Pagi dengan sedikit jalanan macet. Aku berhenti di pertigaan lampu merah. Aku melihat satu per satu sudut jalan. Terlihat beberapa anak berseragam sekolah dengan tas ranselnya. Ada juga seorang ibu yang sepertinya akan mengantar anaknya ke tempat ilmu digali. Ada lagi seorang bapak penarik tukang becak yang berusaha menyembunyikan wajah lelahnya.
_“Brakkk!”._
Aku terkejut. Kulihat ada seorang kakek tua menaiki sebuah sepeda terjatuh ke jalan. Di atas sepedanya ternyata ada barang dagangan yang juga ikut terjatuh berantakan.
Ternyata kakek tua itu ditabrak sebuah sepeda motor yang pengendaranya adalah seorang ibu muda. Ironisnya, si ibu muda tadi tidak membantu kakek yang telah ia tabrak dan bahkan hanya sekedar mengucap kata maaf saja tidak ia lakukan. Dia pergi berlalu begitu saja. _Innalillah._ Sebegitu teganya?
Si kakek sambil menahan sakit berusaha mengumpulkan barang dagangannya. Aku sempat memperhatikan barang dagangan si kakek yang terjatuh dari kejauhan. Sepertinya kakek itu seorang penjual kue cucur. Iya. Begitu yang bisa aku simpulkan.
Sedikit yang membantu si kakek. Terhitung jari, hanya beberapa orang. Lalu aku mendapati si kakek dibantu seorang gadis berkerudung merah, dengan warna gamis senada. Gadis itu seperti mengajak si kakek bicara. Aku tak tahu apa yang mereka obrolkan. Tapi apa yang terjadi selanjutnya membuatku terenyuh.
Gadis itu ternyata memborong dagangan si kakek walau aku tahu dengan yakin bahwa gadis itu tidaklah butuh semua kue cucur dagangan si kakek.
Aku melihat sang kakek menyeka matanya. Beliau sepertinya menangis dengan semua apa yang ia alami. Betapa tidak, mungkin barang dagangannya jika ditotal harganya hanya sekian ratus ribu.
Hanya karna kecelakaan kecil, lalu Allah mengirim seseorang untuk membantunya dan memborong semua barang dagangannya.
Aku terkagum dengan apa yang kusaksikan. Baru saja si kakek mendapat musibah, lalu dengan musibah itu Allah memberikan pertolongan. _MasyaaAllah._ Sejenak aku berpikir “Rencana Allah tak akan mampu kita tebak. Bisa jadi musibah yang kita alami adalah cara Allah untuk menolong kita dari kesulitan.”
***
Begitulah seharusnya kita. Senantiasakan diri berhusnudzan kepada Allah. Karena memang Allah sebaik-baik pengatur kehidupan. Ia tidak menzalimi dan tidak pula ingin kita hidup dalam kesusahan.
Lalu aku menarik nafas dalam-dalam. Aku menyalakan sepeda motor biruku. Pergi berlalu setelah mendapat pelajaran berharga di pertigaan jalan. Semoga kisah mereka menjadi teladan.
@penunggumu, 24 Februari 2019
No comments