PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

MUHASABAH DIRI

Share:


"Hanya Sekali-kali"



Sebut saja, namanya mBak Nani. 


Saat masih sering bertemu dengannya, ia telah memiliki enam orang anak. Ia tinggal di rumah kontrakan dari kayu yang lebih pas disebut gubuk. Bukan karena ingin kelihatan sederhana. Namun kenyataannya memang seperti itu. 


Rumahnya terbagi menjadi dua ruangan. Keduanya dijadikan kamar tidur. Satu ruangan yang bersambung dengan pintu masuk bagian depan yang juga berfungsi sebagai tempat menerima tamu. 


Jelas, tak ada karpet permadani. Apalagi sofa empuk dan bangku berukir mahal. Yang ada adalah tikar dan bantal-bantal kapuk yang telah menyusut ukurannya tergeletak di pinggir ruangan.


***


Terkadang, mBak Nani mampir ke rumahku. 


Sekali ini, ia mampir sambil membawa satu bungkusan bakso. Bukan bakso daging urat dengan kuah berkaldu yang kental. Hanya sebungkus bakso seharga Rp 2.500. Bakso yang campuran tepungnya banyak. Disajikan dengan kuah yang sedikit bening namun tetap beraroma kaldunya.  


Ia meminjam mangkuk milikku. 


Bukan. Bakso itu bukan untukku. Ia sangat ingin menikmati bakso itu seorang diri.


“Hanya sekali-sekali“, katanya tersenyum datar.


Ya, jika dimakan di rumah, maka ia harus berbagi dengan anak-anak atau suaminya. 


Bakso seharga 2.500 yang sangat berharga. Priceless.


Maka... nikmat mana lagi yang aku dustakan? Kecukupan apa lagi yang aku cari? 


Kejadian itu aku rekam kuat-kuat, agar selalu kuingat manakala rasa “kurang” melanda.


***

Cizkah Ummu Ziyad, November 2014


No comments

Featured Post

Memanusiakan Manusia

Di Mekkah, ada ajaran kemanusiaan yang hebat. Persamaan dan kesetaraan sebagai manusia benar-benar nyata terlihat.  Ketika warna kulit, jeni...