PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

BARSHIM DAN TAMBERI

Share:


Olimpiade Tokyo 2020 menyimpan kisah menarik dari cabang olahraga lompat tinggi. Adalah Mutaz Barshim, seorang atlet dari Qatar yang berhasil melompat setinggi 2,37 meter. Seharusnya ia menjadi pemenang perlombaan.

Namun ternyata atlet dari Italia bernama Gianmarco Tamberi juga sama-sama mencapai 2,37 meter ketika melompat. Oleh karena itu dewan juri memutuskan untuk mengadakan babak tambahan agar dapat ditentukan siapa pemenangnya.

Pada babak tambahan, keduanya diberi sasaran yang lebih tinggi yaitu 2,39 meter dan diberi kesempatan sebanyak tiga kali lompatan untuk melampauinya.

Ternyata pada percobaan pertama mereka berdua gagal. Lantas dilanjutkan pada percobaan kedua masing-masing tetap gagal. Bahkan Tamberi mengalami cidera sehingga mengundurkan diri untuk melanjutkan percobaan ketiga.

Inilah kesempatan besar bagi Barshim untuk mendapatkan medali emas karena ia punya peluang di percobaan ketiga. Ia cukup melompat dan melampaui sasaran tersebut, niscaya keluarlah ia sebagai juaranya.

Tetapi sesuatu yang tidak diduga terjadi. Barshim mendekati dewan juri dan menyatakan untuk mengundurkan diri juga untuk percobaan ketiganya. Hal ini merupakan keputusan yang mengagetkan.

Merujuk peraturan resmi, apabila dua atlet meraih angka yang sama pada pertandingan dan tetap mendapatkan perolehan yang seimbang pula pada babak tambahan, maka yang menjadi pemenangnya adalah kedua atlet tersebut.

Rupanya Barshim telah memikirkan hal ini. Menurutnya untuk apa menjadi satu-satunya juara, kalau memang memungkinan untuk menjuarai pertandingan itu bersama. Prinsip yang luar biasa!  Dua pemenang lebih baik dari satu pemenang!

Maka diumumkanlah peraih medali emas untuk cabang olahraga lompat tinggi, Mutaz Barshim dan Gianmarco Tamberi. Berita ini ramai mendapat pujian dari orang-orang di seluruh dunia.

Alangkah bagusnya prinsip Barshim tersebut jika kita praktekkan dalam kehidupan. Terutama dalam hubungan rumah tangga. Jika suatu hari kita berbeda pendapat dengan pasangan, janganlah keburu nafsu untuk menunjukkan pendapat kita yang paling benar.

Sebaliknya, pikirkanlah peluang-peluang agar satu sama lain keluar sebagai pemenangnya. Buat apa menjadi satu-satunya juara, kalau hanya membuat pasangan kita merasa kalah.

Bahkan seandainya di kemudian hari, terbukti keputusan yang diambil pasangan kita itu tidak tepat, janganlah keburu sesumbar dengan bermacam perkataan seperti,

"Sudah diingatkan dari dulu, gak percaya sih!"

"Aku bilang juga apa!"

"Rasakan sendiri akibatnya!"

Semua ucapan ini toh tidak menyelesaikan apa-apa. Kita lontarkan hanya untuk membuktikan kitalah yang menang. Apa gunanya? Bukankah lebih baik mendampinginya, karena di saat seperti itu ia pasti sangat membutuhkan dukungan dari kita sebagai pasangannya.

Besarkan hatinya, bantu menyelesaikan masalah bersama-sama, tanpa perlu menyalahkan. Ingatlah bahwa dua pemenang lebih baik dari satu pemenang!

Rasulullah telah mengajarkan melalui sebuah peristiwa ketika dua kelompok sahabat datang kepada beliau berselisih pendapat dalam memahami perintahnya,

لاَ يُصَلِّيَنَّ أَحَدٌ العَصرَ إِلَّا فِي بَنِي قُرَيظَةَ

"Janganlah kalian shalat Ashar sebelum sampai di perkampungan Bani Quraizah."

(Hadist Riwayat Bukhari)

Satu kelompok berpendapat perintah itu adalah makna sebenarnya, sedangkan satu kelompok yang lain berpendapat bahwa perintah itu hanya kiasan saja yang artinya perintah untuk berjalan cepat.

Saat keduanya mengadu kepada Rasulullah, dengan bijaksana Rasul justru membenarkan keduanya. Terbukti sudah, bahwa prinsip luar biasa ini datang dari Nabi kita yang mulia. Bahwa dua pemenang lebih baik dari satu pemenang!

Salam Bertumbuh.
⏰ Ada rezeki baru jika kita mau mencoba kehidupan yang baru!

No comments

Featured Post

HIDUP TIDAK PERNAH BERMASALAH, KITALAH SENDIRI YANG MEMBUATNYA MENJADI MASALAH

  "Hari ini sungguh sial. Jalanan macet, angkot biadab berhenti sembarangan, bos di kantor kurang ajar, mengapa semua orang menjadi bod...