Masih teringat dengan jelas, pada minggu ke empat tanggal 25 Mei 2005 menjadi akhir pekan yang istimewa bagi Wargi Bandung. Saat itu ribuan kendaraan secara serentak mencoba lintasan jalan layang yang menghubungkan kawasan Pasteur, Cikapayang, dengan Surapati. Jembatan yang pembangunannya menghabiskan dana sekitar Rp 437,7 miliar ini diberi nama fly over Pasupati.
Jika dilihat dari sisi historisnya, pembangunan fly over Pasupati ini sebenarnya sudah lama direncanakan. Berdasarkan data situs, pembangunan fly over Pasupati sudah tercantum dalam dokumen Carsten Plan. Proyek ini telah menjadi obsesi pemerintah dan masyarakat Kota Bandung sejak tahun 1931 melalui program Autostrada yang menghubungkan terputusnya poros Pasteur-Dago.
Wacana terserbut kemudian ditindaklanjuti dengan dokumen Master Plan Bandung tahun 1971, Rencana Induk Kota Bandung tahun 1985 (Perda No. 3/1986), Rencana Umum Tata Ruang Kota Bandung 2003 (Perda No. 2/1992) tentang implementasi autostrada menjadi proyek Pasupati dan Rencana Detail Tata Ruang Kota Bandung (Perda No. 2/1996) yang mempertegas agar pemerintah Kota Bandung secara resmi menyampaikan usulan kepada pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen PU untuk membangun proyek Pasupati.
Pembangunan fly over Pasupati dimulai pada 1998 dengan pembiayaan bersumber dari pinjaman pemerintah Kuwait (Kuwait Fund for Arab Economic Development). Prosesnya sempat terhambat masalah pendanaan dan pembebasan lahan. Ini berdampak terhadap tertundanya proyek sekitar tiga tahun. Pembangunan baru bisa dilanjutkan kembali pada 31 Januari 2004. Kemudian pada 12 Juli 2005, fly over Pasupati diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Secara fisik fly over Pasupati tergolong istimewa. Struktur fisik flyover Pasupati terbuat dari beton jalan (segmen), berbeda dengan dua jembatan Cimindi dan Kiaracondong yang terbuat dari balok beton. Sepanjang fly over Pasupati, terdapat 663 segmen yang digunakan. Setiap segmen memiliki berat mulai 80 hingga 140 ton. Dalam setiap segmen terdapat tak kurang dari 42 lubang untuk kabel yang menjadi pengikat antarsegmen. Sementara di bagian tengah, menjulang cable stayed sepanjang 161 meter, yang diperkuat oleh 19 kabel, terdiri atas 10 kabel sebelah barat dan 9 kabel sebelah timur. Jika kita lihat dari samping, konstruksi ini menyerupai alat musik tradisional Sunda, yaitu kecapi.
Fly over Pasupati merupakan jalan layang pertama di Indonesia yang memanfaatkan teknologi peredam gempa. Di sepanjang fly over Pasupati terpasang sebanyak 76 perangkat anti gempa (lock up device) yang dibeli dari Prancis. Panjang fly over Pasupati dari ujung barat (Pasteur) sampai ujung timur (Surapati) mencapai 2,8 km, terdiri dari 2,5 km jalan layang dan 300 meter jembatan termasuk jembatan cable stayed sepanjang 161 m.
Saat ini, keberadaan fly over Pasupati menjadi salah satu landmark Kota Bandung. Hampir setiap wisatawan yang datang ke Bandung pasti ingin melihat kemegahan fly over Pasupati, bahkan jalan ini sudah pernah dijadikan lokasi pembuatan iklan dan film. Sementara di bagian kolong fly over Pasupati ini, kini sudah dijadikan ruang interaksi publik. Lahan kosong di kolong fly over, kini dimanfaatkan untuk taman kota, seperti Taman Jomblo, Lapang Futsal Bawet, Skate Park & Taman Film.
Untuk sahabat-sahabat yang berwisata ke bandung sepertinya belum lengkap tanpa melihat tempat-tempat tersebut.
Foto : Dudi Sugandi | Doa Sepuh | Mulki Salman
No comments