Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membuat permisalan tentang keutamaan berdzikir.
Dari al-Harits al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ الْعَدُوُّ فِى أَثَرِهِ سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى حِصْنٍ حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ مِنْهُمْ كَذَلِكَ الْعَبْدُ لاَ يُحْرِزُ نَفْسَهُ مِنَ الشَّيْطَانِ إِلاَّ بِذِكْرِ اللَّهِ
Aku perintahkan kalian untuk banyak berdzikir kepada Allah. Perumpamaan dzikrullah seperti orang yang mendadak diserang musuhnya dari belakang, kemudian orang ini mencari benteng untuk melindungi dirinya dari serangan mereka.
Seperti itulah seorang hamba, dia tidak bisa melindungi dirinya dari serangan setan kecuali dengan dzikrullah.
(HR. Tirmidzi 3102 dan dishahihkan al-Albani).
Ibnul Qoyim menjelaskan hadis ini dalam kitabnya al-Wabil as-Shayib. Beliau mengatakan,
فلو لم يكن في الذكر إلا هذه الخصلة الواحدة لكان حقيقا بالعبد أن لا يفتر لسانه من ذكر الله تعالى وأن لا يزال لهجا بذكره فإنه لا يحرز نفسه من عدوه إلا بالذكر ولا يدخل عليه العدو إلا من باب الغفلة فهو يرصده فإذا غفل وثب عليه وافترسه
Andai tidak ada manfaat dzikir selain satu hal ini, maka itu sudah cukup menjadi alasan bagi hamba untuk tidak menghentikan lisannya dari dzikrullah, dan agar selalu basah dengan dzikrullah. Karena hamba tidak bisa melindungi dirinya dari musuh kecuali dengan dzikir. Dan musuh tidak punya kesempatan menyerang selain dari pintu kelalaian. Sehingga musuh selalu mengintai, ketika orangnya lalai, musuh akan langsung menyerang.
(al-Wabil as-Shayib, hlm. 56)
Karena itu, Allah menyebut gangguan setan dalam hati sebagai was-was khannas. Allah berfirman,
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ . الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
Dari kejahatan was-was khannas. Yang membisikkan di dada manusia.
(QS. an-Nas: 4-5)
Disebut khannas karena kata turunannya adalah inkhanasa [انخنس] yang artinya bersembunyi. Karena dia bersembunyi di balik hati manusia. Dia muncul ketika orangnya lalai, kemudian dia membisikkan kejahatan. Ketika sang hamba berdzikir, setan bersembunyi.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,
الشيطان جاثم على قلب أبن آدم فإذا سها وغفل وسوس فإذا ذكر الله تعالى خنس
Setan itu menyelinap di hati manusia. Ketika dia lupa dan lalai, setan akan melakukan bisikan was-was.
Ketika manusia mengingat Allah – Ta’ala – maka setan akan bersembunyi.
(Tafsir Ibnu Katsir, 8/540).
Hati Manusia dan Serangan Setan
Ibarat ada 3 jenis rumah.
Rumah sang raja, berisi milayaran kekayaan, berkilo-kilo emas dan aneka perhiasan. Namun rumah ini dijaga oleh pasukan yang sangat banyak, bersenjata lengkap, dan dijaga sangat ketat, jika ada yang mencurigakan, langsung sikat. Sehingga pencuri siapapun tidak berani mendekat.
Rumah si miskin, tidak ada barang berharga sama sekali. Bahkan berisi banyak kotoran yang tidak pernah dibersihkan. Meskipun tidak ada penjagaan di dalamnya, namun tidak ada pencuri yang berminat.
Rumah ketiga, berisi beberapa barang berharga, ada uang, ada emas, ada perhiasan. Rumah ini kadang ada penjaganya, kadang ditinggal, bahkan kadang lupa ditutup pagarnya. Rumah jenis inilah yang menjadi sasaran pencuri.
Rumah pertama, ibarat hati orang-orang soleh yang penuh dengan pengagungan dan rasa cinta kepada Allah. Dia selalu membasahi lisannya dan batinnya dengan dzikrullah. Sehingga setan tidak berani mendekat, bahkan sampaipun dalam mimpi. Seperti yang diamalami para nabi, mimpi mereka tidak terganggu setan.
Rumah kedua, seperti hati orang kafir. Tidak ada barang berharga di dalamnya, karena kosong dari ketaatan dan ibadah. Bahkan banyak kotoran maksiat, noda kesyirikan, kekufuran, menipu, dst. Setan sama sekali tidak memiliki daya tarik dengannya.
Ada orang yang menyampaikan informasi kepada Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa yahudi ketika ibadah sangat khusyu, tidak ada was-was dalam hatinya.
Mendengar ini, Ibnu Abbas berkomentar,
وما يصنع الشيطان بالقلب الخراب ؟
Apa yang akan dilakukan setan dengan hati yang rusak? (Alam Jin dan Syaithan, Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar, hlm. 135)
Yang tersisa tinggal rumah yang ketiga. Itulah hati umumnya muslim, dan diantaranya adalah kita. Terkadang dijaga, terkadang lupa tanpa penjagaan. Bagi orang yang memiliki perhatian akan pentingnya menjaga hati, sudah saatnya menjadikan diri kita rajin untuk melakukan dzikrullah dan banyak mendekat kepada Allah.
Demikian, Allahu a’lam.
No comments