PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

PEMILIK POHON KURMA part 2

Share:

 Lelaki itu mendatangi beliau dan berkata, “Wahai Rasulullah, apakah penawaranmu itu berlaku juga bagiku, jika pohon itu bisa jadi milikku?” 

Rasulullah bersabda, “Ya…!!”

Kemudian sahabat lelaki itu pamit, dan segera pergi menemui pemilik kebun kurma tersebut.


Maka pergilah ia menemui pemilik pohon kurma. Kata si pemilik pohon kurma, “Apa­kah engkau tahu bahwa Muhammad menjanjikan pohon kurma di surga sebagai ganti po­hon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah tetanggaku itu? Aku telah mencatat tawar­an beliau. Aku banyak mempunyai pohon kurma, tetapi tidak ada yang selebat itu”.


Abu Ad-Dahda’ lalu bertanya, “Apakah engkau mau menjualnya?” Ia menjawab, “Tidak, kecuali apabila ada orang yang sanggup memenuhi keinginanku. Tetapi, pasti tidak akan ada yang sanggup”. Abu Ad-Dahda’ bertanya lagi, “Berapa yang engkau inginkan?” Ia berkata, “Aku ingin 40 pohon kurma sebagai penggantinya.”


Abu Ad-Dahda’ terdiam sejenak dan berkata, “Engkau minta yang bukan-bukan. Tapi baiklah, aku berikan 40 pohon kurma padamu, dan aku minta saksi jika engkau benar-benar mau menukarnya”. Ia pun memanggil sahabat-sahabatnya untuk menyaksikan penukaran itu. 


Si dermawan itu menghadap Rasulullah, “Ya Rasulullah, pohon kurma itu telah men­ja­di milikku. Aku akan menyerahkannya kepadamu.” Berangkatlah Rasulullah menemui pemilik rumah yang fakir itu dan bersabda, “Ambillah pohon kurma itu untukmu.”


Dari kejadian yang mengharukan ini turunlah QS. Al-Lail yang membedakan kedudukan orang bakhil de­ngan orang dermawan. Yang membedakan antara orang yang percaya kebaikan di Hari Akhir dan orang yang tidak percaya tentangnya; dan antara orang yang akan mendapat kemudahan di Hari Akhir karena kebaikannya di dunia dan mereka memperoleh kesulitan di akhirat karena kebahilannya.


Jika dikembalikan kepada diri kita sebagai seorang Muslim yang sudah menyatakan beriman kepada Hari Akhir, maka sudah sepatutnyalah kita mengejawantahkannya dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi doa sapu jagat, “Rabbana atina fid-dunya hasanah wa fil-akhirati hasanah,” sudah sangat sering disenandungkan.


betapa kebaikan itu bukan hanya di dunia, tapi juga akhirat. Namun, entah mengapa kita hanya fokus dan seringkali terjebak pada kenyamanan hidup di dunia saja.


Kisah dan ayat ini juga mengajarkan kepada kita untuk meraih kebaikan di Hari Akhir juga mesti diawali dari kebaikan di dunia. Kebaikan, dalam hal ini, berarti mengeluarkan sesuatu dari yang kita miliki untuk orang lain secara tulus (ikhlas) dan memberi manfaat bagi yang menerimanya. Jika kebaikan ini menjadi sifat seorang pemimpin, lalu diwujudkan dalam kebijakan politiknya, pasti rakyat akan mencintainya. Rakyat akan membela dan rela berkorban untuk pemimpinnya karena yakin yang akan dilakukan adalah untuk kebaikan masyarakat banyak.


Dan, inilah jalan menuju surga, puncak kebaikan di Hari Akhir. Tidak sebaliknya, menggadaikan kepentingan rakyat banyak untuk kepentingan dirinya dan sekelompok orang sekelilingnya sehingga rakyat sengsara karenanya. 

Wallahu a’lamu bhisawab.


Read : PEMILIK POHON KURMA

No comments

Featured Post

HIDUP TIDAK PERNAH BERMASALAH, KITALAH SENDIRI YANG MEMBUATNYA MENJADI MASALAH

  "Hari ini sungguh sial. Jalanan macet, angkot biadab berhenti sembarangan, bos di kantor kurang ajar, mengapa semua orang menjadi bod...