9 sahabat lama pada belasan tahun lalu, berkenan berkunjung. Siswa-siswa SMA 1 Surakarta yang aktif di MKI di masanya. 9 sahabat lama dari lintasan angkatan, dari 2009 sampai 2014. 9 sahabat yang datang dari Bandung, Malang, Jember, Surakarta, dan Yogyakarta. 9 sahabat yang bersepakat memilih hari dan tanggal untuk melepas rindu. Di sini, di Pusdiklatmu, mereka datang mewakili titipan salam rindu dari puluhan bahkan ratusan sahabat yang pernah senafas perjuangan.
Di bangku SMA mereka mengenal manhaj Salaf. Hingga sekarang masih banyak yang tetap istiqamah di Manhaj Salaf, bahkan beberapa dari mereka Allah mudahkan menimba ilmu hingga menjadi ustadz yang giat berdakwah. Wal fadhlu lillahi wahdah. Semuanya tanpa terkecuali, adalah semata-mata karunia dari Allah.
Teringat saat-saat membersamai mereka yang masih berseragam putih abu-abu, pasti teringat hari-hari manis. Anak-anak muda yang ghirah beragamanya luar biasa. Mereka yang berada di persimpangan jalan kehidupan lalu mengambil keputusan untuk menempuh jalan Salaf.
Maka, tahun-tahun itu di SMA 1 Surakarta, adalah masa-masa dakwah Salaf berkembang indah bagai kembang memekar.
Mereka yang mengelola masjid sekolah sebagai basecamp, bercelana cingkrang, akhwat MKI bercadar, kajian-kajian rutin dan padat, menerbitkan majalah, sistem jubah/gamis yang tersedia di etalase masjid, nasihat Jum’at pagi di setiap kelas, dan yang fenomenal adalah ketika acara pentas seni akhir tahun ditiadakan saat itu setelah berjuang melobby dewan guru karena acara tersebut selalu menimbulkan kerugian terhadap sekolah di setiap tahunnya.
Siswa-siswa SMA yang 2 kali sepekan berombongan dengan motor ke rumah untuk mengkaji Bulughul Maram dan Ushul Iman, menyelenggarakan kajian bahasa Arab Intensif, dan yang sukar dilupakan adalah Daurah SMK/SMK se-Eks Karesidenan Surakarta. Memanfaatkan liburan semester selama 3 hari 3 malam, para pelajar SMA/SMK bergabung di Pondok Pesantren Daarus Salaf untuk mengikuti rangkaian kajian. Jika dihitung dari edisi pertama hingga edisi terakhir, ada 1.000 lebih peserta yang pernah mengikuti.
Ada tawa dan tangis ketika mereka mencurahkan isi hati dengan keputusan-keputusan yang diambil, karena konflik batin yang dialami. Mereka yang dengan tegas memutus pacarnya, mereka yang berjanji untuk suatu saat menikah, mereka yang meninggalkan musik, mereka yang mantap ke pesantren dan tidak kuliah, mereka yang tak lagi dengan glamour dan style hidup seperti umumnya remaja. Walhamdulillah, semuanya adalah hidayah dari Allah Ta’ala.
Maka, saat kemarin Sabtu seharian hingga malam mereka datang berkunjung, saya bahagia sekaligus menangis…
Mereka datang di sebuah tempat yang sedang membersamai 103 anak muda dengan cerita kontras dan bertolak-belakang.
Di Pusdiklatmu, ada anak-anak muda yang sejak kecil bahkan dari lahirnya telah hidup di keluarga dan lingkungan bermanhaj Salaf.
Mereka yang sejak kecil telah menghafal Al Qur’an, hadis-hadis Nabi, fasih berbahasa Arab, dan berbagai terapan ilmu agama lainnya. Anak-anak muda yang sudah mengecap manisnya Manhaj Salaf. Mereka yang didukung orang tuanya dengan doa dan dana. Tak ada konflik dengan orang tua.
Di sini, anak-anak muda, yang sedari kecilnya tak mengenal gemerlapnya dunia karena mereka hidup di suasana beribadah. Mereka tak mengerti apa itu musik, apa itu rokok, apa itu pergaulan bebas, apa itu politik, apa itu fashionable, apa itu sekolah dan kuliah. Mereka tak mengerti tentang itu.
Namun, hidayah memanglah mahal. Sangat-sangat mahal!
Masuk usia remaja, gejolak jiwa mereka terbakar. Serba ingin tahu, dan serba ingin coba, terus menggoda. Pubertas yang menjadi titik rawan kehidupan dipertemukan dengan tabrakan-tabrakan problem. Mereka goyang, mereka goncang, lalu menghilang. Pelanggaran demi pelanggaran diterjang hingga akhirnya dikeluarkan dari pesantren, atau hangus sudah kemauan untuk thalabul ilmi.
Subhaanallah!
Kehidupan yang ingin dijauhi dan dihindari semacam sahabat-sahabat lama SMA, justru dicari-cari oleh sejumlah remaja pesantren. Kebiasaan dan gaya hidup yang ditinggalkan sahabat-sahabat saya di atas, kini malah banyak yang memimpikannya.
Sejumlah anak muda pesantren yang gandrung pada musik, tak menjaga salat berjamaah, tenggelam dengan gameonline, terbawa pada pergaulan lawan jenis, jenuh menghafal Al Qur’an, minder dengan identitas santri, malu mengamalkan sunnah Nabi, ingin kerja agar kaya, ingin kuliah umum, dan seabreg keinginan yang tak senafas dengan jiwa santri.
Sebuah rahasia luar biasa hidayah ini!
Jika dahulu saya pernah membersamai bertahun-tahun lamanya anak-anak SMA yang ingin menjalani manhaj Salaf secara utuh. Maka, hari-hari ini saya sedang membersamai anak-anak muda mantan pesantren yang tertipu dengan riuh ributnya kehidupan dunia.
Kalau saya ditanya, lebih enak dan lebih senang yang mana? Saya tidak akan menjawab.
Saya justru mengajak, “ Ayo, kita sama-sama berjuang untuk merawat hidayah yang sudah Allah karuniakan. Ayo, kita bergandengan tangan untuk menjadi sebab hidayah untuk orang lain “
Nabi Muhammad bersabda ﷺ :
فو اللَّهِ لأنْ يهْدِيَ اللَّه بِكَ رجُلًا واحِدًا خَيْرٌ لكَ من حُمْرِ النَّعم
“ Demi Allah! Sungguh, Allah memberi hidayah untuk seseorang melalui sebab dirimu, itu nilainya lebih baik daripada unta merah “
Berjuanglah menjadi sebab orang lain memperoleh hidayah, baik pada anak-anak muda yang sebelumnya tak mengenal Salaf, maupun anak-anak muda yang seolah jenuh dengan manhaj Salaf.
Lendah sambil mengingat Solo.
06 Muharram 1445 H/24 Juli 2023
No comments