Tulisan dibawah ini adalah hasil sharing seorang ibu muda tentang hijrahnya meninggalkan riba.
Aku seorang wanita karier dengan posisi manager disebuah perusahaan swasta di Indonesia. Suamiku seorang wiraswasta. Dia hobby otomotif, maka usaha yang ia geluti selalu dibidang otomotif. Dengan posisi bagus di perusahaan bagus, penghasilanku bisa mencapai 15juta perbulan. Wow sangat fantastis ! Mungkin begitu bagi sebagian orang. Bila digabung dengan suamiku bisa mencapai 20 juta. Ya penghasilanku saat itu 3x lipat lebih besar dari yang dihasilkan suamiku.
Menurut matematika manusia seharusnya 20juta perbulan itu lebih dari cukup. Tapi ternyata tidak ! Hidup kami masih mengontrak, walau kami mengontrak di perumahan elite.
Karena merasa gajiku lebih besar dari suami, aku merasa tidak perlu pakai uang suami untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari. Alhasil aku tidak pernah meminta uang belanja pada suami. Aku bangga dengan diriku sendiri. Tidak sadar menjadi jumawa, tidak sadar merasa lebih kuat dari laki-laki yang seharusnya kududukkan dengan posisi khalifah dalam rumah tanggaku. Setiap kali bertengkar, dengan sombong aku selalu lantang berkata : "Ceraikan saja aku ! Aku bisa hidup walau tanpa kamu !"
Alhamdulillah Allah masih lindungi rumah tangga kami. Suamiku selalu tampil mengalah, entah apa yang membuatnya berlaku seperti itu. Dia biarkan aku bangga selalu keluar sebagai pemenang. Bukannya sadar, aku justru makin berpikir suamiku takut kehilangan aku sebab dia lebih membutuhkanku. Astaghfirullah al adziim.
Suatu ketika kukatakan pada suamiku : "Kita harus ambil rumah yah, kita harus paksakan ! Karena kalo nggak kita nggak akan punya rumah !" Suamiku setuju. Rumah tersebut atas namaku, seluruh persyaratan administrasi menggunakan dokumentasiku. Dengan posisi manager dan penghasilan 2 digit urusan KPR sangat mudah. Aku makin merasa bangga. Aku bisa punya rumah atas namaku sendiri !"
Dengan DP 80juta dan angsuran 3jt/bulan syah sudah akad kredit itu ! Saat itu kilau dunia amat indah didepan mataku. Aku ingin mengambilnya semua.
"Yah, sepertinya kita perlu renewal mobil deh. Kalo nggak nyicil, kita nggak akan bisa punya rumah dan mobil !" Begitu usulku suatu hari. Lagi-lagi suamiku menyetujuinya. Tanpa menunda kami segera hunting mobil. Avanza terbaru gress ada ditangan. Prosesnya cepet, murah (begitu pikiran kami dulu), DP 10jt, cicilan 4jt. Gajiku sendiri masih mencukupi lah.
Satu tahun setelah akad kredit rumah dan mobil, perusahaanku collaps pailit. Aku masih bisa ambil jamsostek paling tidak cukup untuk menalangi kebutuhan hidup bulan depan. Aku mulai berhitung, ada kekhawatiran luar biasa dalam diriku. 15 jutaku hilang ! Aku harus hidup dengan uang 5 juta yang dihasilkan suamiku. Itupun masih harus dipotong dengan cicilan rumah 3 juta perbulan. Sisa 2 juta. Trus mau bayar cicilan mobil sebesar 4 juta pakai apa ? Saat itu belum marak taxi online. Duh Gusti... aku benar-benar bingung. Percaya diriku langsung drop. Serasa mimpi buruk. Aku tidak mau miskin ! Aku takut miskin ! Bagaimana aku bisa mendapatkan pekerjaan baru dengan cara cepat ? Lamaran aku sebar, tapi semua hasilnya nihil !
Asistent rumah tangga kami rumahkan. Ya Allah.... aku baru merasakan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga 24 jam harus siaga. Sungguh melelahkan. Terbayang saat dulu dikantor, walau melelahkan masih bisa kongkow-kongkow dengan teman-teman sejawat. Aku depresi, stres, makin sensitif. Bila dikritik atau ditegur suami karena ada yang kurang pas dari cara kerjaku, aku langsung nyolot : "Mentang-mentang bunda udah nggak kerja, nggak punya penghasilan, ayah jadi ngerasa bisa seenaknya ngatur bunda !" (Lho padahal kan salah satu tugas suami mengatur isterinya ya ?)
