab ulama sedangkan ibunya yang salehah mendidiknya adab yang luhur.


Hingga tibalah saat ayahnya wafat, remaja lelaki itu kehilangan sosok bapak sekaligus guru. Ia lantas berniat menemui teman baik ayahnya sekaligus ulama besar pada zaman itu yaitu Al-Imam Abdullah bin Husain bin Tahir, pengarang kitab Sullamut Taufiq.


Ketika telah tiba di hadapan Al-Imam Abdullah, beliau hanya memberikan kitab Ihya Ulumuddin dan berpesan agar si lelaki kembali ke rumah dan membaca isi kitab tersebut sedikit demi sedikit.


Peristiwa yang terjadi berikutnya adalah klimaks dari kisah ini. Yaitu setelah berbulan-bulan lelaki ini mendalami sendiri Ihya Ulumuddin, ia sampai kepada bab tentang akhlak tercela dalam kitab tersebut.


Sebuah bab yang menerangkan tentang perbuatan ghibah (membicarakan kejelekan orang lain), perbuatan hasad (dengki dengan kenikmatan orang lain), dan lain sebagainya sifat yang buruk.


Lelaki itu betul-betul tidak mengerti dengan pembahasan tersebut. Ia lantas datang menemui Al-Imam Abdullah untuk menanyakan hal ini. 


Demi mendengar pertanyaan tersebut, ulama besar ini terdiam. Matanya tampak berkaca-kaca menyaksikan lelaki yang demikian bersih hatinya sedang duduk di depannya.


"Anakku, bab tersebut bukan untukmu. Karena engkau menerima pendidikan dari orang tuamu (yang sangat lembut), maka engkau tak pernah tahu selama hidupmu ini sifat-sifat seperti ghibah dan hasad itu ada."


Demikianlah kisah ini berakhir, sebuah kisah tentang rumah yang penuh dengan pendidikan akhlak mulia, sampai-sampai penghuni rumahnya tak pernah mendengar sama sekali adanya akhlak tercela.


Sebuah kisah tentang orang tua yang memberi teladan baik sepanjang waktunya, menjaga anak-anaknya dengan sangat hati-hati, sampai anak-anak mereka belum pernah melihat sama sekali tentang apa yang dinamakan "akhlak buruk".


Sebuah kisah yang membuat hati ini cemburu ketika mendengarnya pertama kali seraya menjerit kepada Allah, "Duhai Rabb, ampuni dosa kami karena anak-anak justru mengenal akhlak tercela itu dari diri kami sendiri."


Lelaki dalam kisah itu bernama Sayyid Abdul Qadir bin Hasan Assegaf yang lahir pada kisaran tahun 1200-an Hijriyah di negeri Yaman. 


Salam Bertumbuh.

⏰ Ada rezeki baru jika kita mau mencoba kehidupan yang baru!


@UstadArrafat

No comments

Featured Post

HIDUP TIDAK PERNAH BERMASALAH, KITALAH SENDIRI YANG MEMBUATNYA MENJADI MASALAH

  "Hari ini sungguh sial. Jalanan macet, angkot biadab berhenti sembarangan, bos di kantor kurang ajar, mengapa semua orang menjadi bod...