Mempelajari bahasa Arab memiliki peranan penting dalam menuntut ilmu agama. Karena Al Quran, hadits, perkataan para salaf, dan kitab-kitab para ulama, semuanya dalam bahasa Arab. Allah ta’ala berfirman:
إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ
“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). Dan sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah” (QS. Az Zukhruf: 3-4).
Allah ta’ala juga berfirman:
إِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا
“Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang” (QS. Maryam: 97).
Dan lisan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga merupakan lisan Arab yang jelas dan mudah dipahami, bagi yang memahami bahasa Arab. Allah ta’ala berfirman:
لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ
“Padahal orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya ia berbahasa ‘Ajam, sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang” (QS. An Nahl: 103).
Sehingga tidak mungkin bisa memahami agama dengan sempurna kecuali dengan memahami bahasa Arab. Oleh karena itu para ulama salaf maupun khalaf memotivasi kita untuk mempelajari bahasa Arab.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khathab radhiallahu'anhu berkata:
تعلَّموا العربيةَ؛ فإنها من دينِكم
“Pelajarilah bahasa Arab karena itu adalah bagian dari agama kalian”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf (11/234), juga Al Baihaqi dalam Sunan Al Kabir (6/209), sanadnya munqathi'. Namun secara makna, perkataan ini shahih).
Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i rahimahullah berkata:
مَا جَهِلَ النَّاسُ، وَلاَ اخْتَلَفُوا إلَّا لِتَرْكِهِم لِسَانَ العَرَبِ، وَمِيلِهِمْ إِلَى لِسَانِ أَرْسطَاطَالِيْسَ.
“Tidaklah manusia itu menjadi jahil (dalam masalah agama), kecuali karena mereka meninggalkan bahasa Arab dan lebih condong pada perkataan Aristoteles” (Siyar A’lamin Nubala, 8/268).
Beliau rahimahullah juga mengatakan:
من تبحّر في النحو اهتدى إلى جميع العلوم
“Siapa yang mahir ilmu nahwu, maka ia akan mendapat petunjuk untuk memahami semua ilmu (agama)” (Syadzarat adz Dzahab fi Akhbar min Dzahab, Ibnu 'Imad Al Hambali, 2/407).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam kitab Iqtidha Shiratil Mustaqim sangat tegas menjelaskan pentingnya belajar bahasa arab. Beliau mengatakan:
“Demikian juga, bahasa Arab itu sendiri adalah bagian dari agama. Dan mempelajarinya wajib hukumnya. Karena memahami Al Qur'an dan As Sunnah itu wajib, dan keduanya tidak bisa dipahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Kaidah mengatakan: jika kewajiban tidak bisa sempurna kecuali dengan suatu sarana, maka sarana tersebut hukumnya wajib. Namun mempelajari bahasa Arab ada yang fardhu 'ain dan ada yang fardhu kifayah. Inilah makna dari riwayat yang disebutkan Abu Bakr Ibnu Abi Syaibah: Isa bin Yunus telah menuturkan kepada kami: dari Tsaur: dari Umar bin Yazid, ia berkata: Umar bin Khathab menulis surat kepada Abu Musa Al Asy'ari radhiallahu'anhu yang isinya: Amma ba'du, hendaknya kalian mempelajari as Sunnah, hendaknya kalian mempelajari bahasa Arab, dan i'rab lah Al Qur'an karena ia dalam bahasa Arab” (Iqtidha Shiratil Mustaqim, hal. 269 - 270).
...
Dengan mempelajari bahasa Arab, kita juga bisa menyelami penjelasan para ulama dalam kitab-kitab mereka. Dan terbuka pintu jutaan referensi-referensi ilmu yang telah dikaji para ulama. Sehingga dalam hal ini, keuntungan yang akan didapatkan dengan memahami bahasa Arab adalah:
* Kita membaca langsung penjelasan ulama dari referensi aslinya. Sehingga tidak terjadi distorsi informasi yang kadang terjadi ketika perkataan ulama disampaikan oleh orang lain.
* Tidak taqlid pada terjemahan kitab, yang terkadang terjemahan kitab tergantung pemahaman dan kecenderungan dari penerjemahnya.
* Seolah sedang bicara dengan ulama penulis kitabnya.
* Lebih yakin dengan materi, karena tahu yang dibaca adalah perkataan ulama, bukan sekedar ustadz atau da'i.
* Lebih menyelami makna-makna dari dalil dan penjelasan ulama karena terkadang kata dalam bahasa Indonesia tidak mewakili makna secara sempurna.
* Dan masih banyak lagi keuntungan lainnya.
Semoga Allah ta'ala memberi taufik.
Sumber: @fawaid_kangaswad |t.me/fawaid_kangaswad
No comments