Suatu saat kami diajak oleh teman suami untuk datang ke sebuah pengajian. Di pengajian itu membahas soal riba. Ustad menjelaskan, apa yang dimaksud riba, seperti apa itu kegiatan riba, siapa saja yang terkena dosa riba bahkan ustadz pun menjelaskan dosa riba paling ringan itu sama seperti berzinah dengan ibu kandung. Dan yang lebih mengerikan adalah saat ustadz tersebut membacakan :
“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 275-279).
Begitu pulang dari pengajian itu, aku masih saja tetap ngeyel : "itu ustadz cuma bisa ngomong. Kalo bukan dari KPR gimana caranya mau dapet rumah ? Kalo bukan dari leasing gimana caranya bisa punya mobil ? Gampang tinggal dakwah, tapi nggak ngerti kebutuhan hidup !" Begitulah aku bersungut-sungut waktu itu.
Tapi rupanya itu adalah awal. Aku mulai penasaran, itu ustadz pasti Islam garis keras, cuma mau bikin susah orang beragama aja. Nggak boleh KPR, nggak boleh kredit kendaraan ke leasing, nggak boleh pinjam uang ke BANK. Lagian kayak dia mau minjemin duit aja, nggak boleh ini, nggak boleh itu.
Suatu hari ada tawaran pinjaman uang dalam jumlah yang cukup besar mulai dari 10juta hingga 500 juta. Rupanya karena dalam 1 th namaku tercatat bagus tidak pernah terlambat mencicil rumah dan mobil, maka ada dari pihak BANK tertentu menawari pinjaman. Sungguh tawaran dunia yang menggiurkan dan tidak patut dilewatkan. Ini kesempatan ! Pikirku waktu itu. Keserakahan sudah menguasai aku dan suamiku. Bukannya tersadar, tapi justru malah mau menambah hutang.
"Gimana kalau kita ambil saja bun, buat tambahan modal ayah ?"
"Tapi ayah yakin ya bisa nutupin cicilannya ?"
"Inshaa Allah, bismillah ya bun." Ya Allah sungguh tidak tahu diri kami waktu itu, mau menambah riba masih pakai bismillah. Inilah orang-orang yang tidak tahu malu.
Deal ! Uang 150 juta ditangan ! 3 bulan pertama kami masih bisa mencicil KPR, mobil dan bayar hutang BANK. Namun setelah itu Allah sumbat keran rejeki kami ! Tidak ada yang membeli motor ataupun mobil yang dijual oleh suamiku. Semua uang sudah berubah menjadi barang. Kami membaca banyak motivasi bahwa bersedekah dapat melapangkan kita dari kesempitan. Kami mulai melakukannya, memang agak mending, satu dua mulai ada pembeli. Aku mulai mengikuti banyak MLM berharap akan dapat bonus yang besar dari usahaku. Banyak training online untuk meledakkan omset aku ikuti. Tapi tetap saja ibarat keran aliran airnya bukan mengucur, tapi hanya menetes. Apa yang salah ini ? Padahal seluruh arahan teknis dari mentor sudah aku lakukan.
Hingga suatu saat mobil kami ditarik leasing karena sudah lebih dari 4 bulan tidak mampu kami bayar. Menyusul surat dari BANK mengancam akan menyegel rumah karena sudah 3 bulan kami belum bayar cicilan. Setiap hari, pihak BANK yang dulu memberi kami pinjaman 150 juta selalu datang menagih ke rumah, sungguh sangat mengganggu. Secara psikologis anak-anakku juga menjadi minder. Hingga suatu ketika Allah menuntun langkah kaki kami pada seorang kiyai.
"Keserakahan dunia telah menyengsarakan kalian ! Kilau dunia telah membutakan kalian ! Kalian sedang diperangi oleh Allah dan RasulNYA. Menyerahlah dan bertaubat ! Karena kalian tidak akan menang. Kembalikan keluarga kalian pada fungsinya. Jangan dibalik ! Allah mewajibkan suami menjadi tulang punggung, menafkahi keluarga adalah wajib baginya, sewajib ia melaksanakan sholat ! Dan kewajiban isteri adalah mematuhi suaminya ! Selama ini kalian telah membolak balik syari'at Allah sekehendak nafsu kalian ! Tahukah kalian Allah SWT berfirman :
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang baik”.[Al Baqarah : 233].
Jabir mengisahkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Bertaqwalah kalian dalam masalah wanita. Sesungguhnya mereka ibarat tawanan di sisi kalian. Kalian ambil mereka dengan amanah Allah dan kalian halalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Mereka memiliki hak untuk mendapatkan rezeki dan pakaian dari kalian”.
Pak kiyai menambahkan : "ingatlah 1 hal. Sebanyak apapun yang dihasilkan seorang isteri, harta itu hanya Allah cukupkan untuk dirinya sendiri. Seberapun jumlahnya walau terhitung sedikit yang dihasilkan seorang suami, Allah akan cukupkan untuk dirinya dan keluarganya. Ini sudah hukumnya !"
