Ditulis : Ustad Arafat
Mari berimajinasi tentang tiga keadaan berikut ini, untuk memudahkan kita dalam memahami apa yang dimaksud dengan the value of something.
Pertama, bayangkan seseorang sedang mengendarai motor di jalan raya kemudian ia merogoh saku celananya dan menyadari ponselnya tidak ada. Ia tentu cemas. Ia menduga kemungkinan terjatuh di jalan.
Maka orang itu memutar balik arah kendaraannya dan mengamati lokasi jalan yang baru saja ia lewati. Benar saja, ada sebuah ponsel tergeletak di pinggir jalan. Ia dekati benda tersebut dan ternyata memang miliknya. Kini hatinya menjadi lega.
Kedua, bayangkan jika orang yang ponselnya terjatuh itu tidak berhasil menemukan sesuatu di jalan tempat ia tadi melintas. Ia lantas bertambah panik.
Ia putuskan untuk mencarinya sekali lagi, tetapi masih tidak ditemukan apa-apa. Jantungnya semakin berdegup kencang. Pasti seseorang sudah mengambil ponsel itu lebih dulu.
Lalu ia melihat ada pos keamanan tidak jauh dari sana, maka ia lantas coba-coba bertanya ke sana, siapa tahu saja masih rezekinya. Benar saja, rupanya seorang petugas mengamankan ponsel itu dari pinggir jalan.
Ia sangat senang sekali, dan mengucapkan terima kasih berulang-ulang kepada petugas yang jujur itu. Hatinya kini sangat lega.
Ketiga, bayangkan jika ternyata orang itu tidak menemukan ponselnya meski sudah berulang kali ia periksa kondisi jalan dan saat ia bertanya ke pos keamanan juga tidak ada yang tahu.
Ia menjadi luar biasa khawatir. Maka ia pulang dengan kondisi lesu dan akhirnya ia pasrah harus kehilangan ponsel. Satu hari kemudian, seseorang datang ke rumahnya membawa ponsel miliknya.
Rupanya orang itu membaca profil di ponsel tersebut dan tertulis alamat rumah yang jelas di sana, lalu berinisiatif mencari alamat tersebut dan mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya.
Ia bersyukur luar biasa mendapati hal ini. Tak henti-hentinya ia ucapkan terima kasih pada orang itu, bahkan diberinya sejumlah uang sebagai hadiah atas kegembiraan yang ia rasakan.
Nah, ketiga cerita di atas intinya sama saja yaitu orang yang kehilangan ponsel lalu berhasil kembali lagi. Lalu mengapa rasa syukurnya bisa berbeda-beda seperti itu? Jawabannya, karena kehilangan menyebabkan seseorang menghargai miliknya.
Nilai dari sesuatu yang kita miliki terkadang tidak disadari saat kita masih bersamanya. Setelah kehilangan, baru mengertilah kita betapa sesuatu itu sangat berharga. Seperti yang dikatakan orang-orang barat,
You don’t know what you’ve got until it's gone.
Jangan sampai hal ini terjadi pula pada Ramadhan. Saat kita memilikinya, lantas kita tidak begitu menghargai. Begitu Ramadhan ini pergi, barulah kita menyadari betapa bernilainya bulan mulia ini. Namun segalanya sudah terlambat.
Sadari value dari Ramadhan yang sekarang sedang menjadi milik kita, agar kita mampu menjaga dengan sebaik-baiknya.
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tidak sadar betapa berharganya, yaitu kesehatan dan waktu luang."
(Hadist Riwayat Bukhari)
No comments