بسم الله الرحمن الرحيم
كتاب الجنائز عن رسول الله صلى الله عليه وسلم
باب ما جاء في النهي عن التمني للموت
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ حَارِثَةَ بْنِ مُضَرِّبٍ قَالَ
*دَخَلْتُ عَلَى خَبَّابٍ وَقَدْ اكْتَوَى فِي بَطْنِهِ فَقَالَ مَا أَعْلَمُ أَحَدًا لَقِيَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْبَلَاءِ مَا لَقِيتُ لَقَدْ كُنْتُ وَمَا أَجِدُ دِرْهَمًا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي نَاحِيَةٍ مِنْ بَيْتِي أَرْبَعُونَ أَلْفًا وَلَوْلَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَانَا أَوْ نَهَى أَنْ نَتَمَنَّى الْمَوْتَ لَتَمَنَّيْتُ*
قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَنَسٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَجَابِرٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ خَبَّابٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Artinya :
Dari Haritsah bin Mudlarrib (w.)berkata; "Aku menemui Khabbab (w.), saat itu dia telah berobat dengan cara "kay" pada perutnya, lalu dia berkata; 'Aku tidak mendapati seorangpun dari sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang tertimpa musibah yang lebih berat dari yang aku alami. Dahulu pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, aku pernah tidak memiliki walau satu dirham, dan sekarang di pojok rumahku terdapat empat puluh ribu dirham. Jikalau Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak melarang kami mengharap kematian, niscaya aku akan mengharapkannya."
HR.Tirmidzi (w. 279 H)
Istifadah :
Setiap hamba pasti memiliki cobaan hidup masing-masing, juga dengan kadar dan kemampuan masing-masing, karena Allah tidak akan menimpakan cobaan diluar kemampuan hambanya,
Allah berfirman (Al Baqarah : 287) :
لاَ يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلاَّ وُسْعَهَا
Hal itulah yang banyak dilupakan oleh kita sebagai seorang muslim saat dihadapkan dengan cobaan berat yang seharusnya kita percaya dan beriman dengan firman dan janjiNya. karena itulah kebanyakan dari diri kita bersikap pesimis juga mudah menyerah menghadapi kesulitan tersebut, yang mana sesungguhnya Allah tidak akan melepas hambanya dengan cobaan yang ditimpakannya, melainkan Allah membuka pintunya lebar-lebar bagi hambanya untuk memohon pertolongan kepadanya, juga janji Allah bahwa setelah kesulitan pasti akan ada kemudahan, bahkan Allah mengulang firmannya sebanyak dua kali
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا(6)
(QS. As-Syarh : 5-6)
guna meyakinkan hambanya bahwa itu adalah hal yang pasti akan terjadi.
Kisah salah satu sahabat nabi, khabbab, dalam hadist di atas pun menjelaskan dan menerangkan kita bahwa Rasulullah Saw. melarang kita menyerah dalam menghadapi beratnya cobaan dengan mengharapkan kematian, sekalipun dia merasa bahwa dirinya yang paling menderita. Karena doa kita dalam mengharap ajal datang lebih cepat adalah bukti bahwa kita telah kufur atas nikmatnya dengan mengingkari nikmat hidup.
Betapapun Allah telah memberikan kita kesempatan untuk terus menabung dan mempersiapkan bekal kebaikan dan amal shaleh demi mencapai kebahagiaan akhirat yang kekal yang akan Allah persembahkan untuk hamba-hambanya yang shaleh dan waktu itu tidak akan pernah bisa terulang kecuali akan adanya penyesalan jika kita tidak memanfaatkan waktu yang telah diberikan dengan baik. Dan juga mengaharapkan kematian merupakan bukti bahwa kita sudah tidak lagi pasrah kepada Allah dengan penuh keyakinan bahwa ia akan memberikan hal terbaik kepada hambanya yang sabar, sekaligus sebagai tanda bahwa kita tidak ridho dan ikhlas menerima ketetapannya. (نعوذ بالله من ذالك)
Sungguh kebahagiaan yang sempurna akan datang pada saatnya setelah kesulitan, usaha, doa, juga tawakal.
Sumber : @sekilaskata
No comments