"Lantas apa yang harus kami lakukan kiyai ?"
"Selesaikan riba dengan segera ! Setelah itu lakukan sholat taubat !"
"Bagaimana caranya ? Kini kami tidak punya uang."
"Apa yang bisa kalian jual untuk menyelesaikan semuanya ?"
"Rumah, kiyai. Kini kami tinggal memiliki rumah."
"Jual rumah itu ! Menyerahlah ! Tinggalkan riba !"
"Bila rumah itu kami jual, dimana kami tinggal nanti ?"
"Serahkan pada Allah, Allah akan mencarikannya untuk kalian. Bumi ini milik Allah !"
Aku dan suamiku pulang dengan gamang. Harga pasaran rumah dikomplek kami kisaran 600 juta hingga 700 juta. Kami mulai pasang plang untuk jual rumah dengan harga sesuai pasaran. Namun setiap orang yang datang melihat rumah kami selalu menawar kisaran harga 400 juta - 450 juta. Aku mulai putus asa. Antara rela nggak rela. Ikhlas nggak ikhlas. Iblis mulai membisikkan hal-hal buruk di telingaku : "Lihatlah, saat kau ingin patuh pada Tuhanmu, ternyata Tuhanmu justru menyulitkanmu. Bila kau lepas dengan harga dibawah pasaran, uang itu hanya cukup untuk membayar hutang kalian. Lantas bagaimana cara kalian akan membeli rumah lagi. Apakah kalian tidak malu kembali ke rumah kontrakan lagi ?"
Aduh sungguh bisikan iblis membuat aku ragu. Mulai gali lubang tutup lubang untuk membayar cicilan rumah dan cicilan hutang BANK. Kondisi kami tidak makin baik. Kembali kami datang pada pak kiyai. Kami ceritakan lagi semuanya.
"Lepaskan pada penawaran tertinggi yang bersedia membeli cash !"
"Tapi penawaran tertinggi baru sampai 450 juta kiyai. Itupun masih dipotong marketing fee dan pajak. Bila kami lepas segitu kami akan terima bersih sekitar 430 juta. Hutang yang harus kami bayar sekitar 400 juta. Sisa 30 juta, kami tidak akan bisa beli rumah lagi !"
"Itu hitungan matematika kalian. Apakah kalian lebih pintar dari Allah ? Hanya segitu keyakinan kalian pada Allah ? Apakah kalian tidak percaya pada janji Allah, bahwa Allah mampu mendatangkan rizki dari arah yang tidak kalian sangka-sangka dengan satu syarat, hanya akan Allah berikan bagi hambaNYA yang bertaqwa ! Hanya akan Allah berikan bagi hambanya yang memiliki keyakinan penuh padaNYA ! Bukan yang sok pintar berlogika dan lebih yakin pada hitung-hitungannya sendiri. Sekarang terserah kalian. Masalah kalian ini adalah karena terlalu cinta pada dunia ! Saat kalian mengejar dunia, dunia akan berlari sambil tertawa. Saat kalian mengejar akherat, dunia akan berbalik mendekat. Syaratnya hanya 1, miliki nyali untuk taat pada syari'at. Kalian tidak tahu "KAPAN MAUT AKAN MENJEMPUT". Bayangkan bila esok Allah cukupkan usia kalian, SANGGUPKAH KALIAN MENGHADAP ALLAH DENGAN MEMIKUL DOSA RIBA ? Silahkan diulur-ulur, bila kalian siap untuk kekal di neraka. Punya nyalikah kalian ?"
Aku dan suami saling berpandangan. Kami pulang dengan sejuta ketakutan dan kekhawatiran. Sesampainya dirumah suamiku mengatakan :"kita harus sholat taubat bun. Minta ampunan sebesar-besarnya pada Allah atas kengeyelan kita selama ini. Mulai besok kita tekatkan untuk melepas rumah ini seberapapun penawaran tertinggi." Aku mengangguk lemas.
Tidak sampai 1 minggu setelah itu rumah kami laku terjual dengan harga 450 juta. Sesuai hitung-hitungan kami, tinggal tersisa 30 juta ditangan, namun kami sudah bebas riba. Ada rasa sedih saat harus meninggalkan rumah itu. Sejak hari itu kami hidup dirumah kontrakan. Tidak punya rumah, tidak punya kendaraan, tidak punya harta apa-apa yang bisa disombongkan. Dari uang yang tersisa kami gunakan untuk mengontrak rumah dan memulai usaha kuliner. Kami mulai perbaiki ibadah. Kami selalu usahakan sholat 5 waktu jama'ah di masjid. Kami mulai membiasakan diri kami untuk menghidupkan sunnah. Aku mulai membiasakan diri untuk patuh pada suamiku. 6 bulan pertama anakku jatuh sakit. Uang yang tersisa ditangan habis untuk biaya berobat. Hanya tersisa 1 lembar 50rb. Ya Allah...!!! Kami sudah berusaha untuk taqwa, namun masihkah harus menjalani hukumanmu ? Apa yang KAU inginkan ya Allah !!! Jeritan hatiku ditengah malam.
