Melihat setiap postingan di sosmed apalagi di instagram, sungguh miris. Polisi bertempur melawan rakyat. Ada yang mengutuk polisi katanya biadab, kok tega nyerang rakyat sendiri, padahal mereka digaji dari rakyat, tapi ada juga yang mengutuk peserta aksi katanya tak bisa legowo menerima kekalahan.
Sebelum berkomentar macam-macam, tolong lepas dulu atribut 01 ataupun atribut 02. Jangan dulu bicara sebagai pendukung paslon 01 ataupun pendukung paslon 02. Coba kita amati dan lihat akar dari masalah ini. Jangan dulu menyalahkan kubu 01 ataupun kubu 02.
Jujur saja, pendukung 01 kalian tidak benar benar mengenal pak Jokowi secara detil. Begitupun pendukung 02, saya rasa banyak yang tidak mengenal pak Prabowo secara detil. Paling banter kedua kubu mengenal jagoannya masing-masing dari sosmed ataupun media elektronik lainnya.
Jangan dulu berteriak : "udah kalah mah terima aja, ngapain pake demo demo segala, bikin rusuh !" dan jangan juga berteriak : "polisi biadab ! beraninya nyerang rakyat yang tanpa senjata !"
Polisi di lapangan hanya laksanakan tugas dan perintah. Sedangkan rakyat sedang menuntut hasil pemilu dengan cara jurdil. Bukan untuk memenangkan pak Prabowo ataupun pak Jokowi, namun untuk menjalankan sila ke-2 Pancasila yaitu KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB. Pemilu yang dilakukan secara jujur dan adil akan menghasilkan KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB, siapapun yang terpilih.
Apakah pemilu yang kita selenggarakan kemarin tidak jurdil ? ada banyak video video yang disebar secara live yang menunjukkan indikasi kecurangan dari penyelenggara Pemilu yaitu KPU. Yaaa... kalo ada kecurangan laporlah ke Bawaslu ! kan juga dikasih kesempatan untuk menggugat ke MK ! Sebenarnya saya gagal paham dengan teknis ini.
Gini lho om KPU dan om BAWASLU. Penyandang dana pemilu ini adalah rakyat. 24T itu uang rakyat. Rakyat disini komposisinya ada pendukung paslon 01 dan pendukung paslon 02 dan ada yang nggak mendukung siapapun. Itu pilihan mereka. Bahkan anda semua bekerja menyelenggarakan pemilu itu yang menggaji rakyat. Seharusnya andalah yang melaporkan proses dan cara anda bekerja secara terbuka dan transparant pada para penyandang dana, pada orang-orang yang menggaji anda. Jangan dibalik, para penyandang dana yang harus memberikan laporan pada anda yang sudah mereka gaji.
Melihat baku hantam antara rakyat dan aparat, bukan pak Jokowi yang harus mengalah untuk mundur dari perhelatan pilpres, ataupun pak Prabowo yang harus legowo menerima kekalahan. Walaupun memang harus ada yang legowo, tapi juga tidak boleh ada yang mengalah. Ini pemilihan pemimpin, tidak boleh ada istilah mengalah, yang ada adalah memang benar-benar kalah.
Saat ini ada sebagian rakyat yang merasa KPU bekerja dengan cara curang. Benarkah KPU curang ? Allahualam. Tapi dugaan itu bisa muncul bukan tanpa sebab. Bila memang benar ada kecurangan, segeralah minta maaf dan perbaiki. Bila tidak ada kecurangan, buktikan ! bahwa KPU sudah bekerja sesuai amanah rakyat.
Sebelum berjatuhan korban lebih banyak lagi, sebenarnya saya berharap KPU melakukan proses penghitungan suara secara terbuka, disiarkan LIVE di setiap stasiun TV Nasional dan diberi chanel LIVE STREAMING untuk WNI yang berada di luar negeri, atau bagi mereka yang sudah uninstall televisi.
