PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

KINTSUGI

Share:


Sejak abad ke-15 masyarakat Jepang menikmati sebuah seni yang disebut Kintsugi, yaitu seni menyatukan kembali barang yang pecah dengan menggunakan emas.

Jika sebuah cangkir atau mangkuk keramik jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping, maka setiap kepingan keramik tersebut akan disusun kembali dengan hati-hati, lalu ditempelkan menggunakan emas sebagai lem perekatnya. Hasilnya, akan menjadi karya seni Kintsugi yang sangat indah.

Demikianlah, bagaimana mental orang-orang Jepang sejak dulu dilatih agar tidak berkecil hati jika dalam hidup ini sebagian rencana kita tidak berhasil, bahkan rencana tersebut terkadang hancur berantakan.

Karena sesuatu yang hancur itu jika berada di tangan seniman Kintsugi yang tepat, akan berubah menjadi maha karya yang menakjubkan. Seperti itu pula bila kita mampu mengelola emosi dengan tepat, maka rencana yang semula hancur, justru menjadi pengalaman yang positif dan menakjubkan.

Bagaimana seorang montir di bengkel kelak bisa menjadi pengusaha sukses? Seni Kintsugi menjawabnya. Adalah Soichiro Honda, pemuda yang awalnya bekerja sebagai montir, kemudian berjaya mendirikan sebuah pabrik pembuatan ring pinston dan dijual kepada industri mobil Toyota tahun 1938.

Malang tak dapat ditolak, pabriknya hancur lebur menjadi korban perang dunia kedua yang saat itu sedang berlangsung di Jepang. Kehancuran ini ia susun kembali layaknya seorang maestro Kintsugi, sehingga ia berdiri lagi.

Untung tak dapat diraih, seguncang gempa melanda dan pabriknya porak poranda untuk kedua kalinya. Tak cukup sampai di sini, karena kerugian yang besar akhirnya ia putuskan kontrak dengan Toyota.

Untuk merekatkan kegagalan demi kegagalan hidupnya, ia bangkit lagi dengan memasang sebuah mesin motor kecil pada sepedanya, agar dapat berjalan sendiri tanpa dikayuh. Itulah dia cikal bakal sepeda motor yang kelak diproduksi besar-besaran ke seluruh dunia, Honda.

Kintsugi menjadi semacam filosofi hidup bagi orang Jepang, bahwa segagal-gagalnya kegagalan, yang kita perlukan hanyalah sejumlah emas untuk merekatkan kembali sehingga menjadi karya seni yang lebih indah dari sebelumnya.

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ. لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آَتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

(Surat Al Hadid : 22)

Ditulis oleh @arafat

No comments

Featured Post

HIDUP TIDAK PERNAH BERMASALAH, KITALAH SENDIRI YANG MEMBUATNYA MENJADI MASALAH

  "Hari ini sungguh sial. Jalanan macet, angkot biadab berhenti sembarangan, bos di kantor kurang ajar, mengapa semua orang menjadi bod...