Esok harinya sebelum sholat subuh berjama'ah di masjid terdekat, kulakukan sholat fajar. Selesai sholat subuh berjama'ah hp suamiku berdering.
"Pak, saya baca di OLX bapak ngiklanin mobil truck. Masih ada pak ?"
"Masih pak, datang saja ke lokasi pak, boleh nego di lokasi langsung sama yang punya."
Akhirnya mereka janjian untuk bertemu. Rupanya suamiku membantu temannya memasarkan truck secara online.
"Do'ain trucknya laku ya bun, lumayan ayah bisa dapat komisi 5 juta."
"Aamiin... inshaa Allah yah."
Pukul 07:00 pagi suamiku pergi untuk bertemu dengan pembeli dan langsung ke rumah temannya yang punya truck. Aku mengiringi langkahnya dengan 6 raka'at sholat duha. Hari ini uang kami tinggal tersisa 1 lembar 20 ribu, setelah digunakan untuk belanja tadi pagi sebanyak 30 ribu. Selesai sholat duha, aku mendengar tetangga kontrakanku menjerit-jerit. Aku tergopoh-gopoh datang kesana. Ternyata anaknya yang berusia 2 tahun kejang. Ayahnya sedang tidak ada dirumah. Katanya dari semalam sudah panas tinggi, ayahnya sedang keluar untuk cari pinjaman uang. Tanpa babibu, kuambil motorku, kubonceng dia segera kularikan ke puskesmas. Di puskesmas anaknya sudah tenang. Namun kami harus menebus obat seharga 20rb. Tetanggaku memandangku.
"Mbak maaf, saya sama sekali nggak ada uang. Apa bisa pinjam 20rb ? Nanti kalo suami saya pulang saya ganti."
"Alhamdulillah saya ada ini mbak. Pas 20 ribu. Nggak usah dipikir, yang penting dedeknya sembuh."
Habis sudah 20 ribu semata wayangku. Namun entah mengapa hatiku tetap tenang tidak merasakan gelisah ataupun apa. 30 menit setelah aku sampai dirumah, kudengar suamiku mengucap salam.
"Nih bun. Mohon ridhonya ya, ini rizki ayah hari ini." Suamiku menyerahkan amplop yang cukup tebal padaku. Aku bergetar menerimanya. Kubuka dan kuhitung.
"Masya Allah...7 juta ayah !! Trucknya laku ?"
"Iya alhamdulillah bun, ayah dapat 5 juta dari teman ayah dan 2 juta dari pembelinya."
Masya Allah !!! Aku menangis sujud syukur. Tiba-tiba tetangga kontrakan kami yang tadi anaknya kuantar ke puskesmas datang kerumah kami.
"Maaf mbak, apakah kami bisa pinjam uang 1 juta, kami sama sekali tidak ada uang. Nanti kalau suami saya dapat panggilan mengerjakan proyek lagi akan kami bayar."
Aku langsung menoleh pada suamiku. Suamiku mengngguk. Kuserahkan uang 1 juta pada tetanggaku.
"Nggak usah buat beban mbak, dibayar saja semampunya."
"Mohon maaf ya mbak, dari tadi merepotkan terus. Sebenarnya malu saya."
Begitulah cara kami memulai hidup. Karena belum punya modal banyak, suamiku bekerja serabutan. Berlalu sudah tahun pertama berhijrah. Dari hasil memasarkan produk-produk teman, alhamdulillah setiap hari suamiku mendapat komisi dari barang yang ia pasarkan. Hingga kami mampu membeli mobil CASH. Memang bukan mobil baru, tapi masih tergolong tahun muda. Mobil itu digunakan suamiku untuk usaha rental. Alhamdulillah ada saja yang rental mobil kami. Hingga terkumpul uang kami sekitar 100 juta di tahun ke-4 kami berhijrah.
"Kira-kira ada nggak ya Yah n memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS Ath-Thalaq : 2-3)
Di tahun ini apakah yang sudah kita kurbankan ? Saat tak mampu berkurban sapi atau kambing, mampukah untuk menyembelih hawa nafsu kita ? Mampukah untuk menyembelih gengsi kita ? Mampukah untuk menyembelih rasa pamer kita ? Mampukah untuk menyembelih....?
Catatan dari seorang hamba yang sangat kapok dengan riba.
