PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

LAKUM DINUKUM WALIYADIN

Share:

Saya bahkan tidak terlahir dari keluarga muslim. Masa kecil saya sekolah minggu di gereja, bukan mengaji di mushala atau masjid.
Saat menjadi mualaf, banyak hal yang saya kritisi termasuk ucapan "Selamat Natal"

Alhamdulillah saya belajar tafsir dari seorang ustadzah yang mualaf juga, bukan hanya dari membaca terjemahan Al-Quran yang katanya adalah tafsir.

Alhamdulillah saya belajar dengan orang yang paham ilmu tauhid dan taat.

Saya pikir bagaimana saya harus bersikap pada keluarga saya saat Natal tiba ? karena jarak kami jauh, setiap hari saya selalu menelpon ayah saya. Sekedar berbincang biasa.

Begitupun saat natal tiba, ayah saya sempat berkata : "ayah sedih tidak ada ucapan selamat natal lagi dari kamu"

Saya jawab :"ayah, maaf saya tidak bisa mengakui bahwa Yesus lahir pada tanggal 25 desember"

"Bukankah kamu bisa ucapkan saja hanya untuk menyenangkan ayah ?"

"Ayah, saya mohon biarkan saya untuk tidak menjadi orang munafik. Lain di bibir lain dihati. Tanpa ucapan selamat natalpun, saya tetap darah dagingmu, saya tetap anakmu dan saya tetap berkewajiban berbakti kepadamu. Bagaimana bila saya juga meminta ayah untuk ucapkan 2 kalimah syahadat hanya untuk menyenangkan saya ? Apakah itu hal yang baik menurut ayah ? Bukankah selama ini ayah mendidik saya untuk tidak menjadi pendusta ?

Ayah saya terdiam, kemudian memeluk saya sambil berkata : "maafkan ayah yang sudah memaksa. Lakukan saja sesuai kebenaran keyakinanmu."

Masya Allah...!!! Inilah yg perlu dipahami. Tidak mengucapkan selamat hari raya bagi agama lain, bukan perintah untuk memecah belah ataupun perintah untuk membenci penganut agama lain. Kita hanya diminta untuk tidak mengakui yang mereka akui, tidak perlu mengikuti cara-cara mereka dan tidak perlu harus lain di bibir lain di hati. Tapi kita juga tidak boleh mengganggu peribadatan mereka. Dimana letak memecah belahnya ?

Saat ayah saya sakit keras, alhamdulillah hanya saya yang tanpa rasa jijik membersihkan kotorannya. Walau akhirnya saya bersedih karena ayah saya meninggal bukan sebagai muslim.

Aahhh.... andaikan kelak di akhirat tabungan amal saya mampu membawa saya masuk Surga dan Allah bersedia memberi penawaran bagi saya : "siapa warga neraka yang ingin kau ajak masuk ?" Hanya 1 orang yg akan saya sebut. "Nama ayah saya" bila harapan dan pengandaian ini adalah dosa bagi saya, semoga Allah ampuni dosa saya ini. Aamiin....

Tulisan ini adalah tulisan tentang saya. Bagi anda yang tidak sependapat, silahkan saja ucapkan "Selamat Natal" tanpa menyematkan tuduhan "intoleran" pada saya. Sebab toleransi adalah : "membiarkan, tidak mencampuri, bukan mengikuti."

Sebenarnya saat menulis inipun saya bersedih. Bahkan Rasulullah pun ditegur oleh Allah saat mendo'akan ayah dan paman beliau yang meninggal dalam kondisi kafir. Setiap natal tiba, saya selalu teringat dialog itu dengan ayah saya. Moment Natal adalah moment kesedihan bagi saya yang mengingatkan saya bahwa ayah saya meninggal dalam kondisi kafir 😢😓

Ditulis Oleh : Irene Radjiman

#MuslimahKaffah #SayNoToChrismast #ToleransiIslam

No comments

Featured Post

HIDUP TIDAK PERNAH BERMASALAH, KITALAH SENDIRI YANG MEMBUATNYA MENJADI MASALAH

  "Hari ini sungguh sial. Jalanan macet, angkot biadab berhenti sembarangan, bos di kantor kurang ajar, mengapa semua orang menjadi bod...