Pertama, harus berani menjelaskan bagaimana sih jalannya program situng KPU. Hadirkan ahli IT dari paslon 01 dan paslon 02 untuk audit forensik. Setelah itu kumpulkan semua data C1. KPU lakukan input dengan disaksikan pendukung paslon 01 dan pendukung paslon 02 dan seluruh rakyat Indonesia secara terbuka dan transparant, LIVE diseluruh stasiun TV.
Indonesia kan ada 34 propinsi. Misal 1 hari 1 propinsi, 34 propinsi bisa selesai dalam waktu 34 hari. Waduh lamanya !! nggaklah cuma sebulan lebih 4 hari kok. Sinetron aja bisa berjilid-jilid sampai bertahun-tahun, lah ini untuk hajat hidup orang banyak lho. Lagipula juga nggak setiap tahun harus begini. Ini bukan soal siapa yang terpilih, tapi ini adalah bagian dari pendidikan moral bagi generasi muda. Apa yang akan terjadi 5 tahun kedepan atau 10 tahun kedepan, akan lebih baik atau lebih rusak, terletak dari apa yang ditanamkan para pendahulu mereka dari sekarang.
Kalau sudah gamblang, terbuka dan transparant, tidak ada yang terkesan di tutup tutupi, insyaa Allah tidak akan ada tuduhan curang.
Bagaimana kalo ternyata tetap paslon 01 yang menang ? yaa nggak apa-apa yang penting sudah dilakukan penghitungan secara transparant, terbuka, jujur dan adil. Sehingga siapapun yang naik sebagai pemimpin, akan mendapat respect dari rakyatnya dan tidak menurunkan kredibilitasnya karena dianggap menduduki kursi kepemimpinan dengan cara curang. Lagipula tulisan ini bukan ditunjukan untuk memenangkan 02 kok. Tulisan ini ditujukan untuk memenangkan kejujuran.
Lantas, bagaimana kalo nanti presiden terpilih membawa negeri ini pada paham sekuler ? yaaa berarti akui saja bahwa mayoritas pemilihnya berpaham sekuler (sekuler minded).
Tolong pada bagian ini jangan di salah pahami dan jadi baper yaaa. Jangan seperti kemarin saat saya posting ayat-ayat Al-Quran tiba-tiba ada yang baper, marah-marah nggak jelas kayak orang kesurupan yang panas saat membaca ayat suci Al-Quran.
Begini... mau pak Prabowo ataupun pak Jokowi yang menjadi presiden, bila presiden terpilih nanti membawa bangsa ini ke arah sekuler, nggak usah disesali, sebab yang memilih mayoritas orang sekuler, yang tidak berpaham sekuler harus legowo menjadi minoritas.
Mau pak Prabowo ataupun pak Jokowi yang menjadi presiden, bila hutang negara makin bengkak, nggak usah disesali, sebab yang memilih mayoritas tukang ngutang, yang nggak tukang ngutang, legowo aja bahwa anda memang minoritas, tinggal selamatkan saja anak kerurunan anda dari jeratan hutang.
Mau pak Prabowo atau pak Jokowi yang menjadi presiden, bila kaum nabi Luth dilegalkan perkawinannya, nggak usah disesali, sebab mayoritas pemilih pendukung kaum nabi Luth, yang tidak mendukung kaum nabi Luth, legowo saja, sadari bahwa anda kaum minoritas, yang perlu anda lakukan adalah menjaga moral anak-anak anda dari perilaku kaum nabi luth.
Mau pak Prabowo ataupun pak Jokowi yang terpilih sebagai presiden, bila kemaksiatan makin merajalela, nggak usah disesali, sebab mayoritas pemilih adalah ahli maksiat. Anda yang bukan ahli maksiat harus legowo, sadari bahwa anda minoritas. Tugas anda adalah memagari putera puteri anda dari kemaksiatan.
Tapiii... siapapun presiden terpilih nanti, saya berharap dipilih oleh mayoritas muslim yang bertaqwa, agar membawa Indonesia menuju pada ketaqwaan dan peradaban yang lebih manusiawi. Sebab pemimpin terpilih adalah cerminan dari mayoritas rakyat yang memilih.
by : Irene Radjiman
No comments