🙏 Semoga Bermanfaat 🙏
Oleh : Irene Radjiman
Aku seorang wanita karier dengan posisi manager disebuah perusahaan swasta di Indonesia. Suamiku seorang wiraswasta. Dia hobby otomotif, maka usaha yang ia geluti selalu dibidang otomotif. Dengan posisi bagus di perusahaan bagus, penghasilanku bisa mencapai 15juta perbulan. Wow sangat fantastis ! Mungkin begitu bagi sebagian orang. Bila digabung dengan suamiku bisa mencapai 20 juta. Ya penghasilanku saat itu 3x lipat lebih besar dari yang dihasilkan suamiku.
Menurut matematika manusia seharusnya 20juta perbulan itu lebih dari cukup. Tapi ternyata tidak ! Hidup kami masih mengontrak, walau kami mengontrak di perumahan elite.
Karena merasa gajiku lebih besar dari suami, aku merasa tidak perlu pakai uang suami untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari. Alhasil aku tidak pernah meminta uang belanja pada suami. Aku bangga dengan diriku sendiri. Tidak sadar menjadi jumawa, tidak sadar merasa lebih kuat dari laki-laki yang seharusnya kududukkan dengan posisi khalifah dalam rumah tanggaku. Setiap kali bertengkar, dengan sombong aku selalu lantang berkata : "Ceraikan saja aku ! Aku bisa hidup walau tanpa kamu !"
Alhamdulillah Allah masih lindungi rumah tangga kami. Suamiku selalu tampil mengalah, entah apa yang membuatnya berlaku seperti itu. Dia biarkan aku bangga selalu keluar sebagai pemenang. Bukannya sadar, aku justru makin berpikir suamiku takut kehilangan aku sebab dia lebih membutuhkanku. Astaghfirullah al adziim.
Suatu ketika kukatakan pada suamiku : "Kita harus ambil rumah yah, kita harus paksakan ! Karena kalo nggak kita nggak akan punya rumah !" Suamiku setuju. Rumah tersebut atas namaku, seluruh persyaratan administrasi menggunakan dokumentasiku. Dengan posisi manager dan penghasilan 2 digit urusan KPR sangat mudah. Aku makin merasa bangga. Aku bisa punya rumah atas namaku sendiri !"
Dengan DP 80juta dan angsuran 3jt/bulan syah sudah akad kredit itu ! Saat itu kilau dunia amat indah didepan mataku. Aku ingin mengambilnya semua.
"Yah, sepertinya kita perlu renewal mobil deh. Kalo nggak nyicil, kita nggak akan bisa punya rumah dan mobil !" Begitu usulku suatu hari. Lagi-lagi suamiku menyetujuinya. Tanpa menunda kami segera hunting mobil. Avanza terbaru gress ada ditangan. Prosesnya cepet, murah (begitu pikiran kami dulu), DP 10jt, cicilan 4jt. Gajiku sendiri masih mencukupi lah.
Satu tahun setelah akad kredit rumah dan mobil, perusahaanku collaps pailit. Aku masih bisa ambil jamsostek paling tidak cukup untuk menalangi kebutuhan hidup bulan depan. Aku mulai berhitung, ada kekhawatiran luar biasa dalam diriku. 15 jutaku hilang ! Aku harus hidup dengan uang 5 juta yang dihasilkan suamiku. Itupun masih harus dipotong dengan cicilan rumah 3 juta perbulan. Sisa 2 juta. Trus mau bayar cicilan mobil sebesar 4 juta pakai apa ? Saat itu belum marak taxi online. Duh Gusti... aku benar-benar bingung. Percaya diriku langsung drop. Serasa mimpi buruk. Aku tidak mau miskin ! Aku takut miskin ! Bagaimana aku bisa mendapatkan pekerjaan baru dengan cara cepat ? Lamaran aku sebar, tapi semua hasilnya nihil !
Asistent rumah tangga kami rumahkan. Ya Allah.... aku baru merasakan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga 24 jam harus siaga. Sungguh melelahkan. Terbayang saat dulu dikantor, walau melelahkan masih bisa kongkow-kongkow dengan teman-teman sejawat. Aku depresi, stres, makin sensitif. Bila dikritik atau ditegur suami karena ada yang kurang pas dari cara kerjaku, aku langsung nyolot : "Mentang-mentang bunda udah nggak kerja, nggak punya penghasilan, ayah jadi ngerasa bisa seenaknya ngatur bunda !" (Lho padahal kan salah satu tugas suami mengatur isterinya ya ?)
Suatu saat kami diajak oleh teman suami untuk datang ke sebuah pengajian. Di pengajian itu membahas soal riba. Ustad menjelaskan, apa yang dimaksud riba, seperti apa itu kegiatan riba, siapa saja yang terkena dosa riba bahkan ustadz pun menjelaskan dosa riba paling ringan itu sama seperti berzinah dengan ibu kandung. Dan yang lebih mengerikan adalah saat ustadz tersebut membacakan :
“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 275-279).
