Sebagaimana kita ketahui, satu kata dalam Al-Quran bisa mengandung arti yang beraneka ragam. Contohnya kata _jahil_ (bodoh) tidak selalu berarti kurangnya pengetahuan.
Pada kehidupan sehari-hari, seorang siswa yang nilai ujiannya rendah akan disebut bodoh. Sedangkan mereka yang nilainya tinggi adalah pandai. Tetapi dalam Al-Quran orang yang bodoh sebenarnya memiliki banyak pengetahuan, namun mereka sengaja mengabaikannya.
أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ ٱلرِّجَالَ شَهْوَةً مِّن دُونِ ٱلنِّسَآءِ ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
_"Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsumu, bukan wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang bodoh."_
Surat An-Naml ayat 55 ini adalah perkataan Nabi Luth kepada kaumnya yang sengaja melanggar padahal mereka tahu bahwa Allah telah memerintahkan lelaki berpasangan dengan perempuan. Jadi kebodohan yang dimaksud bukanlah karena kurangnya ilmu pengetahuan, melainkan karena memang secara sadar ingin melawan arus dari yang seharusnya.
Bayangkan seseorang yang tengah menuju bandara karena ada jadwal penerbangan, namun ia berjalan santai-santai dan lambat-lambat. Bahkan meski ia tahu perbuatannya menyebabkan tertinggal pesawat, tetap saja ia tidak bertindak dengan seharusnya. Hingga akhirnya ia benar-benar ketinggalan. Seperti inilah contohnya bodoh.
Lawan kata bodoh adalah pandai, yaitu mereka yang tahu apa yang harus diperbuat dan dengan sekuat tenaga akan melakukan hal tersebut. Orang pandai akan memperhitungkan jam terbang pesawat, mempercepat perjalanan ke bandara agar tidak tertinggal. Intinya orang pandai ialah mereka yang mengerjakan tindakan yang seharusnya.
Berhubung saat ini sedang berada di awal tahun, saya mencoba merenungkan diri sendiri apakah termasuk golongan orang bodoh atau orang pandai pada tahun 2022 yang lalu? Dalam konteks bahwa saya ingin segenap doa dan impian dikabulkan oleh Allah di tahun tersebut.
Jika setiap hari kita mendengar seruan adzan lima kali, berarti ada lima waktu mustajab yaitu antara adzan dan iqamah. Ditambah lima lagi waktu mustajab selepas shalat fardhu. Artinya dalam setahun saya diberi kesempatan 3650 kali untuk berdoa. Faktanya secara sadar saya meninggalkan semua pesawat itu.
Bila apa yang disebut "sepertiga malam terakhir" itu durasinya berlangsung selama tiga jam setiap hari, artinya dalam setahun ada 1095 jam disediakan Allah untuk membuktikan mana hamba yang sungguh-sungguh meminta kepada-Nya pasti diberikan. Lagi-lagi saya melawan arus. Bukannya _qiyamul lail_ seperti seharusnya, justru memilih tidur.
Andai satu hari maksimal shalat Dhuha adalah 12 rakaat, itu berarti dalam setahun ada peluang mengerjakan 4380 rakaat shalat Dhuha. Sebuah shalat yang sangat dicintai Allah dan membuka pintu-pintu keberkahan dan rezeki. Untuk kesekian kalinya saya harus menyesali bahwa inipun sengaja tak dilakukan.
Duhai Allah, angkatlah kebodohan dari dada kami. Bodoh yang menyebabkan kami tak bertindak, padahal telah tahu apa yang harus diperbuat. Tanamkan pada diri kami sifat pandai, sehingga kami mampu melakukan apa yang seharusnya. Amiin.
Kesimpulannya, setiap manusia hakikatnya telah mengetahui apa yang perlu ia kerjakan untuk meraih kesuksesan, keselamatan, serta mencapai doa dan impian mereka. Hanya saja ada manusia yang sengaja mengabaikannya, ada pula yang disiplin mengerjakannya.
Semua kembali kepada diri kita masing-masing, mau tetap menjadi orang _jahil_ di tahun 2023 ini, atau berusaha menjadi orang pandai?
✏️ _Sahabatmu, Arafat._
No comments