Bagian 2
Abu Bakar ra. lantas berhenti di depan masjid dan langsung melompat turun. Ia langsung masuk ke ruangan dengan menerobos kerumunan para sahabat bagai singa yang hendak menerkam mangsa. Tanpa berkata sepatah katapun, ia langsung menemui putrinya, Aisyah. Lantas Aisyah menunjukkan jasad Rasulullah.
Abu Bakar melihat tubuh mulia itu terbujur di pembaringan, didekatinya dan dibukanya kain penutup jasad Nabi Muhammad. Air mata jatuh bertubi-tubi, tak tertahan dan segera dipeluk jasad Rasulullah dengan erat. Abu Bakar lalu memandang wajah Rasulullah, lantas ia berbisik lirih, “Demi ayah dan ibuku sebagai tebusannya, Allah tak akan menghimpun pada dirimu dua kematian. Jika saja kematian ini telah ditetapkan pada dirimu, maka memang engkau sudah meninggal.”
Beberapa saat kemudian, dengan langkah kecilnya, Abu Bakar keluar dan mendapati Umar yang masih berbicara pada orang-orang di sekelilingnya. Abu Bakar pun berkata, “Wahai Umar, duduklah.”
Perkataan Abu Bakar tak digubris oleh Umar. Bahkan Umar semakin berdiri kokoh tak bergeming. Pada akhirnya, Abu Bakar maju beberapa langkah dan berkata dengan nada yang lantang, “Wahai kaum muslimin, barangsiapa di antara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia. Tetapi jika kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu Maha Hidup dan tak pernah meninggal.”
Ia berhenti sejenak, melihat keadaan sekelilingnya, lalu ia membaca Surah Ali-Imran ayat ke-144, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlaku sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau terbunuh kalian akan berpaling ke belakang (menjadi murtad)? Barangsiapa berpaling ke belakang, maka ia tidak mendatangkan mudharat sedikit pun pada Allah, dan Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
Semua orang dan para sahabatpun langsung tersungkur, menundukkan kepalanya dalam-dalam, merenungi apa yang dikatakan Abu Bakar adalah benar, dan telah menyadarkan hati mereka. Adapun Umar ra. terjatuh, lututnya tertekuk di atas tanah dan tangannya menggapai pasir seakan hendak tersujud. Umar berkata, “Demi Allah, setelah mendengar Abu Bakar membaca ayat tersebut, aku menjadi limbung hingga tak kuasa mengangkat kedua kakiku, aku tertunduk ke tanah saat mendengarnya. Kini, aku sudah tahu bahwa Rasulullah memang benar-benar telah meninggal.”
Setelah proses memandikan jenazah Rasulullah selesai, beberapa sahabat berbeda pendapat tentang dimana beliau akan dimakamkan. Lalu Abu Bakar yang telah dibai’at menjadi Khalifah segera berkata, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Tidaklah seorang Nabi meninggal dunia, melainkan dia dimakamkan di tempat dia meninggal dunia’.”
Maka secepat kilat, Abu Thalhah segera menyingkirkan tempat tidur beliau dan menggali liang lahat seorang diri.
###
Sekelumit kisah disaat-Rasulullah wafat, membawa situasi yang memang tidak mudah bagi para sahabat dan pengikutnya untuk menerima dengan ikhlas kepergian beliau. Betapa para sahabat sangat mencintai Rasulullah dan teramat sedih atas wafatnya beliau. Mereka amat kehilangan sosok yang mulia dan begitu dikasihi, yang selama ini telah menjadi panutan bagi mereka. Apakah rasa cinta kita kepada Rasulullah sedalam rasa cinta para sahabat kepada beliau? Betapa mereka tak mau kehilangan seorang panutan mulia yang sangat dikasihi umatnya.
Hal mendasar lainnya, bahwa Rasulullah juga hanyalah manusia biasa yang diutus Allah ke muka bumi. Bahwa segala sesuatu yang bernafas pasti akan mengalami kematian, sekalipun itu adalah Nabi dan Rasul. Kisah ini semakin menyadarkan manusia bahwa hanya Allah ta'alaa saja, Tuhan yang bersifat Maha Hidup dan selalu kekal abadi selamanya.
Baca: BAGIAN PERTAMA
Semoga bermanfaat
Sumber:
wwwdotkabarmakkahdotcom
No comments