Begitu pulang dari pengajian itu, aku masih saja tetap ngeyel : "itu ustadz cuma bisa ngomong. Kalo bukan dari KPR gimana caranya mau dapet rumah ? Kalo bukan dari leasing gimana caranya bisa punya mobil ? Gampang tinggal dakwah, tapi nggak ngerti kebutuhan hidup !" Begitulah aku bersungut-sungut waktu itu.
Tapi rupanya itu adalah awal. Aku mulai penasaran, itu ustadz pasti Islam garis keras, cuma mau bikin susah orang beragama aja. Nggak boleh KPR, nggak boleh kredit kendaraan ke leasing, nggak boleh pinjam uang ke BANK. Lagian kayak dia mau minjemin duit aja, nggak boleh ini, nggak boleh itu.
Suatu hari ada tawaran pinjaman uang dalam jumlah yang cukup besar mulai dari 10juta hingga 500 juta. Rupanya karena dalam 1 th namaku tercatat bagus tidak pernah terlambat mencicil rumah dan mobil, maka ada dari pihak BANK tertentu menawari pinjaman. Sungguh tawaran dunia yang menggiurkan dan tidak patut dilewatkan. Ini kesempatan ! Pikirku waktu itu. Keserakahan sudah menguasai aku dan suamiku. Bukannya tersadar, tapi justru malah mau menambah hutang.
"Gimana kalau kita ambil saja bun, buat tambahan modal ayah ?"
"Tapi ayah yakin ya bisa nutupin cicilannya ?"
"Inshaa Allah, bismillah ya bun." Ya Allah sungguh tidak tahu diri kami waktu itu, mau menambah riba masih pakai bismillah. Inilah orang-orang yang tidak tahu malu.
Deal ! Uang 150 juta ditangan ! 3 bulan pertama kami masih bisa mencicil KPR, mobil dan bayar hutang BANK. Namun setelah itu Allah sumbat keran rejeki kami ! Tidak ada yang membeli motor ataupun mobil yang dijual oleh suamiku. Semua uang sudah berubah menjadi barang. Kami membaca banyak motivasi bahwa bersedekah dapat melapangkan kita dari kesempitan. Kami mulai melakukannya, memang agak mending, satu dua mulai ada pembeli. Aku mulai mengikuti banyak MLM berharap akan dapat bonus yang besar dari usahaku. Banyak training online untuk meledakkan omset aku ikuti. Tapi tetap saja ibarat keran aliran airnya bukan mengucur, tapi hanya menetes. Apa yang salah ini ? Padahal seluruh arahan teknis dari mentor sudah aku lakukan.
Hingga suatu saat mobil kami ditarik leasing karena sudah lebih dari 4 bulan tidak mampu kami bayar. Menyusul surat dari BANK mengancam akan menyegel rumah karena sudah 3 bulan kami belum bayar cicilan. Setiap hari, pihak BANK yang dulu memberi kami pinjaman 150 juta selalu datang menagih ke rumah, sungguh sangat mengganggu. Secara psikologis anak-anakku juga menjadi minder. Hingga suatu ketika Allah menuntun langkah kaki kami pada seorang kiyai.
"Keserakahan dunia telah menyengsarakan kalian ! Kilau dunia telah membutakan kalian ! Kalian sedang diperangi oleh Allah dan RasulNYA. Menyerahlah dan bertaubat ! Karena kalian tidak akan menang. Kembalikan keluarga kalian pada fungsinya. Jangan dibalik ! Allah mewajibkan suami menjadi tulang punggung, menafkahi keluarga adalah wajib baginya, sewajib ia melaksanakan sholat ! Dan kewajiban isteri adalah mematuhi suaminya ! Selama ini kalian telah membolak balik syari'at Allah sekehendak nafsu kalian ! Tahukah kalian Allah SWT berfirman :
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang baik”.[Al Baqarah : 233].
Jabir mengisahkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Bertaqwalah kalian dalam masalah wanita. Sesungguhnya mereka ibarat tawanan di sisi kalian. Kalian ambil mereka dengan amanah Allah dan kalian halalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Mereka memiliki hak untuk mendapatkan rezeki dan pakaian dari kalian”.
Pak kiyai menambahkan : "ingatlah 1 hal. Sebanyak apapun yang dihasilkan seorang isteri, harta itu hanya Allah cukupkan untuk dirinya sendiri. Seberapun jumlahnya walau terhitung sedikit yang dihasilkan seorang suami, Allah akan cukupkan untuk dirinya dan keluarganya. Ini sudah hukumnya !"
