PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

APEL

Share:

Sudah menjadi tradisi kita kaum suku jawa atau orang jawa, semisal ada saudara tetangga yang sedang akan hajat biasanya kita kirim kirim makanan atau buah untuk menyenangkan hatinya dan sedikit membantu acara nya. 

Hal tersebut pun saya lakukan,. waktu itu ada saudara yang melaksanakan hajat, maka dengan serta merta saya pun membeli buah Apel untuk dikirim kepada beliau.

Di toko buah langgananpun saya borong langsung satu box Apel.  tempat masih dalam  satu box buah. masih disegel pula dari agennya.

Toko tersebut menjamin akan kwalitas,  tanpa perlu membuka segel box tersebut, bahwa Apel didalam nya matang dan manis semua.  paling hanya satu du yang mentah dan kecut dan itu pun pasti tidak sengaja terbawa dari sananya.

Saudaraku..
Apel mentah itu bernasib bagus sudah ikut terjual, karena senantiasa berkumpul dengan Apel-apel manis dalam box yang sama.  Bayangkan seandainya Apel mentah dipisahkan dengan Apel matang,  sudah bisa dipastikan tidak ada orang yang akan membelinya!

Prinsip Apel inilah yang diajarkan oleh baginda Rasulullah  kepada kita,  agar senantiasa mencintai dan berkumpul  dengan orang-orang sholeh.  karena mereka diibaratkan seperti Apel-apel yang matang dan manis.

Saat Allah hendak memborong orang-orang sholeh untuk dibeli dengan  surga, maka para pecintanya akan ikut terbeli juga,  karena memang selalu berkumpul dengan orang yang shaleh.

sehingga paksakn diri kita untuk memiliki keterkaitan dengan orang shaleh para ulama, rutinkan dan paksakan diri untuk menghadiri majelis mereka.  paksakan diri untuk mendatangi pengajian-pengajian sesibuk dirimu,   karena siapa diri ini hanya  sekedar Apel yang masih mentah dan kecut.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hal ini di dalam hadits shahih sebagaimana riwayat berikut ini:

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً “

Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau  mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar  pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”.[4]





©secangkirTeh

No comments

Featured Post

HIDUP TIDAK PERNAH BERMASALAH, KITALAH SENDIRI YANG MEMBUATNYA MENJADI MASALAH

  "Hari ini sungguh sial. Jalanan macet, angkot biadab berhenti sembarangan, bos di kantor kurang ajar, mengapa semua orang menjadi bod...