PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

Zuhud

Share:

 



Yang Kadang Terlewatkan Tentang Zuhud


Karena harta, manusia saling bunuh. Karena wanita, manusia tidak menghargai nyawa. Karena jabatan, kawan seperjuangan difitnah dengan kejam.


Demi sesuap nasi, batasan halal haram tidak dipedulikan. Demi hobi dan kesenangan, banyak kewajiban diabaikan. Demi uang, murka Allah tidak ditakuti.


Iya, walaupun demikian, tidak sedikit hamba-hamba Allah yang memilih hidup zuhud.


Masih ada yang tidak rakus harta. Masih ada yang menahan pandangan dan hati terhadap wanita. Masih ada yang tidak terbawa arus memburu jabatan.


Ada hamba Allah yang mencukupkan dengan makanan dan minuman yang ada. Ada hamba Allah yang tidak mau mengorbankan kewajibannya demi hobi. Ada hamba Allah yang tidak mata duitan.


Bicara tentang zuhud, seringkali pikiran langsung terkoneksi dengan hal-hal keduniaan yang rela ditinggalkan demi meraih cinta Allah Ta’ala.


Benar! Itulah zuhud. Namun, zuhud tak hanya tentang itu. Ibnul Qayyim dalam Thariqul Hijratain menyebutkan jenis dan tingkatan zuhud.


" Zuhud terhadap dirimu sendiri! Inilah bentuk zuhud yang paling berat, dan paling sulit ", terang Ibnul Qayyim.


Beliau menjelaskan bahwa; zuhud terhadap hal-hal yang haram, masih terbilang mudah. Zuhud terhadap hal-hal makruh, hal-hal mubah secara berlebih, dan hal-hal keduniaan, semuanya masihlah dapat dicapai banyak orang.


Namun, zuhud terhadap diri sendiri, inilah yang sulit!


Apa yang dimaksud zuhud terhadap diri sendiri? Ibnul Qayyim membuatnya menjadi 2 tahapan. Tapi, kita bicara tahapan pertama saja terlebih dahulu.


" Engkau buat dirimu mati, sehingga tidak ada lagi harganya sama sekali. Jangan marah karena merasa dirimu berharga, jangan senang kepada seseorang karena merasa dirimu dihargai. Jangan membela dirimu sendiri, jangan ingin membalas karena merasa dirimu tidak dihargai ", jelas Ibnul Qayyim.


Ibnul Qayyim memang benar! 


Ada orang mampu zuhud terhadap hal-hal keduniaan, namun sulit berzuhud terhadap dirinya!


Ia melihat dunia tidak ada harganya. Ia memandang rendah jabatan, harta, godaan wanita, dan apapun tentang dunia. 


Namun, ia masih merasa dirinya ada harga, hingga tidak seharusnya dicela. Ia masih merasa dirinya tinggi, hingga tidak pantas direndahkan.


Ibunda Aisyah menerangkan tentang Rasulullah ﷺ:


وما انْتَقَمَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ لِنَفْسِهِ في شيءٍ قَطُّ، إلَّا أنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللَّهِ، فَيَنْتَقِمَ بهَا لِلَّهِ


" Demi Allah! Beliau tidak pernah satu kali pun marah demi membela diri sendiri, kecuali ada hukum Allah yang dilanggar, barulah Beliau marah karena Allah " HR Bukhari 6126 Muslim 2327


Menurut An Nawawi hadis di atas mengajarkan kita (terkait pribadi) untuk mudah memaafkan, berlapang jiwa, dan tidak mempedulikan gangguan orang.


Benar-benar sulit! Seperti keterangan Ibnul Qayyim!


Seseorang bisa makan minum seadanya. Dia bisa berpakaian sangat sederhana. Dia bisa irit bicara. Dia bisa hidup ala kadarnya. Tapi, saat dirinya dicela dan dihina, marahlah dia!


Ketika dibilang pelit, ia tersinggung (padahal memang pelit). Ketika dikatakan bodoh, ia sakit hati (padahal siapa di antara kita yang tidak bodoh?). 


Ketika dikomentari tidak berperasaan, tidak ikut andil, tidak berpartisipasi, atau tidak mau membantu (padahal kenyataannya demikian), dia tidak terima. Bahkan dia cenderung untuk menyebutkan satu per satu "kebaikan", "andil', dan "partisipasi" yang pernah dia lakukan.


" Dirimu sendiri, menurutmu, adalah hal yang paling najis untuk dibela", kata Ibnul Qayyim.


Jika zuhud sudah di tingkat ini, maka ia sudah melewati tanjakan terakhir dalam perjalanan. Ia telah tiba di puncak tertinggi.


Setelahnya, kata Ibnul Qayyim, " Ia bisa turun ke lembah keabadian, mereguk dari mata air kehidupan. Ruh nya telah terbebas dari penjara ujian dan cobaan. Ruh nya telah terbebas dari belenggu syahwat. Dan dia benar-benar sudah berkaitan dengan Rabb nya, Sesembahan nya, dan Pelindung nya, yaitu Dzat Yang Maha Benar".


Mudah-mudahan Ramadhan tahun ini, kita semakin jauh melangkah menuju kebaikan. 



Post a Comment

No comments

Featured Post

Menua Bersama Lebaran

  Sudah berapa kali Lebaran dilalui? Pelajaran hidup apa yang dipetik? Lebaran momen kita saling berjumpa. Teman lama, tetangga kampung, sam...