"Lantas apa yang harus kami lakukan kiyai ?"
"Selesaikan riba dengan segera ! Setelah itu lakukan sholat taubat !"
"Bagaimana caranya ? Kini kami tidak punya uang."
"Apa yang bisa kalian jual untuk menyelesaikan semuanya ?"
"Rumah, kiyai. Kini kami tinggal memiliki rumah."
"Jual rumah itu ! Menyerahlah ! Tinggalkan riba !"
"Bila rumah itu kami jual, dimana kami tinggal nanti ?"
"Serahkan pada Allah, Allah akan mencarikannya untuk kalian. Bumi ini milik Allah !"
Aku dan suamiku pulang dengan gamang. Harga pasaran rumah dikomplek kami kisaran 600 juta hingga 700 juta. Kami mulai pasang plang untuk jual rumah dengan harga sesuai pasaran. Namun setiap orang yang datang melihat rumah kami selalu menawar kisaran harga 400 juta - 450 juta. Aku mulai putus asa. Antara rela nggak rela. Ikhlas nggak ikhlas. Iblis mulai membisikkan hal-hal buruk di telingaku : "Lihatlah, saat kau ingin patuh pada Tuhanmu, ternyata Tuhanmu justru menyulitkanmu. Bila kau lepas dengan harga dibawah pasaran, uang itu hanya cukup untuk membayar hutang kalian. Lantas bagaimana cara kalian akan membeli rumah lagi. Apakah kalian tidak malu kembali ke rumah kontrakan lagi ?"
Aduh sungguh bisikan iblis membuat aku ragu. Mulai gali lubang tutup lubang untuk membayar cicilan rumah dan cicilan hutang BANK. Kondisi kami tidak makin baik. Kembali kami datang pada pak kiyai. Kami ceritakan lagi semuanya.
"Lepaskan pada penawaran tertinggi yang bersedia membeli cash !"
"Tapi penawaran tertinggi baru sampai 450 juta kiyai. Itupun masih dipotong marketing fee dan pajak. Bila kami lepas segitu kami akan terima bersih sekitar 430 juta. Hutang yang harus kami bayar sekitar 400 juta. Sisa 30 juta, kami tidak akan bisa beli rumah lagi !"
"Itu hitungan matematika kalian. Apakah kalian lebih pintar dari Allah ? Hanya segitu keyakinan kalian pada Allah ? Apakah kalian tidak percaya pada janji Allah, bahwa Allah mampu mendatangkan rizki dari arah yang tidak kalian sangka-sangka dengan satu syarat, hanya akan Allah berikan bagi hambaNYA yang bertaqwa ! Hanya akan Allah berikan bagi hambanya yang memiliki keyakinan penuh padaNYA ! Bukan yang sok pintar berlogika dan lebih yakin pada hitung-hitungannya sendiri. Sekarang terserah kalian. Masalah kalian ini adalah karena terlalu cinta pada dunia ! Saat kalian mengejar dunia, dunia akan berlari sambil tertawa. Saat kalian mengejar akherat, dunia akan berbalik mendekat. Syaratnya hanya 1, miliki nyali untuk taat pada syari'at. Kalian tidak tahu "KAPAN MAUT AKAN MENJEMPUT". Bayangkan bila esok Allah cukupkan usia kalian, SANGGUPKAH KALIAN MENGHADAP ALLAH DENGAN MEMIKUL DOSA RIBA ? Silahkan diulur-ulur, bila kalian siap untuk kekal di neraka. Punya nyalikah kalian ?"
Aku dan suami saling berpandangan. Kami pulang dengan sejuta ketakutan dan kekhawatiran. Sesampainya dirumah suamiku mengatakan :"kita harus sholat taubat bun. Minta ampunan sebesar-besarnya pada Allah atas kengeyelan kita selama ini. Mulai besok kita tekatkan untuk melepas rumah ini seberapapun penawaran tertinggi." Aku mengangguk lemas.
Tidak sampai 1 minggu setelah itu rumah kami laku terjual dengan harga 450 juta. Sesuai hitung-hitungan kami, tinggal tersisa 30 juta ditangan, namun kami sudah bebas riba. Ada rasa sedih saat harus meninggalkan rumah itu. Sejak hari itu kami hidup dirumah kontrakan. Tidak punya rumah, tidak punya kendaraan, tidak punya harta apa-apa yang bisa disombongkan. Dari uang yang tersisa kami gunakan untuk mengontrak rumah dan memulai usaha kuliner. Kami mulai perbaiki ibadah. Kami selalu usahakan sholat 5 waktu jama'ah di masjid. Kami mulai membiasakan diri kami untuk menghidupkan sunnah. Aku mulai membiasakan diri untuk patuh pada suamiku. 6 bulan pertama anakku jatuh sakit. Uang yang tersisa ditangan habis untuk biaya berobat. Hanya tersisa 1 lembar 50rb. Ya Allah...!!! Kami sudah berusaha untuk taqwa, namun masihkah harus menjalani hukumanmu ? Apa yang KAU inginkan ya Allah !!! Jeritan hatiku ditengah malam.
