Ibn Katsir (Al Bidayah 12/361) meriwayatkan tentang raja Nuruddin Mahmud.
Bersama rombongan, beliau suatu hari ingin berkuda. Sinar matahari memancar dari arah belakang, sehingga bayang-bayang rombongan terlihat di depan. Secepat apapun mereka berkuda, tetap saja bayang-bayang mereka tidak terkejar.
Dalam perjalanan pulang, bayang-bayang mereka mengikuti dari belakang karena cahaya matahari berasal dari arah depan.
Sengaja raja Nuruddin mempercepat laju kuda sambil menoleh ke belakang. Tetap saja bayang-bayang mereka tak dapat menyusul.
Kepada rombongan, raja Nuruddin berkata, “ Sungguh! Saya umpamakan dunia dengan suasana kita sekarang ini. Dunia akan lari menghindar dari orang-orang yang mengejar. Dunia pasti mengejar orang-orang yang ingin menghindar”
Seorang penyair berucap :
مَثَلُ الرِّزْقِ الَّذِي تَطْلُبُهُ ... مَثَلُ الظِّلِّ الَّذِي يَمْشِي مَعَكْ
أَنْتَ لَا تُدْرِكُهُ مُتَّبِعًا ... فَإِذَا وَلَّيْتَ عَنْهُ تَبِعَكْ
Umpama rejeki yang engkau cari, umpama bayang-bayang yang bersamamu
Engkau tak mungkin mengejarnya, namun jika engkau menghindar justru dunia mengejarmu
Kenyataannya memang demikian!
Coba perhatikan, atau barangkali Anda justru pernah mengalami, betapa kesenangan dunia seakan lautan luas yang tak tahu di mana tepinya.
Dunia pun sama! Biar waktumu habis, walau pikiranmu terkuras, meski tenagamu tak lagi tersisa, tetap saja Anda tidak merasa cukup.
Ingin dan ingin lagi.
Rumah tempat tinggal, misalnya. Bermula dari hanya sekadar kontrak, dan itu sudah merasa cukup. Lalu timbul keinginan untuk membeli sebidang tanah. Berlanjut memasang pondasi. Terusnya sebuah rumah sederhana berdiri.
Mulailah berpikir untuk memperindahnya. Ditambah aksesoris dan hiasan-hiasannya. Padahal, sejatinya tidak begitu perlu bahkan tidak dibutuhkan sama sekali.
Cukup? Belum!
Ingin punya taman. Ingin punya kolam. Ingin beli tanah di sampingnya. Ingin membuat ini, juga ingin membuat itu. Dan seterusnya... yang jika dituruti tidak akan ada habisnya.
Nah, yang disayangkan adalah ; keinginan-keingian tersebut membuat lupa tujuan ia dicipta di dunia yang hanya diberi waktu sebentar saja.
Juga yang menyedihkan adalah semangat dan keinginannya untuk mengeluarkan harta dan menggunakan pikiran demi akhirat malah kalah langkah.
Ibnul Qayyim (Uddatus Shabirin 1/225) menyatakan, “ Permisalan yang paling mirip dengan dunia adalah bayang-bayang sebuah benda. Engkau menyangkanya tetap di suatu tempat. Padahal, selalu berpindah-pindah dan berkurang”
Catatan ini sebenarnya adalah sedikit mengajak bertafakur. Supaya kita tidak terlalu jauh berjalan meninggalkan rute kehidupan yang seharusnya.
Agar tidak tergoda mencari sesuatu yang akhir ceritanya pasti hilang. Jangan sampai mengejar yang menghindar, memburu yang menyaru.
Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hanya kesenangan yang menipu.
Lendah (Kisi-Kisi Materi Kajian Streaming Radio Al Atsary Tasikmalaya, Jumat 10 September 2021)
No comments