Kemarin saya menemani belajar putra yang paling kecil, Ali, sehubungan ada ulangan di sekolahnya. Pelajaran IPA kelas 4 SD rupanya sedang membahas tentang jenis-jenis tanaman yang menyimpan cadangan makanan. Inilah yang membuat saya senang dengan IPA, karena banyak hal-hal unik di alam ini yang bisa menjadi inspirasi.
Bahwa beberapa tanaman menyimpan cadangan makanan di dalam umbi akar, umbi batang, dan lain-lain, mengajarkan kepada kita tentang pentingnya menabung. Manusia juga seperti tumbuhan, harus pandai dalam menyimpan.
Apabila kita merujuk kepada Al-Quran, ada kisah Nabi Yusuf yang menyimpan cadangan makanan selama tujuh tahun, sebagai persiapan datangnya musim paceklik selama tujuh tahun berikutnya. Bukankah hal ini disebut sebagai menabung.
قَالَ تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدتُّمْ فَذَرُوهُ فِى سُنۢبُلِهِۦٓ إِلَّا قَلِيلًا مِّمَّا تَأْكُلُونَ
_Yusuf berkata, "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu panen hendaklah kamu simpan bersama bulirnya, kecuali sedikit untuk kamu makan."_ (Surat Yusuf ayat 47)
Begitu pula dalam kisah perjalanan Nabi Musa bersama Nabi Khidir, mereka berdua berjumpa dengan rumah anak-anak yang dibawahnya terdapat harta simpanan orang tua mereka yang memang sengaja disiapkan untuk masa depan sang anak. Inipun merupakan kisah tentang menabung.
وَأَمَّا ٱلْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِى ٱلْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُۥ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبْلُغَآ أَشُدَّهُمَا
_"Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh."_ (Surat Al-Kahfi ayat 82)
Perhatikan dalam ayat tersebut Nabi Khidir menyebut orang tua itu sebagai orang saleh. Bahkan balasan dari kesalehannya adalah diutusnya seorang Nabi yang mulia untuk menjaga harta simpanan itu agar tidak terbongkar sebelum waktunya. Bisa dibilang, menabung adalah salah satu perbuatan orang saleh.
Demikianlah kisah-kisah menabung diabadikan dalam Al-Quran yang terjadi pada umat terdahulu. Adapun pada umat Rasulullah seperti kita, salah satu kemuliaan orang yang menabung adalah mendapat kesempatan untuk melaksanakan ibadah zakat mal. Sebagaimana disebutkan dalam hadist riwayat Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah.
وَلَيْسَ فِى مَالٍ زَكَاةٌ حَتَّى يَحُولَ عَلَيْهِ الْحَوْلُ
_“Tidak ada zakat pada harta hingga mencapai haul (satu tahun).”_
Makna dari hadits tersebut adalah sejumlah harta baru bisa dikeluarkan zakatnya jika harta tersebut sudah tersimpan selama satu tahun oleh si empunya. Dengan kata lain, harta tabungan.
Oleh karena itu, mari kita mulai menyiapkan rencana untuk menabung. Rezeki yang Allah titipkan jangan dibelanjakan semua. Usahakan ada alokasi untuk sedekah, untuk menabung, selain untuk memenuhi kebutuhan yang wajib.
Jangan mengikuti sistem kapitalisme yang mengutamakan gaya hidup. Karena sebesar apapun penghasilan kita, barang-barang kekinian terus diproduksi dan tak ada habisnya. Kaum kapitalis ingin agar kita membeli barang baru meskipun barang yang lama masih berfungsi.
Mereka senang jika kita menghamburkan uang untuk hal-hal yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Justru kebiasaan menabung yang akan mengerem perilaku boros tersebut. Sekali lagi, menabung adalah sebuah kebaikan. Selain memiliki tabungan harta, jangan lupakan pula memiliki tabungan akhirat yaitu dengan bersedekah.
Jika diingat kembali tanaman yang diceritakan di awal, sejatinya umbi-umbian tersebut bukan hanya menjadi cadangan makanan bagi tumbuhan itu sendiri namun banyak pula yang menjadi makanan bagi manusia. Seolah-olah tanaman juga bersedekah.
✏️ _Sahabatmu, Arafat._
No comments