Esok harinya sebelum sholat subuh berjama'ah di masjid terdekat, kulakukan sholat fajar. Selesai sholat subuh berjama'ah hp suamiku berdering.
"Pak, saya baca di OLX bapak ngiklanin mobil truck. Masih ada pak ?"
"Masih pak, datang saja ke lokasi pak, boleh nego di lokasi langsung sama yang punya."
Akhirnya mereka janjian untuk bertemu. Rupanya suamiku membantu temannya memasarkan truck secara online.
"Do'ain trucknya laku ya bun, lumayan ayah bisa dapat komisi 5 juta."
"Aamiin... inshaa Allah yah."
Pukul 07:00 pagi suamiku pergi untuk bertemu dengan pembeli dan langsung ke rumah temannya yang punya truck. Aku mengiringi langkahnya dengan 6 raka'at sholat duha. Hari ini uang kami tinggal tersisa 1 lembar 20 ribu, setelah digunakan untuk belanja tadi pagi sebanyak 30 ribu. Selesai sholat duha, aku mendengar tetangga kontrakanku menjerit-jerit. Aku tergopoh-gopoh datang kesana. Ternyata anaknya yang berusia 2 tahun kejang. Ayahnya sedang tidak ada dirumah. Katanya dari semalam sudah panas tinggi, ayahnya sedang keluar untuk cari pinjaman uang. Tanpa babibu, kuambil motorku, kubonceng dia segera kularikan ke puskesmas. Di puskesmas anaknya sudah tenang. Namun kami harus menebus obat seharga 20rb. Tetanggaku memandangku.
"Mbak maaf, saya sama sekali nggak ada uang. Apa bisa pinjam 20rb ? Nanti kalo suami saya pulang saya ganti."
"Alhamdulillah saya ada ini mbak. Pas 20 ribu. Nggak usah dipikir, yang penting dedeknya sembuh."
Habis sudah 20 ribu semata wayangku. Namun entah mengapa hatiku tetap tenang tidak merasakan gelisah ataupun apa. 30 menit setelah aku sampai dirumah, kudengar suamiku mengucap salam.
"Nih bun. Mohon ridhonya ya, ini rizki ayah hari ini." Suamiku menyerahkan amplop yang cukup tebal padaku. Aku bergetar menerimanya. Kubuka dan kuhitung.
"Masya Allah...7 juta ayah !! Trucknya laku ?"
"Iya alhamdulillah bun, ayah dapat 5 juta dari teman ayah dan 2 juta dari pembelinya."
Masya Allah !!! Aku menangis sujud syukur. Tiba-tiba tetangga kontrakan kami yang tadi anaknya kuantar ke puskesmas datang kerumah kami.
"Maaf mbak, apakah kami bisa pinjam uang 1 juta, kami sama sekali tidak ada uang. Nanti kalau suami saya dapat panggilan mengerjakan proyek lagi akan kami bayar."
Aku langsung menoleh pada suamiku. Suamiku mengngguk. Kuserahkan uang 1 juta pada tetanggaku.
"Nggak usah buat beban mbak, dibayar saja semampunya."
"Mohon maaf ya mbak, dari tadi merepotkan terus. Sebenarnya malu saya."
Begitulah cara kami memulai hidup. Karena belum punya modal banyak, suamiku bekerja serabutan. Berlalu sudah tahun pertama berhijrah. Dari hasil memasarkan produk-produk teman, alhamdulillah setiap hari suamiku mendapat komisi dari barang yang ia pasarkan. Hingga kami mampu membeli mobil CASH. Memang bukan mobil baru, tapi masih tergolong tahun muda. Mobil itu digunakan suamiku untuk usaha rental. Alhamdulillah ada saja yang rental mobil kami. Hingga terkumpul uang kami sekitar 100 juta di tahun ke-4 kami berhijrah.
"Kira-kira ada nggak ya Yah n memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS Ath-Thalaq : 2-3)
Di tahun ini apakah yang sudah kita kurbankan ? Saat tak mampu berkurban sapi atau kambing, mampukah untuk menyembelih hawa nafsu kita ? Mampukah untuk menyembelih gengsi kita ? Mampukah untuk menyembelih rasa pamer kita ? Mampukah untuk menyembelih....?
Catatan dari seorang hamba yang sangat kapok dengan riba.
🙏 Semoga Bermanfaat 🙏
Oleh : Irene Radjiman
No comments