PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

Hai, Hati, Belumkah Berlabuh?

Share:



Hai, Hati, Belumkah Berlabuh?


Hai, Hati...teduh nian menyenandungkan bait syair An Nawawi ini.


إنَّ للَّهِ عِبَاداً فُطَنَا _ تَرَكُوا الدُّنْيَا وَخَافُوا الفِتَنَا

نظروا فيها فلما علمو _ أنها ليست لحيٍّ وطنا

جعَلُوهَا لُجَّةً وَاتَّخَذوا _ صالحَ الأعمالِ فيها سفنا


Sungguh! Ada hamba-hamba Allah yang cerdas.

Dunia mereka tinggalkan, godaan-godaannya ditakuti.

Mereka perhatikan dunia, tapi mereka pun sadar itu bukan tempat tinggal.

Mereka pandang dunia bagai lautan, sementara amal salih mereka jadikan sebagai kapal


Hai, Hati, dunia bagaikan lautan. Kapankah berlabuh?


Ambisimu mengeruk menumpuk harta, membawamu seperti menuju pusaran air. Pasti engkau terjebak.

Popularitas yang engkau impikan bagai gelombang bergulung-gulung. Tenggelam lah engkau!


Hai, Hati. Apakah obsesimu wanita dan senggama saja? Ah, itu bagai air laut asin yang semakin meminum, semakinlah haus. Tak menghilangkan dahaga.

Jabatan demi jabatan hanyalah menambah tekanan, ibarat menyelam yang bertambah dalam bertambahlah tekanan. Akan hancur dan porak poranda!


Abu Qilabah Al Jarmi. Seorang tokoh tabi'in yang memilih lari bersembunyi di tempat yang jauh karena menolak diberi jabatan sebagai hakim. Ketika ditanya, kenapa?


" Saya tidak menemukan perumpamaan yang lebih pas untuk seorang hakim sekalipun berilmu, melainkan seperti orang yang berada di laut, tidak mungkin ia mampu berenang karena akhirnya tenggelam juga ", jawabannya.


Hai, Hati, dunia seperti lautan. Belumkah berlabuh?


Laut saat engkau masuk gelap dan berlipat-lipat lebih gelap saat turun ke bawah. 

Seperti itu juga engkau mengikuti berita-berita politik atau gosip-gosip selebritis.

Apakah setiap teluk dan selat ingin engkau jelajahi? Tak ada ujungnya. 


Dunia umpama lautan. Ada rip current yang diam-diam datang menyeret. Ada palung dalam yang tak terjamah. Ada arus bawah laut yang tidak terlihat namun mematikan. Ada tsunami yang tiba-tiba. Ada binatang-binatang beracun yang sekali tersentuh hilanglah nyawa.

Hei sadarlah, Hati, tenangnya permukaan dan birunya warna lautan hanyalah ilusi!


Itulah dunia! Ada iri dengki yang tak berhenti. Ada marah dan dendam yang tak sembuh-sembuh. Ada luka terbuka menganga karena kata-kata. Ada sombong takabbur yang menjatuhkan terpelanting. Ada konflik dan pertikaian yang tak ada ujung pangkalnya. Ada persaingan yang memuakkan. 

Hei bangunlah, Hati, tidaklah kesenangan dunia itu kecuali menipu saja!


Hai, Hati, dunia laksana lautan. Tidakkah engkau ingin segera berlabuh?


Lelah. Lelah dan lelah. 

Engkau ikutkan ambisi-ambisimu. 

Engkau jauh dari Penciptamu!? Makan, minum, tidur, dan bermain.

Rumah Allah engkau jauhi, malah tempat dosa engkau datangi.

Firman Allah kapan terakhir dibaca, justru musik dan lagu yang mengisi hari-hari.

Destinasi-destinasi wisata engkau cari, tapi kapan berkunjung ke Tanah Suci?


Belum penat? Belum letih? Belum payah?

Sudahlah, Hati, segeralah berlabuh! Berlabuhlah di kasih sayang Allah Ta’ala. 


أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلْحَقِّ 


" Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) " QS Al Hadid: 16


Makkah Al Mukarramah, 09 Maret 2025

Post a Comment

No comments

Featured Post

Menua Bersama Lebaran

  Sudah berapa kali Lebaran dilalui? Pelajaran hidup apa yang dipetik? Lebaran momen kita saling berjumpa. Teman lama, tetangga kampung, sam...